Untuk Saudaraku yang akan berhaji
Sembilan
Nasehat
Buat
Anda Yang Menunaikan Ibadah Haji Dan Umrah
رسائل
للحجاج والمعتمرين
باللغة الإندونيسية
Dr. Yahya bin Ibrahim Al Yahya
"Sembilan Nasehat Buat
Anda Yang
Menunaikan
Ibadah Haji Dan Umrah"
Judul Asli: "Rasaail lil Hujjaj
wal Mu`tamiriin"
Penulis:
Dr. Yahya bin Ibrahim Al Yahya
Buku Ini Diterjemahkan dan Dicetak
di Bawah Pengawasan:
"Lajnah
Al Muslimin Al Judud"
Al
Madinah An Nabawiyah
DAFTAR ISI
- Daftar Isi.......................................... ...........................................................................................
|
ii
|
- Kata Pengantar..................................
|
1
|
- Nasehat Pertama..........................................
|
5
|
- Nasehat Kedua.............................................
|
26
|
- Nasehat Ketiga.............................................
|
43
|
- Nasehat Keempat........................................
|
65
|
- Nasehat Kelima............................................
|
74
|
- Nasehat Keenam.........................................
|
90
|
- Nasehat Ketujuh..........................................
|
100
|
- Nasehat Kedelapan...................................
|
108
|
- Nasehat Kesembilan.................................
|
132
|
- Lampiran 1.......................................................
|
151
|
- Lampiran 2......................................................
|
174
|
بس م
Kata Pengantar
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ،
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Segala puji Allah, Tuhan semesta alam. Aku bersaksi bahwa
tidak ada ilah (sembahan) selain Allah, Pelindung bagi orang-orang
shaleh. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad
adalah hamba dan utusan-Nya, pemimpin
orang-orang yang datang pada hari kiamat dalam keadaan putih bercahaya (ghurron muhajjaliin), Nabi
yang telah mengemban risalah, menunaikan amanah dan menasehati umat serta meninggalkan di atas jalan yang terang benderang, di mana orang yang menyimpang daripadanya pasti akan binasa.
Semoga Allah memberikan shalawat kepadanya serta
kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang berda`wah sebagaimana Beliau berdakwah, (yaitu)
orang-orang yang mengikuti sunnah dan
jejaknya serta berjalan di atas jalannya sampai hari kiamat.
Selanjutnya,
wahai para jema`ah haji, yang telah dipilih Allah dari sekian ratus juta kaum
muslimin untuk mengunjungi rumahNya yang suci, saya memohon kepada Allah Yang
Maha Tinggi, semoga Dia melindungi anda di dunia dan akhirat, serta memberi anda
berkah di mana-pun anda berada.
Saudaraku yang dimuliakan Allah!
Anda telah menanggung berbagai kesulitan, mengorbankan harta benda, meninggalkan kam-pung
halaman, meninggalkan keluarga (istri dan anak-anak), untuk menunaikan
kewajiban yang telah ditentukan Allah, yaitu berhaji ke rumah-Nya yang suci.
Semoga Allah menjadikan haji anda haji yang mabrur, dosa anda diampuni dan
segala `aib (keburukan) anda ditutupi(Nya).
Saudaraku yang dimuliakan Allah!
Rasa cinta saya kepada anda dan
kegembiraan saya atas kedatangan anda dengan selamat, mendorong saya untuk menuliskan beberapa nasehat
ini, sebagai pelaksanaan dari sebagian kewajiban
yang harus saya tunaikan kepada anda dan pencerminan dari perintah Rabb (Tuhan)
kita Yang Maha Tinggi lagi Maha Luhur dalam firmanNya:
ﱹ وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﱸ.
"Dan
mereka saling menasehati supaya men-taati kebenaran
dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran". (QS. Al `Ashr: 3).
Dan dalam
rangka mengikuti petunjuk kekasih kita, imam, tauladan
dan nabi kita, Nabi Muhammad Shallallahu
`alaihi wasallam dalam sabdanya
yang diriwayatkan oleh An Nu`man bin Basyir radhiyallahu `anhu:
(( مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ،
وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ؛ إِذَا اشْتَكَى
مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ
بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى )).
"Perumpamaan
kaum mu'minin dalam hal saling mencintai, saling berkasih sayang dan saling belas
kasih adalah seperti satu tubuh; jika ada salah satu anggotanya yang mengeluh
karena sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain juga ikut merasakan sakit itu sehingga tidak bisa
tidur dan demam".
Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam juga bersabda:
((
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ؛ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضاً )).
"(Perumpamaan)
seorang mu'min dengan mu'min yang lain adalah
ibarat sebuah bangunan, yang satu sama lain saling
menguatkan".
Saya berharap, mudah-mudahan anda
dapat memberikan perhatian terhadap nasehat-nasehat saudara anda yang mencintai
dan menyayangi anda ini, semoga Allah
memberikan manfa`at kepada anda. Aamiin.
NASEHAT
PERTAMA
Saudaraku!
Jangan lupa, bahwa maksud pertama
kedatangan anda ke negeri ini adalah untuk menunaikan
ibadah haji. Oleh karena itu, ketahuilah bahwa haji dan semua jenis amal perbuatan mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi, agar dapat
diterima dan mendapatkan pahala, yaitu:
1. Amal tersebut hanya ditujukan kepada Allah Ta`ala.
Allah Subhanahu wa Ta`ala berfirman:
ﱹ وَمَا أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ
لَهُ الدِّيْنَ ﱸ.
"Padahal,
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya." (QS. Al Bayyinah: 5).
2. Amal
tersebut mesti sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam. Beliau
bersabda:
(( مَنْ
عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ )).
"Barangsiapa
yang mengerjakan amalan yang tidak
ada tuntunannya dari kami, maka amalannya itu akan tertolak".
Dalam berkaitan
dengan ibadah haji, Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam telah
bersabda pula:
(( خُذُوْا عَنِّيْ مَنَاسِكَكُمْ )).
"Ambillah
cara manasik kalian dari saya".
Maksudnya adalah: Pelajari dan
amalkanlah apa yang telah saya (Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam) kerjakan dalam haji, dan jangan sekali-kali kalian membuat-buat tata cara yang baru yang
datang dari diri kalian.
Cara pelaksanaan haji dan umroh yang
paling
baik dilakukan oleh seorang muslim adalah cara yang sesuai dengan cara
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, agar ia mendapatkan kecintaan dan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta`ala. Allah Subhanahu wa Ta`ala telah
berfirman:
ﱹ قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ
يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ﱸ.
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) men-cintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu
dan mengampuni dosa-dosamu". (QS. Ali Imran: 31).
Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban anda untuk mempelajari
tuntunan ibadah dan bertanya kepada ulama (orang-orang yang mengerti ibadah
haji) sebelum anda memulai ibadah haji.
Berikut
ini saya akan mengemukakan pemba-hasan tata cara haji dan umrah
secara ringkas. (Anda bisa membaca lebih lengkap di buku-buku yang khusus
membahas masalah ini).
Tata
Cara Umrah
1. Jika anda
telah sampai di miqat (tempat me-mulai ihram), mandilah sebagaimana
anda mandi junub
(jika sanggup dikerjakan).
Setelah itu, pakailah wangi-wangian
yang paling baik (ke tubuh anda). Kemudian, pakailah kain
ihram: (Bagi laki-laki) dua helai kain putih,
salah satunya digunakan sebagai sarung. Sedangkan bagi wanita, boleh
menggunakan pakaian apapun dengan syarat
tidak memper-tontonkan hiasannya kepada orang lain atau menyerupai
(pakaian) laki-laki.
Kemudian, berihramlah dengan
mengucapkan (niat): "لَبَّيْكَ عُمْرَةً" (jika anda hendak melakukan umrah), kemudian lanjutkan dengan
talbiah seperti yang diajarkan (Nabi Shallallahu
`alaihi wasallam) kepada kita:
(( لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ
لَكَ، لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ
لَكَ وَالْمُلْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ )).
"Kupenuhi
panggilanMu ya Allah, kupenuhi panggilanMu, kupenuhi panggilanMu, tiada sekutu bagiMu,
kupenuhi panggilanMu. Se-sungguhnya segala
pujian, nikmat dan kerajaan hanya
milikMu semata, tiada sekutu bagiMu".
Berihram dari miqat hukumnya adalah wajib. Jika anda hendak berhaji atau
umrah, maka anda tidak boleh melewati miqat
tanpa berihram.
2.
Jika anda telah berniat melaksanakan ibadah haji atau umrah (berihram), maka
ketahuilah bahwa anda dilarang melakukan perbuatan-perbuatan berikut ini:
a.
Memotong rambut/ bulu dari semua anggota tubuh, berdasarkan firman Allah Subhanahu
wa Ta`ala:
ﱹ وَلاَ
تَحْلِقُوْا رُؤُوْسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ ﱸ.
"Dan
janganlah kamu mencukur kepalamu sebelum (binatang) korban sampai di tempat
penyembelihannya".
(QS. Al Baqarah: 196)
b. Menggunakan wangi-wangian di badan, paka-ian dan makanan,
berdasarkan hadits yang
mengisahkan tentang seorang yang terjatuh dari
ontanya (pada saat menunaikan ibadah haji)
lalu meninggal dunia karena diinjak oleh ontanya itu.
Seorang
yang berihram tidak boleh menge-nakan pakaian
yang sudah dicelup dengan za`faran dan wars (jenis
tumbuhan yang ber-bau harum).
c. Bersetubuh. Ini adalah larangan
yang paling
besar (berat), sebab akan merusak haji, jika dilakukan sebelum tahallul awal,
dan orang yang melakukannya diwajibkan menyem-purnakan
(meneruskan) ibadah haji tersebut, mengulang haji lagi tahun berikutnya serta
memotong hewan korban.
Orang yang sedang berihram juga
tidak boleh melangsungkan pernikahan atau menikahkan
(orang lain), berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam:
(( لاَ
يَنْكِحُ الْمُحْرِمُ وَلاَ يُنْكِحُ وَلاَ يَخْطُبُ )).
"Seorang
yang sedang berihram tidak boleh menikah, menikahkan dan meminang".
d. Khusus bagi laki-laki, tidak boleh memakai pakaian yang berjahit. Yaitu pakaian yang dijahit menutupi badan, seperti baju, atau me-nutupi
sebagian anggota badan, seperti kaos dan
celana dalam. Demikian pula, tidak boleh menutupi kepalanya dengan sesuatu yang
me-nempel, seperti sorban, topi dan sebagainya.
e. Seorang yang
sedang berihram, baik laki-laki maupun perempuan, tidak boleh membunuh binatang
buruan darat (yang liar), atau mem-bantu
orang lain berburu dan mengusik hewan tersebut dari tempatnya.
f. Khusus bagi wanita yang berihram, tidak boleh menggunakan niqab
(penutup wajah), yaitu menutup wajahnya dengan kain yang terbuka pada bagian matanya. Dan tidak di-bolehkan pula mengenakan kaos (sarung) tangan
yang meliputi kedua tangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam:
(( لاَ تَنْتَقِبُ الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ، وَلاَ تَلْبَسُ
الْقُفَّازَيْنِ )).
"Seorang
wanita yang sedang ihram tidak boleh memakai niqab (penutup wajah) dan sarung
tangan".
Tetapi,
ia boleh menutup wajahnya jika ada laki-laki
ajnabi (bukan mahramnya), sebagai-mana
dikatakan oleh `Aisyah radhiyallahu `anha: "Dahulu (pada
masa Nabi), apabila sekelompok orang
yang berkenderaan melewati kami, sedang pada waktu itu kami bersama Rasulullah
Shallallahu `alaihi wasallam, jika mereka
berada sejajar dengan kami, seseorang yang
ihram di antara kami menurunkan jilbab-nya dari atas kepala untuk menutupi
wajah-nya. Dan jika mereka telah berlalu,
kami mem-bukanya kembali.
3. Kemudian memperbanyak talbiyah
hingga tiba
di kota Mekkah
dan memulai thawaf di Ka`bah.
Jika anda sudah tiba di kota Mekkah, thawaf-lah di Ka`bah
sebanyak tujuh putaran, bermula
dan berakhir di Hajarul Aswad. Kemudian dianjurkan
shalat dua raka`at di belakang Maqam Ibrahim, baik dari jarak yang dekat
–jika mampu- ataupun jauh.
4. Jika anda telah selesai shalat dua
raka`at, pergilah
menuju bukit Shafa dan lakukanlah sa`i antara
Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali,
dengan niat sa`i untuk umrah, dimulai dari Shafa dan berakhir di Marwah.
Dari Shafa ke Marwah dihitung satu putaran,
demikian seterusnya sampai berakhir di
Marwah.
5. Jika anda telah menyempurnakan sa`i, cukur-lah dengan
rata semua rambut kepala anda. Dengan
demikian, berarti selesailah sudah rangkaian
ibadah umrah anda, dan anda boleh melepas
pakaian ihram serta memakai baju (pakaian biasa).
6. Jika anda ingin mengerjakan haji saja, maka ucapkanlah
ketika anda ihram dari miqat: "Labbaika hajjan". Kemudian
perbanyaklah membaca talbiyah sampai
melempar Jumrah `Aqabah (pada hari Nahar). Jika anda telah sampai di Baitullah (Ka`bah), thawaflah tujuh
putaran sebagai thawaf Qudum. Dan setelah anda melakukan sa`i antara Shafa dan Marwah, maka sa`i tersebut sudah cukup (dan berfungsi sebagai) sa`i untuk haji, dan janganlah anda mencukur rambut; karena anda tetap dalam keadaan ihram sampai anda bertahallul pada hari
`Id (`Idul Adha).
7. Dan jika anda melaksanakan haji
Qiran (menggabungkan haji dan umrah), maka ucap-kanlah ketika
anda berihram di miqat: "Labbaika `umratan wahajjan". Kemudian perbanyak-lah membaca
talbiyah sampai anda melontar Jumrah
`Aqabah. Dan anda melakukan peker-jaan (manasik) seperti yang dilakukan
oleh orang yang melaksanakan haji Ifrad
(menger-jakan haji saja, sebagaimana pada poin enam di atas).
Tata Cara Haji
1. Pada waktu Dhuha tanggal 8
Dzulhijjah, berihramlah untuk haji dari tempat tinggal anda –jika anda
melakukan haji Tamattu`-. Sebelum berihram, mandilah terlebih dahulu -jika sanggup-
dan kenakanlah pakaian ihram, kemudian ucapkan:"لَبَّيْكَ حَجًّا".
2. Jika anda
mengerjakan haji Qiran atau Ifrad, maka anda tetap dalam keadaan ihram anda
semula.
3. Berangkatlah ke Mina dan kerjakanlah shalat Zhuhur dua raka`at, `Ashar dua raka`at, Maghrib tiga raka`at, `Isya dua raka`at dan Shubuh
dua raka`at, masing-masing shalat dikerjakan pada waktunya (tidak dijama`).
4. Jika telah terbit matahari hari
Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), berangkatlah ke Arafah sambil bertalbiyah. Kerjakanlah shalat
Zhuhur dan `Ashar pada waktu Zhuhur (jama` taqdim) masing-masing dua raka`at (diqashar) dengan
satu kali azan dan dua kali iqamat.
Tinggallah di Arafah sampai terbenam
matahari seraya terus memperbanyak berdo`a dan dzikir
sambil menghadap kiblat.
Pastikan bahwa anda benar-benar
berada di dalam batas Arafah, dan jangan
sampai keluar meninggalkan batas Arafah sebelum matahari
terbenam.
5. Jika matahari benar-benar telah tenggelam, bergeraklah
dari Arafah menuju Muzdalifah dengan tenang. Kerjakanlah shalat Maghrib dan
`Isya sesampai di Muzdalifah dijama` ta'khir; Maghrib tiga
raka`at, `Isya dua raka`at dengan satu azan dan dua iqamat. Kemudian
bermalamlah di situ sampai shalat Shubuh. Dan
setelah shalat Shubuh, tetaplah di Muzdalifah untuk berdo`a dan berdzikir sampai menjelang (mendekati waktu)
terbitnya matahari.
6. Ketika matahari sudah akan
terbit, bergeraklah
dari Muzdalifah menuju Mina dengan tetap bertalbiyah. Dan jika anda telah
sampai di Mina, lakukanlah
pekerjaan-pekerjaan berikut -setelah terbit matahari-:
a. Melontar Jumrah `Aqabah, yaitu jumrah yang terdekat dari Mekah, dengan tujuh batu kerikil
(seukuran biji kacang tanah) secara berturut-turut, seraya bertakbir dalam
setiap lontaran. Usahakan kerikil-kerikil
tersebut masuk ke dalam lubang (lingkaran).
b. Sembelihlah hewan kurban (hadyu),
makanlah sebagian dagingnya, dan sisanya bagikan kepada orang-orang fakir miskin. Binatang kurban
(hadyu) ini wajib bagi orang yang mengerjakan
haji Tamattu` dan Qiran. Namun, jika tidak mampu, anda
dapat menggantinya dengan puasa tiga hari di
musim haji dan tujuh hari setelah
kembali ke kampung halaman.
c. Mencukur seluruh rambut (sampai
gundul) atau memangkas pendek seluruhnya. Bagi wanita, cukup mencukur rambutnya
sepanjang
satu ruas jari.
Jika anda mampu, kerjakanlah ketiga
hal di atas secara berurutan, mulai dari melontar jumrah, menyembelih binatang
(hadyu), ke-mudian mencukur rambut. Namun jika anda tidak mampu, maka tidak mengapa dikerjakan dengan tidak
berurutan.
Setelah
melontar jumrah dan mencukur atau memotong rambut, anda telah bertahallul yang
pertama (kecil). Setelah itu, anda boleh mengenakan pakaian (biasa) dan tidak
ada lagi larangan ihram yang tinggal kecuali satu, yaitu mendatangi wanita
(bersetubuh).
7. (Setelah
itu), pergilah ke Mekkah untuk me-ngerjakan Thawaf Ifadhah –thawaf haji- dan sa`i di antara Shafa dan Marwah, sebagai sa`i
(wajib) haji, bagi anda yang mengerjakan haji Tamattu`. Dengan demikian, anda
telah bertahallul yang kedua (besar). Setelah
itu, tidak ada lagi larangan ihram yang mesti dihindari termasuk mendatangi istri (bersetubuh).
8. Bagi anda
yang mengerjakan haji Qiran atau Ifrad, lakukanlah thawaf dan sa`i di antara
Shafa dan Marwah, bila anda belum mela-kukan sa`i pada saat Thawaf Qudum.
9. Kemudian kembalilah ke Mina dan mabit (bermalam)lah
pada malam ke 11 dan 12 Dzulhijjah.
10. Lontarlah
tiga jumrah pada hari ke 11 dan 12 setelah
tergelincir matahari (setelah masuk Zhuhur),
di mulai dari Jumrah Ula, yaitu jumrah yang paling jauh dari Mekkah, kemudian
Jumrah Wushtha dan Jumrah `Aqabah, masing-masing dengan tujuh batu kerikil
secara berturut-turut sambil bertakbir pada setiap lontaran.
Disunnahkan (sangat dianjurkan) berdo`a setelah melontar Jumrah Ula dan
Jumrah Wushtha. Dan tidak dibolehkan melontar sebelum
tergelincir matahari.
11. Jika anda telah menyempurnakan
(amalan) hari ke 11 dan 12, anda boleh bersegera me-ninggalkan Mina sebelum
matahari terbenam atau tetap tinggal
di Mina –ini yang paling utama
(afdhal)- dan mabit (bermalam) lagi pada malam ke 13 Dzulhijjah. Lontarlah ketiga jumrah
pada hari ke 13 setelah tergelincir matahari, sebagaimana yang anda lakukan pada hari ke 12.
12. Jika anda hendak kembali ke
kampung halaman anda, kerjakanlah Thawaf Wada`-sebelum me-ninggalkan Mekkah-
sebanyak tujuh putaran. Dan bagi wanita yang haidh dan
nifas, tidak perlu mengerjakan Thawaf Wada`.
Berkunjung ke
Kota Suci
Madinah Nabawiyah
Saudaraku!
Ketahuilah, bahwasanya disunnahkan bagi seorang muslim mengunjungi mesjid Nabawi, baik pada musim
haji atau bukan, karena Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ؛
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِيْ هَذَا، وَالْمَسْجِدِ الأَقْصَى )).
"Tidak
boleh mendatangi suatu tempat dengan maksud mendekatkan diri (taqarrub)
kepada Allah, kecuali ke tiga mesjid: Masjidil Haram, masjidku ini
(Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsha".
Jika anda telah sampai –berkat perlindungan Allah Subhanahu wa Ta`ala- di kota suci
Madinah Nabawiyah, mulailah dengan
(mendatangi) Masjid (Nabawi), karena
shalat di dalamnya lebih baik daripada seribu shalat di masjid-masjid lain, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam:
(( صَلاَةٌ فِيْ مَسْجِدِيْ هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ
صَلاَةٍ فِيْمَا سِوَاهُ، إِلاَّ الْمَسْجِدَ
الْحَرَامَ )).
"Satu
kali shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu shalat di masjid-masjid yang
lain, selain Masjidil Haram".
Kemudian anda
memberi salam kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam serta kedua sahabatnya; Abu Bakar dan Umar
radhi-yallahu `anhuma di kamar (dahulu kamar/ tempat tinggal Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam) yang menjadi kuburan mereka.
Disunnahkan pula mengunjungi Masjid
Quba' dan mengerjakan shalat di dalamnya (baik shalat
fardhu maupun shalat sunnah), karena
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam telah bersabda:
(( مَنْ خَرَجَ حَتَّى يَأْتِيَ هَذَا الْمَسْجِدَ –يَعْنِي
مَسْجِدَ قُبَاءَ- فَيُصَلِّيَ فِيْهِ، كَانَ
كَعَدْلِ عُمْرَةٍ )).
"Barangsiapa
yang keluar untuk mendatangi masjid ini
–yakni Masjid Quba'-, kemudian shalat di dalamnya, (maka pahalanya) seperti
umrah".
Anda juga bisa berkunjung ke
pekuburan Baqi` dan Syuhada Uhud untuk berdo`a dan memohon-kan ampunan
bagi mereka, karena Nabi Shallallahu `alaihi wasallam pernah
mendatangi pekuburan Baqi` dan Syuhada Uhud untuk mendo`akan penghuni kedua
pekuburan tersebut dengan mengucapkan:
(( السَّلاَمُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ، مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلاَحِقُوْنَ )).
"Semoga
salam keselamatan bagi para penghuni kuburan ini, dari golongan kaum
mu'minin dan muslimin.
Dan sesungguhnya insya Allah kami benar-benar akan mengikuti kalian".
Saudaraku –yang
semoga dilindungi Allah dari segala yang tidak diinginkan (keburukan)-!
Inilah tempat-tempat yang disyari`atkan untuk dikunjungi di kota suci
Madinah Nabi Shallallahu `alaihi wasallam. Sedangkan tempat-tempat lain,
tidak disunnahkan untuk kita kunjungi atau mela-kukan shalat padanya. Sebab,
seandainya tempat-tempat tersebut memiliki keutamaan,
tentu Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
telah memberi kita petunjuk (menganjurkan) untuk mengunjunginya.
Dan kita semua, tentu telah bersaksi bahwa Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam telah mengemban
risalah, menyampaikan amanah dan menasehati umat serta meninggalkan kita di
atas jalan yang terang benderang, di mana orang yang menyimpang daripadanya,
pasti akan celaka (sesat). Allah Subhanahu wa Ta`ala baru mewa-fatkan
(Nabi)-Nya, setelah Dia menyempurnakan agama dan nikmat ini.
Semoga shalawat, salam dan keberkahan dari Robb (Tuhan)ku tercurah
kepadanya, kepada ke-luarga dan seluruh sahabatnya. Aamiin.
NASEHAT KEDUA
Saudaraku!
Ada beberapa
kesalahan yang dilakukan oleh banyak jema`ah haji, baik karena ketidaktahuan, lupa ataupun beranggapan (bahwa kesalahan tersebut
sebagai sesuatu) yang remeh. Berikut ini saya akan menyebutkan beberapa
kesalahan tersebut, dengan harapan kiranya
anda dapat menghindarinya, sehingga ibadah haji anda selamat (dari kesalahan itu) dengan izin Allah Subhanahu wa Ta`ala.
PERTAMA: Beberapa kesalahan yang dilakukan sebagian orang
pada saat ihram:
1. Tidak
berihram dari miqat.
2. Keyakinan sebagian orang bahwa tidak boleh memakai alas kaki, apabila saat ihram tidak memakainya.
3. Keyakinan
sebagian orang mengenai tidak bolehnya mengganti pakaian ihram.
4. Al Idhthiba` sejak mulai berihram, yaitu membuka pundak
kanan dan menjadikan (kedua) ujung kain ihramnya di atas
pundak kiri. Padahal, idhthiba`
ini hanya dilakukan pada saat Thawaf Qudum saja.
5. Meyakini adanya shalat sunat ihram pada saat akan
berihram.
KEDUA: Beberapa kesalahan yang terjadi (dalam perjalanan) antara miqat dan
Masjidil Haram, antara lain:
1. Meninggalkan talbiyah serta mengerjakan hal-hal yang menyebabkan lalai dari mem-bacanya. Dan
yang lebih berbahaya dari itu, menghabiskan
waktu dengan hal-hal yang diharamkan,
seperti mendengarkan nyanyian dan lagu (musik).
2. Membaca talbiyah dengan cara berjamaah (serentak bersama-sama).
KETIGA: Beberapa kesalahan yang terjadi ketika memasuki Masjidil Haram,
yaitu:
1. Meyakini bahwa
memasuki Masjidil Haram harus melewati
pintu tertentu. Kita sering
mendapatkan jemaah haji yang menyusahkan dirinya dengan bertanya di mana Babul `Umrah atau Babul Fath dan yang lainnya. Padahal, perkara ini
tidak seharusnya membuat jemaah bersusah-susah dan bersifat mudah dan lapang –alhamdulillah-, karena anda
dibolehkan me-masuki Masjidil Haram dari pintu
manapun yang mudah bagi anda. Dan jika anda
(mampu) masuk dari Bab Bani Syaibah, maka itu sangat bagus, karena Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam dahulu masuk melalui pintu tersebut.
2. Membaca do`a-do`a tertentu
ketika memasuki Masjidil Haram.
Padahal, tidak ada sama sekali do`a
khusus yang harus dibaca ketika me-masukinya. Yang diajarkan oleh
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam hanyalah do`a yang dibaca ketika
memasuki setiap masjid, termasuk Masjidil Haram, seperti:
(( بِسْمِ اللهِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى
رَسُوْلِ اللهِ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ، وَافْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ
رَحْمَتِكَ )).
"Dengan
nama Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah. Ya Allah! Ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah
pintu-pintu rahmatMu buatku".
KEEMPAT: Beberapa kesalahan yang terjadi dalam thawaf,
antara lain:
1. Melafazhkan
niat ketika akan mengerjakan thawaf. Kita
sering mendengar sebagian orang mengucapkan:
(( اللَّهُمَّ، إِنِّيْ نَوَيْتُ أَنْ أَطُوْفَ بِالْبَيْتِ
سَبْعَةَ أَشْوَاطٍ )).
"Ya Allah, sesungguhnya aku
berniat mela-kukan thawaf di Baitullah sebanyak tujuh putaran".
Padahal, cara tersebut sama sekali
tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam dan (tidak pula) sahabat-sahabatnya yang mulia.
2.
Tidak memulai thawaf dari Hajarul Aswad.
3. Berdesak-desakan di Hajarul Aswad
dan Rukun Yamani.
4. Meyakini bahwa mencium Hajarul
Aswad adalah syarat sah thawaf.
5. Mencium Rukun Yamani.
6. Berjalan cepat (ramal) di
seluruh putaran thawaf. Padahal, ramal
tersebut tidak (disun-nahkan) dilakukan kecuali pada tiga putaran pertama dan hanya (disunnahkan) bagi kaum
pria.
7. Mengkhususkan setiap putaran dengan bacaan do`a
tertentu. Dan yang lebih mem-perparah penyimpangan ini, apabila
orang yang thawaf dengan membaca buku do`a kecil
itu tidak mengetahui makna apa yang dibacanya itu.
8. Masuk ke dalam Hijir
Ismail ketika masih thawaf. Hal ini dapat membatalkan thawaf seseorang, karena Hijir Ismail masih termasuk
dalam bangunan Ka`bah.
9. Tidak menjadikan Ka`bah di sebelah kirinya. Hal ini sering terjadi pada orang yang mengawal
keluarganya dalam mengerjakan thawaf dan "memblokade"
mereka bersama-sama dengan rombongannya.
Maka orang ini mau tidak mau akan
menjadikan Ka`bah di sebelah kanan
atau di depannya, bahkan di belakang-nya.
Hal ini bisa saja menyebabkan tidak sahnya thawaf yang ia lakukan, karena di
antara syarat-syarat sahnya thawaf adalah menjadikan Ka`bah pada posisi
sebelah kiri anda.
10. Memegang/ mengusap-usap semua
rukun (sisi) Ka`bah.
11. Mengeraskan suara membaca do`a.
Hal ini dapat menghilangkan kekhusyu`an,
menjatuh-kan kewibawaan Baitullah dan mengganggu orang lain yang sedang melakukan thawaf, padahal mengganggu orang yang sedang mengerjakan ibadah merupakan suatu
ke-mungkaran.
12. Berkeyakinan bahwa shalat dua
raka`at setelah thawaf harus
dikerjakan di dekat Maqam Ibrahim.
Oleh sebab itu, kita sering melihat orang-orang yang menyebabkan sempit dan terkendalanya orang lain yang sedang thawaf,
sehingga mereka sangat terganggu dibuatnya.
13. Memanjangkan shalat dua raka`at setelah thawaf. Hal ini menyalahi sunnah,
karena Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam memendekkan dan
meringankan kedua raka`at tersebut.
Di samping itu, orang yang meman-jangkan dua raka`at ini, sesungguhnya
telah mengganggu, memberatkan serta menghala-ngi orang-orang yang thawaf yang
sebenar-nya mereka lebih berhak terhadap tempat itu daripadanya.
14. Membaca do`a tertentu di Maqam Ibrahim. Dan penyimpangan ini lebih parah lagi, apabila
do`a itu dibaca secara berjama`ah.
15. Mengusap-usap Maqam Ibrahim. Hal ini sama sekali tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah
Shallallahu `alaihi wasallam.
KELIMA: Beberapa kesalahan yang
terjadi dalam mengerjakan sa`i, yaitu:
1. Melafazhkan niat sa`i.
2. Meninggalkan
berlari-lari kecil (ramal) antara dua tanda hijau bagi laki-laki.
Adapun
wanita (memang seharusnya) tetap berjalan biasa.
3. Sebaliknya
berlari-lari kecil (ramal) di seluruh putaran sa`i. Hal ini dapat menyebabkan beberapa mudharat, antara lain; menyalahi sunnah, membuat letih diri sendiri dan berdesak-desakan sehingga mengganggu orang
lain. Ada orang yang melakukan itu karena ingin cepat-cepat menyelesaikan
ibadah ini, dan ini tentu lebih buruk dan
jelek dari kesala-han sebelumnya, karena ia menggambarkan kejenuhan
dalam beribadah.
Dan hal ini tentu merupakan kesalahan besar, karena semestinya setiap orang (mu'min) mengerjakan
ibadah dengan dada lapang, hati senang dan penuh kekhusyu`an.
4. Setiap menaiki bukit Shafa dan
Marwah membaca ayat berikut:
ﱹ إِنَّ
الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ اللّهِ ﱸ
"Sesungguhnya Shafa dan Marwah
adalah sebagian dari syi`ar Allah". (QS. Al
Baqarah:
158).
Padahal, ayat ini hanya
(disunnahkan) dibaca
ketika pertama kali akan memulai sa`i, pada saat naik ke bukit Shafa,
sebagaimana yang ditunjukkan oleh Rasulullah
Shallallahu `alaihi wasallam.
5. Mengkhususkan setiap putaran sa`i
dengan
do`a-do`a tertentu.
6. Memulai sa`i
dari bukit Marwah.
7. Beranggapan bahwa satu putaran itu adalah dari bukit Shafa sampai kembali ke bukit Shafa, yang menyebabkannya
melakukan sa`i sebanyak 14 kali.
8. Mengerjakan
sa`i di luar (manasik) haji dan umrah, seperti yang diyakini sebagian orang
bahwa ada sa`i sunnah sebagaimana adanya thawaf sunnah.
KEENAM:
Beberapa kesalahan yang terjadi ketika tahallul (mencukur habis atau memotong
rata rambut), yaitu seperti berikut:
1. Mencukur
sebagian rambut saja.
2. Memotong sebagian rambut dari satu sisi saja. Cara seperti
ini bertentangan dengan ayat:
ﱹ مُحَلِّقِينَ
رُؤُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ ﱸ.
"... dengan mencukur rambut
kepala kalian dan memendekkannya...". (QS. Al Fath:
27).
3. Mencukur habis atau memendekkan rambut kepala setelah mengenakan pakaian
biasa, sesudah umrah.
KETUJUH:
Beberapa kesalahan yang terjadi pada hari
Tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijjah), yaitu:
1. Meyakini bahwa mengerjakan shalat dua raka`at ihram adalah wajib, dan bahwa pakaian ihram
harus baru.
2. Melakukan idhthiba` (membuka pundak kanan dan menyampirkan kain ihram di pundak kiri). Padahal, cara tersebut
hanya disyari`atkan ketika mengerjakan Thawaf
Qudum saja.
3. Meyakini bahwa ihram untuk haji tidak sah apabila mengenakan pakaian yang digunakan untuk umrah.
4. Meninggalkan
talbiyah pada saat berangkat menuju Mina.
5. Langsung
berangkat menuju `Arafah.
6. Tetap
tinggal di Mekkah dan tidak berangkat ke Mina.
7. Menjama`
shalat di Mina.
8.
Menyempurnakan (tidak mengqashar) shalat di Mina.
KEDELAPAN: Beberapa kesalahan yang terjadi ketika
berangkat menuju `Arafah dan pada saat wukuf di sana, antara lain:
1. Tidak bertalbiyah ketika menuju
`Arafah.
2. Wukuf di luar batas `Arafah setelah ter-gelincir
matahari.
3. Menghadap ke
bukit (Rahmah) –bukan ke kiblat- saat berdo`a.
4. Meyakini bahwa wukuf di atas bukit (Rahmah) itu adalah
wajib.
5. Meyakini bahwa pohon-pohon di `Arafah tidak boleh
dipotong.
6. Meyakini bahwa Jabal Nur memiliki kesucian yang khusus,
sehingga jemaah haji berusaha naik ke atasnya, shalat dan bergantungan di
pohon-pohonnya.
7. Menyangka
bahwa shalat (di `Arafah) harus dikerjakan
bersama imam (di mesjid Namirah), meskipun dalam keadaan yang sangat
sulit dilakukan.
8. Keluar dari `Arafah sebelum matahari terbenam.
9. Membuang-buang waktu tanpa faedah. Dan yang lebih bahaya dan besarnya dosa apabila
membuang-buang waktu dengan hal-hal yang diharamkan, seperti berfoto-foto,
mendengar-kan lagu serta nyanyian (musik), pembicaraan yang tidak senonoh atau
menyakiti orang lain.
KESEMBILAN: Beberapa kesalahan yang terjadi ketika
bertolak menuju Muzdalifah, yaitu antara
lain:
1. Terlalu tergesa-gesa (dalam berjalan menuju Muzdalifah).
2. Berhenti
sebelum tiba di Muzdalifah.
3. Mengerjakan shalat Maghrib dan `Isya di tengah perjalanan
sebelum tiba di Muzdalifah.
4. Mengundur-undur shalat `Isya sampai keluar waktunya dengan dalih belum sampai ke Muzdalifah,
di mana banyak jamaah haji yang terlambat mendapatkan kenderaan di
jalan, sehingga mereka tidak dapat tiba di Muzdalifah kecuali setelah tengah
malam atau mendekati waktu fajar, sehingga
mereka terpaksa mengakhirkan shalat (`Isya) hingga tiba di Muzdalifah. Hal ini merupakan kesala-han
besar.
5. Mengerjakan
shalat Shubuh sebelum waktu-nya. Sebagian jamaah haji –semoga Allah memberi
mereka hidayah- tidak menunggu masuknya waktu
shalat Shubuh. Begitu mendengarkan ada sebagian jemaah yang mengumandangkan
azan, merekapun segera melakukan shalat.
6. Meninggalkan Muzdalifah pada malam hari dan tidak
mabit (bermalam) di sana.
7. Menghabiskan
waktu malam dengan pembi-caraan yang tidak bermanfaat, atau dengan hal-hal lain
yang diharamkan.
8. Tetap
tinggal di Muzdalifah hingga terbit matahari.
9. Meyakini bahwa batu-batu untuk melontar jumrah harus
dipungut dari Muzdalifah.
KESEPULUH: Beberapa kesalahan yang terjadi ketika melontar jumrah.
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَالسَّعْيُ
بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْيُ
الْجِمَارِ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللهِ لاَ لِغَيْرِهِ )).
"Sesungguhnya
disyari`atkan thawaf di Bai-tullah, sa`i antara Shafa dan Marwah
serta melontar jumrah hanyalah untuk menegakkan dzikrullah,
bukan untuk yang lain".
Dan di antara
kesalahan-kesalahan dalam melontar
jumrah ialah sebagai berikut:
1. Membasuh batu-batu (yang dipakai melontar) atau memberinya wangi-wangian.
2. Meyakini bahwa tiang-tiang jumrah
itu adalah
setan. Sangkaan seperti ini menyebabkan beberapa mudharat:
- Sangkaan ini adalah sangkaan yang keliru, karena melontar jumrah adalah dalam rangka menegakkan dzikrullah dan mewujudkan
penghambaan kepada Allah Ta`ala.
- Hal ini menyebabkan seseorang akan
melontar dengan penuh amarah dan kebencian, sehingga
dapat menyakiti orang lain, karena dia maju menyerang
bagaikan onta yang sedang mengamuk.
- Ini dapat menyebabkan seseorang
lupa bahwa dengan melontar jumrah ini, ia sedang dalam beribadah kepada Allah,
sehingga ia mengganti dzikir yang disyari`atkan dengan yang tidak disyari`atkan
karena berpegang pada dugaan di atas, yang
karenanya kita akan melihatnya
melempar dengan batu besar, kayu atau
sandal.
3. Berkeyakinan bahwa lontarannya harus me-ngenai tiang
jumrah.
4. Mewakilkan
orang lain untuk melontarkan, padahal ia
masih sanggup melakukannya sendiri.
5. Menyangka bahwa tidak boleh melontar kecuali dengan
batu-batu dari Muzdalifah. Padahal yang benar, adalah dibolehkan melontar me-makai
kerikil yang berasal dari mana saja.
6. Melontar
tidak mengikuti urutan yang benar, atau melontar sebelum waktunya.
7. Melontar
dengan kurang dari tujuh buah batu.
8. Tidak
berdo`a sesudah melontar jumrah per-tama dan kedua.
9. Melontar dengan jumlah yang melebihi jumlah yang
semestinya.
KESEBELAS: Beberapa kesalahan yang terjadi di Mina, antara lain:
1. Tidak mabit (bermalam) di Mina tanpa `udzur. Tidak berusaha
mencari tempat bermalam di Mina, sehingga dengan demikian ia beralasan karena tidak
mendapatkan tempat bermalam di Mina, ia
bermalam di Mekkah atau di `Aziziah.
2. Meninggalkan Mina sebelum matahari terge-lincir pada tanggal 12 Dzulhijjah.
NASEHAT KETIGA
Ketahuilah
wahai saudaraku yang mulia –semoga Allah
menjaga anda dari semu kejahatan dan
dosa-, bahwa syetan selalu berusaha menyesat-kan kaum muslimin dan
menghiasi kejahatan itu sehingga kelihatan baik oleh mereka. Allah berfirman:
ﱹوَقَالَ
لَأَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَّفْرُوضًاﱸ.
"Dan
(syaitan) itu mengatakan: "Saya benar-benar
akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan
(untuk saya).
(QS. An Nisaa': 118)
Dan Allah berfirman:
ﱹقَالَ
فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ * ثُمَّ
لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ
وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَﱸ.
"Iblis
menjawab: "Karena Engkau telah meng-hukum saya tersesat, maka saya
benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari
muka, belakang, kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanya-kan mereka bersyukur (taat)". (QS. Al
A`raaf: 16-17)
Dan Allah juga berfirman –tatkala Dia me-larang hamba-Nya mengikuti
langkah-langkah syetan yang selalu mengajak kepada
kerusakan, namun ia tidak menyadarinya selangkah demi selangkah-:
ﱹيَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ
يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
وَلَوْلاَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنكُمْ مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ
يُزَكِّيْ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌﱸ.
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang-siapa yang mengikuti
langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya
syaitan itu menyuruh mengerjakan
perbuatan yang keji dan yang mungkar.
Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian,
niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih
(dari perbuatan keji dan mungkar itu)
selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. An Nuur:
21).
Dan perkara yang paling berbahaya yang selalu diusahakan
oleh syaitan adalah menjerumuskan manusia ke
dalam kemusyrikan, karena ia me-ngetahui dengan baik, bahwasanya Allah Ta`ala
tidak akan mengampuninya selama-lamanya. Allah berfirman:
ﱹإِنَّ
اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَلِكَ لِمَنْ
يَشَاءُﱸ.
"Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
dikehendakiNya". (QS. An Nisaa': 48).
Dan ketahuilah –wahai saudaraku yang
mulia-
bahwa syaitan tidak akan datang mengajak kita langsung kepada perbuatan syirik,
namun yang dilakukannya ialah menghiasi
perbuatan-perbuatan yang dapat mengantarkan kepada kesyirikan. Dan awal mula
masuknya kesyirikan ke dalam kalangan kaum
Nabi Nuh `alaihis salam, adalah ketika ada orang-orang shaleh dari
mereka yang meninggal, syaitan
menganjurkan kepada mereka untuk meng-gambar
orang-orang shaleh tersebut, agar mereka teringat (keutamaan) ilmu dan amal
shaleh dan bersemangat untuk itu
apabila melihat gambar-gambar tersebut. Lalu ketika datang generasi berikutnya,
syaitan membisikkan pada mereka: "Sesungguhnya
nenek moyang kalian dahulu melakukan
hal tersebut (menggambar orang-orang shaleh) tidak lain kecuali untuk meminta
tolong kepada mereka bila ditimpa musibah dan memohon perlindungan saat bahaya datang mengancam. Demikianlah syaitan terus menerus menganjurkan
dan membisikkan supaya mereka melakukan hal tersebut, hingga pada akhirnya (tanpa terasa) mereka sudah menyembah orang-orang shaleh itu dan tidak
lagi menyembah Allah Ta`ala.
Dan seringkali
terjadi di kalangan orang-orang awam –akibat kejahilannya- perkara-perkara
(pelanggaran) besar yang dapat menjerumuskan mereka
ke jurang kemusyrikan tanpa mereka sadari. Misalnya, perkataan sebagian mereka:
"Ya Sayyid Husein, ya Siti
Zainab, ya Badawi, ya Matbuli atau ya Sayyid Fulan, berikanlah aku pertolongan", atau: "Aku berlindung kepadamu", atau: "Sembuhkanlah penyakitku",
atau: "Kembalikanlah barangku yang hilang", atau: "Karuniakanlah aku anak", atau:
"Bantulah aku melawan musuh-musuhku, atau orang yang menzhalimiku".
Termasuk juga,
bersujud kepada kuburan,
atau menganggap shalat di atasnya merupakan perbuatan yang agung serta
menganggap shalat menghadap ke kuburan itu lebih utama (afdhal) daripada shalat menghadap kiblat. Atau berangga-pan
bahwa thawaf di kuburan lebih baik daripada thawaf di Ka`bah.
Semua ini –wahai
saudaraku- adalah hal-hal yang jelas-jelas termasuk syirik dalam agama Allah.
Bagaimana mungkin seorang yang berakal (sehat) meminta perlindungan dan
pertolongan kepada orang yang sudah mati,
yang seandainya ia memiliki kekuasaan terhadap dirinya, pasti ia tidak
akan mati?! Dan apakah seorang wali atau orang
shaleh tersebut lebih agung daripada Rasulullah
Shallallahu `alaihi wasallam, yang belum ada seorang makhlukpun yang
pernah menginjakkan kakinya di
permukaan bumi yang lebih baik
daripada Beliau?? (Walaupun demikian), Allah berfirman:
ﱹقُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ
مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ
كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ
إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَﱸ.
"Katakanlah:
"Aku tidak berkuasa menarik kemanfa`atan bagi diriku dan tidak
(pula) menolak kemudharatan, kecuali yang dikehendaki Allah.
Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebaikan sebanyak-banyak-nya dan aku tidak
akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan
pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al A`raaf: 188)
Dan Dia juga berfirman:
ﱹقُلْ
إِنِّي لاَ أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلاَ رَشَدًا * قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيرَنِي
مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِن دُونِهِ مُلْتَحَدًاﱸ.
"Katakanlah:
"Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun
kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfa'atan". Katakan-lah:
"Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat
melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh
tempat berlindung selain dari-Nya". (QS. Al Jin: 21-22).
Maka jika
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam saja tidak
dapat mendatangkan manfa`at atau
menghindarkan mudharat dari dirinya, dan tiada pula yang dapat melindunginya
dari Allah Ta`ala, bagaimana mungkin ada orang yang meyakini bahwa hal tersebut dapat dilakukan oleh
seseorang selain Beliau?? Seorang muslim
tentu tidak bisa menerima keyakinan seperti ini, karena Allah telah berfirman:
ﱹوَيَعْبُدُونَ
مِنْ دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـؤُلاَءِ
شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللّهِﱸ.
"Dan
mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan ke-mudharatan
kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa'atan, dan mereka
berkata:"Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami
di sisi Allah". (QS. Yunus: 18).
Ini adalah
perbuatan kaum musyrikin terhadap berhala-berhala
mereka, maka apakah pantas seorang
muslim mengikuti perbuatan orang
musyrik tersebut, sehingga ia meminta syafa`at dari para wali atau orang-orang
shaleh yang telah meninggal?!
Allah berfirman
menjelaskan alasan orang-orang musyrik bahwa mereka menyembah berhala-berhala itu tidak lain kecuali
dengan tujuan agar semakin dekat kepada Allah Ta`ala:
ﱹوَالَّذِينَ
اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُوْنَا
إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيهِ
يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌﱸ.
"Dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah
mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami
kepada Allah sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang
apa yang mereka berselisih padanya.
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki
orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar". (QS. Az Zumar: 3)
Maka pantaskah
bagi seorang yang beriman kepada Kalam Allah berdo`a kepada selain Allah, baik itu
kepada walih ataupun orang-orang shaleh dengan alasan sebagaimana alasan
orang-orang musyrik?! Padahal, Allah Ta`ala telah menjelaskan kelemahan dan
ketidakberdayaan segala sesuatu yang dijadikan tujuan untuk berdo`a selain
Allah. Allah berfirman:
ﱹوَالَّذِينَ
تَدْعُونَ مِن دُونِهِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَكُمْ وَلاَ أَنفُسَهُمْ
يَنْصُرُونَﱸ.
"Dan
berhala-berhala yang kamu seru selain Allah
tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri". (QS. Al
A`raaf: 197)
Sehingga apabila
Allah Ta`ala menyatakan bahwa mereka tidak akan sanggup menolong kalian, bahkan
untuk menolong diri sendiri mereka tidak mampu, maka apakah seorang
muslim yang berakal (sehat) masih mempercayai bahwa mereka dapat memberikan
pertolongan (sebagaimana Allah memberikan pertolongan)?! Siapa yang menyatakan hal
tersebut, maka sesungguhnya ia telah mendustakan Allah Ta`ala, dan barangsiapa yang mendustakan Allah, maka
ia telah kafir, meskipun ia (tetap) melaksanakan shalat, berpuasa dan mengaku
bahwa dirinya adalah seorang muslim.
Jika Rasulullah
Shallallahu `alaihi wasallam yang merupakan penghulu segala rasul dan
yang berhak memberikan syafa`at di hari kiamat, di mana semua manusia berada
di bawah panji-panjinya, dikarenakan kedudukan dan martabat Beliau yang
agung, tidak memiliki kekuasaan apapun terhadap kerabat Beliau
sendiri. Ini sebagaimana perkataan Beliau yang disebutkan dalam hadits
riwayat Ibnu Abbas dan Abu Hurairah radhiyallahu `anhuma ketika Beliau berada di bukit
Shafa, tatkala turunnya ayat:
ﱹوَأَنذِرْ
عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَﱸ.
"Dan
beri peringatanlah kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat". (QS. Asy
Syuuraa: 214)
(Ketika itu)
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam berdiri dan
mengatakan: "Wahai sekalian kaum Quraisy! Korbankanlah
diri-diri kalian, karena aku tidak dapat menyelamatkan kalian dari
kemudharatan jika Allah menghendakinya. Wahai
Bani Abdi Manaf! Aku tidak dapat menolong kalian dari kemudharatan jika
Allah menghendakinya. Wahai Shafiyah bibi
Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam! Aku tidak dapat menolongmu dari kemudharatan jika Allah menghendakinya. Wahai Abbas bin Abdul Muthalib! Aku tidak dapat menolongmu dari kemudharatan jika Allah menghendakinya. Wahai
Fatimah binti Muhammad! Mintalah dariku apa yang
kumiliki, namun aku tidak dapat menolongmu dari kemudharatan jika Allah menghendakinya".
Kalau Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam
saja tidak dapat menolong paman, bibi dan
putri Beliau, maka mana mungkin
Beliau dapat menolong orang lain?!
Camkanlah masalah ini dengan baik, wahai saudaraku!
Ketika
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam ingin meminta ampunan
bagi pamannya Abu Thalib –karena ia
telah banyak membantu dan menolongnya-, Allah lalu melarangnya. Dia berfirman:
ﱹمَا
كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ
وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبَى مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ
أَصْحَابُ الْجَحِيمِﱸ.
"Tiadalah
sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang
beriman memintakan ampun (kepada Allah)
bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka
bahwasanya orang-orang musyrik itu
adalah penghuni neraka Jahim". (QS. At
Taubah: 113)
Allah Ta`ala berfirman:
ﱹإِنَّكَ
لاَ تَهْدِيْ مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ
أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَﱸ.
"Sesungguhnya
kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya, dan Allah lebih
mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". (QS. Al
Qashash: 56)
Maka janganlah
anda tertipu –wahai saudaraku-
oleh perbuatan orang-orang jahil dengan
berdo`a kepada selain Allah Ta`ala.
ﱹوَتَوَكَّلْ
عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لاَ يَمُوتُﱸ.
"Dan bertawakkallah
kepada Allah Yang Maha Hidup (kekal) Yang Tidak Mati". (QS. Al Furqan:
58)
Oleh sebab itu, janganlah anda
berdo`a kecuali kepada Allah, janganlah anda berlindung kecuali kepada Allah
dan janganlah meminta pertolongan kecuali kepada Allah. Ketahuilah
bahwasanya Allah Ta`ala lebih dekat kepada anda dari segala
sesuatu. Allah berfirman:
ﱹوَإِذَا
سَأَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا
دَعَانِﱸ.
"Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku". (QS. Al Baqarah: 186)
Ambillah wahai saudaraku yang mulia
–semoga
Allah senantiasa menjagamu- wasiat Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
kepada saudara sepupunya Abdullah bin Abbas radhiyallahu `anhuma, ketika
Beliau berpesan kepadanya: "Apabila
engkau meminta sesuatu, maka mintalah kepada
Allah dan apabila engkau memohon pertolongan,
maka mohonlah kepada Allah. Ketahuilah,
sekiranya seluruh umat bersatu untuk
memberikan suatu manfaat kepadamu, niscaya
mereka tidak akan memberimu manfaat, kecuali
manfaat yang telah Allah tetapkan bagimu.
Dan sekiranya mereka bersatu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan
mampu mencelakakanmu, kecuali jika Allah telah menetapkannya menimpamu. Telah diangkat pena-pena dan telah
kering lembaran-lembaran shuhuf (catatan taqdir)".
Maka apakah masih ada alasan (hujjah) bagi seseorang
setelah mengetahui hadits ini –wahai saudaraku
yang mulia-? Dan apakah masih dapat diterima
perkataan (pendapat) seseorang –siapapun dia- apabila bertentangan dengan perkataan Allah dan Rasul-Nya?!
Saudaraku yang mulia –semoga Allah
menjauh-kanmu
dari segala keburukan-! Sesungguhnya ada beberapa do`a agung yang pernah
diajarkan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam kepada para
sahabatnya, dan do`a-do`a tersebut adalah do`a
yang bermanfaat, sehingga penting bagi anda untuk mempelajarinya,
menghafalnya dan mengamalkannya, antara lain:
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ،
وَمِنْ دَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ الْقَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ )).
"Ya
Allah! Aku berlindung kepada Engkau dari beratnya
cobaan, kesengsaraan yang menimpa dan dari taqdir yang
buruk serta dari musibah yang menggembirakan musuh".
(( اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِيْ دِيْنِيْ الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ
أَمْرِيْ، وَأَصْلِحْ لِيْ دُنْيَايَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشِيْ، وَأَصْلِحْ لِيْ
آخِرَتِيْ الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادِيْ،
وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِيْ فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِيْ مِنْ كُلِّ شَرٍّ )).
"Ya
Allah, baguskanlah agamaku yang meru-pakan sandaran segala urusanku, baguskanlah (kehidupan) duniaku yang di dalamnya aku hidup, baguskanlah akhiratku yang kepadanya aku kembali, jadikanlah kehidupan ini tambahan bagiku dalam setiap kebaikan dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagiku dari segala keburukan".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ
وَآجِلِهِ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ
كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، اَللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ –صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -، وَأُعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ عَبْدُكَ
وَنَبِيُّكَ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ
وَمَا قَرَّبَ إِلَيهَا مِنْ قَوْلٍِ أَوْ عَمَلٍ، وَأُعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا
قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ
قَضَيْتَهُ لِيْ خَيْرًا )).
"Ya Allah!
Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu segala kebaikan, baik yang segera maupun yang lambat,
yang aku ketahui atau yang belum aku ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari
segala keburukan, baik yang segera maupun yang
lambat, baik yang aku ketahui ataupun yang belum aku ketahui. Ya Allah!
Aku memohon kepada-Mu kebaikan-kebaikan yang
diminta kepada-Mu oleh Nabi-Mu
Shallallahu `alaihi wasallam, dan aku
berlindung kepada-Mu dari segala keburukan yang mana Nabi-Mu
Shallallahu `alaihi wasallam berlindung kepada-Mu daripada-nya. Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu surga
dan hal-hal yang mendekatkan kepadanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan,
dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan hal-hal yang mendekatkan kepadanya,
baik perkataan maupun perbuatan, dan aku
memohon kepada-Mu agar Engkau
menjadikana seluruh taqdir yang telah Engkau tetapkan bagiku kebaikan
semata".
(( اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ بِالإِسْلاَمِ قَائِمًا، وَاحْفَظْنِيْ
بِالإِسْلاَمِ قَاعِدًا، وَاحْفَظْنِيْ
بِالإِسْلاَمِ رَاقِدًا، وَلاَ تُشْمِتْ بِيْ عَدُوًّا وَلاَ حَاسِدًا، اَللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ كُلِّ خَيْرٍ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ كُلِّ
شَرٍّ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ )).
"Ya Allah! Jagalah aku dengan
Islam dalam keadaan berdiri, jagalah aku
dengan Islam dalam keadaan duduk,
jagalah aku dengan Islam dalam keadaan
tidur, dan janganlah Engkau jadikan kesusahanku
kegembiraan bagi musuhku atau orang
yang dengki kepadaku. Ya Allah! Aku memohon
kepada-Mu seluruh kebaikan yang tempat
penyimpanannya berada di TanganMu, dan
aku berlindung kepadaMu dari seluruh keburukan
yang tempat penyimpanannya berada di TanganMu."
((
اللَّهُمَّ، إِنِّيْ أَسْأَلُكَ يَا اللهُ بِأَنَّكَ الْوَاحِدُ الأَحَدُ
الصَّمَدُ، الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُواً
أَحَدٌ؛ أَنْ تَغْفِرَ لِيْ ذُنُوْبِيْ، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ )).
"Ya Allah!
Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ya Allah, dengan (menyebut) bahwasanya Engkaulah
(Tuhan) Yang Maha Satu lagi Maha Esa, Tempat
bergantung segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya, agar Engkau mengampuni dosa-dosaku. (Karena) sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang."
(( اللَّهُمَّ، إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ،
الْمَنَّانُ يَا بَدِيْعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، يَا ذَا الْجَلاَلِ
وَالإِكْرَامِ، يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ، وَأَعُوْذُ
بِكَ مِنَ النَّارِ )).
"Ya Allah!
Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu (dengan menyebut) bahwasanya bagi-Mu-lah segala puji-pujian,
tidak sembahan (yang hak) selain Engkau
satu-satunya, tidak ada sekutu
bagi-Mu, Yang Maha Pemberi, wahai Pencipta
langit dan bumi, wahai Dzat Pemilik keagungan dan kemuliaan, wahai Yang Maha
Hidup, wahai Yang Maha Berdiri sendiri lagi senantiasa Mengurusi hamba-hamba-Nya, sesungguhnya aku memohon
kepada-Mu surga dan berlindung kepada-Mu dari neraka."
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ،
وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ، وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ، وَمِنْ
جَمِيعِ سَخَطِكَ )).
"Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu
dari hilangnya nikmatMu berubahnya kesehatan
(dari)-Mu, pembalasan-Mu yang
tiba-tiba (datangnya) dan segala kemurkaanMu".
Dan apabila anda ditimpa duka cita
dan kesusahan, maka katakanlah seperti apa yang diwasiatkan oleh Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam kepada anda, yaitu:
(( لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ، لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الأَرْضِ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ )).
"Tidak
tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Besar lagi Maha Penyantun,
tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan Yang Memiliki `Arsy
yang agung, tidak ada tuhan yang berhak
disembah selain Allah, Tuhan langit dan bumi dan Tuhan Yang Memiliki
`Arsy yang mulia".
(( يَا
حَيُّ، يَا قَيُّوْمُ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، فَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ
كُلَّهُ، لاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ )).
"Wahai
(Tuhan) Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, dengan rahmatMu aku meminta keselamatan, maka baguskanlah urusanku seluruhnya, dan janganlah Engkau tinggalkan diriku
walau hanya sekejap mata".
(( لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ
إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ )).
"Tidak
ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah
termasuk orang-orang yang zhalim".
(( اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ،
نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ،
مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ
فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا
مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ،
أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِيْ، وَنُورَ صَدْرِيْ، وَجلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ )).
"Ya Allah!
Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu yang laki-laki dan
anak hamba-Mu yang perempuan, ubun-ubunku di TanganMu,
berlaku padaku hukumMu dan adil padaku ketetapan-ketetapan (qadha)Mu.
Aku memohon kepada-Mu dengan (perantaraan) seluruh NamaMu
yang Engkau namai DiriMu dengan-Nya, atau yang Engkau
turunkan dalam KitabMu, atau yang Engkau ajarkan pada seseorang dari
makhluk-Mu, atau yang hanya Engkau sendiri yang mengetahuinya dalam ilmu ghaib yang ada pada sisi-Mu, agar Engkau
menjadikan
Al Qur'an kesejukan (musim semi)
hatiku, cahaya dadaku, pelipur
kesedihanku dan pengusir kesusahanku".
(( اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ
أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِيْ دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ،
اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ، وَآمِنْ رَوْعَاتِيْ، اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ
بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ،
وَأعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي )).
"Ya
Allah! Sesungguhnya aku memohon `afiat (keselamatan) kepada Engkau di
dunia dan akhirat. Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon
kemaafan dan keselamatan kepada Engkau,
dalam agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah! Tutupilah
aurat (aib)ku, dan amankanlah rasa takutku.
Ya Allah! Peliharalah aku dari
depanku, dari belakangku, dari kananku, dari kiriku dan dari atasku, aku berlindung dengan kebesaranMu agar aku
tidak dicelakakan dari bawahku".
NASEHAT
KEEMPAT
Saudaraku! Anda telah bersaksi bahwasanya Nabi dan orang yang kita cintai Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, sebaik-baik makhluk ciptaan-Nya dan pengemban
amanah atas wahyu yang diturunkan-Nya. Allah
mengutusnya sebagai rahmat untuk
seluruh alam dan dijadikan-Nya Beliau sebagai
imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa, sekaligus menjadi hujjah
(bahwa Dia telah menyampaikan syari`at) atas
seluruh ciptaan-Nya. Beliau telah
menyampaikan risalah, meng-emban
amanah, menasehati umat dan telah meninggalkan
kita di atas hujjah yang jelas, di mana malamnya (begitu jelas) bagaikan siangnya, yang tidak seorangpun menyimpang darinya kecuali
orang yang binasa. Dengannya Allah memberikan
petunjuk dari kesesatan dan dengannya pula Allah membuka mata dari
kebutaan. Allah telah mengangkat derajat Beliau, melapangkan dadanya, melepaskan darinya kesalahan-kesalahan
dan merendahkan serta menghinakan
orang-orang yang menyalahi perintahnya.
Maka
semoga shalawat dan salam dari Allah Subhanahu
wa Ta`ala selalu tercurah
kepadanya dan kepada keluarga serta
seluruh sahabatnya, begitu pula
kepada orang-orang yang berdakwah (sesuai)
dengan dakwahnya, mengikuti sunnahnya
dan menapaki jejaknya serta berjalan
di atas jalan dan manhaj (metode)nya
sampai hari kiamat.
Allah telah
mewajibkan kepada hamba-hamba-Nya untuk mentaati Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam, mencintainya, menghormatinya dan
menunaikan hak-haknya. Maka apakah kewajiban kita kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam itu,
wahai saudaraku?
Sesungguhnya Beliau mempunyai hak-hak yang besar yang
mesti kita tunaikan, antara lain:
1. Banyak-banyak mengucapkan shalawat dan salam kepadanya, sesuai firman
Allah:
ﱹ إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى
النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﱸ.
"Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi
(Muhammad). Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuknya dan ucapkanlah salam
penghor-matan kepadanya". (QS. Al Ahzab: 56)
Dan Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam bersabda:
(( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً، صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً )).
"Barangsiapa
yang bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah
akan bershalawat (sebagai balasan) kepadanya sebanyak sepuluh kali".
Dan ketahuilah saudaraku, bahwa
sebaik-baik shalawat kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam adalah
bershalawat dengan cara yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam kepada para
sahabatnya, sebagaimana disebutkan dalam kitab "Shahih Al
Bukhary" dan "Shahih Muslim" sabda Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam kepada para sahabatnya (ketika
turun ayat di atas): "Katakanlah:
(( اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ،
كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَِجيدٌ )).
"Ya Allah,
limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah
bershalawat kepada Nabi Ibrahim dan kepada
keluarga Ibrahim. Dan turunkanlah keberkatan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguh-nya
Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia".
2. Mencintai
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam dengan
kecintaan yang sungguh-sungguh tertanam dalam hati, dan mendahulukan kecintaan
tersebut di atas kecintaan kepada siapa-pun (di antara makhluk). Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam bersabda:
(( لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ
مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ )).
"Tidaklah beriman seseorang kamu, sampai aku lebih
dicintainya dari anak-anaknya, ibu bapaknya, dan seluruh manusia"([23]).
Di antara bukti dan konsekwensi
cinta kepada Beliau Shallallahu `alaihi wasallam, adalah mengikutinya,
beradab dengan adab-adabnya, mendahulukan perintahnya di atas ridha siapapun dari manusia dan menahan diri dari apa-apa
yang dilarangnya.
3. Menaatinya
dalam setiap perintahnya, membenarkan setiap apa yang dikabarkannya dan menjauhi
seluruh yang dilarangnya. Allah berfirman:
ﱹ وَمَا
آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا
اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِﱸ.
"Apa yang diberikan Rasul
kepadamu maka terimalah, dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya". (QS. Al Hasyr: 7)
Dan Allah berfirman:
ﱹقُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ
فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ
غَفُوْرٌ رَحِيْمٌﱸ.
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu
dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Ali
Imran: 31).
Allah juga berfirman:
ﱹلَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْراًﱸ.
"Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala)
Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian dan dia banyak menyebut
Allah". (QS. Al Ahzab: 21)
4. Kewajiban mengambil hukum
kepada sunnahnya, meridhai hukum yang
ditetapkannya dan tidak membantah apa yang
telah diputuskannya. Allah berfirman:
ﱹفَلاَ
وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ
لاَ يَجِدُواْ فِيْ أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ
تَسْلِيمًاﱸ.
"Maka
demi Tuhanmu, mereka (sebenarnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan
sepenuhnya". (QS. An Nisaa': 65)
5.
Janganlah hendaknya kita menyembah Allah kecuali dengan cara-cara yang disyari`atkan dan diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, bukan menurut pandangan akal, hawa nafsu, bid`ah dan yang sesuai
dengan keinginan kita serta tidak pula
menurut kebiasaan-kebiasaan (tradisi) yang kita warisi dari bapak-bapak
dan kakek-kakek kita. Akan tetapi, haruslah dengan cara yang benar, yang datangnya dari Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, karena Beliau adalah penyampai risalah dari Tuhannya, dan Beliau
telah menyampaikan risalah tersebut, telah mengemban amanah dan menasehati
umat, sehingga tidak ada suatu kebaikanpun kecuali telah ditunjukkannya kepada
kita dan tidak ada pula suatu keburukan-pun kecuali telah
diperingatkannya kepada kita. Kita menjadikan bapak-bapak dan ibu-ibu kita sebagai tebusan bagi Beliau, semoga shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada Beliau. Allah telah menyempurnakan nikmat dengannya,
dan dengannya pula Dia telah menyempurnakan agama ini, sehingga tidak ada kebaikan kecuali dengan apa yang telah disyari`atkannya. Allah berfirman:
ﱹالْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ
نِعْمَتِيْ وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًاﱸ.
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu
dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama
bagimu". (QS. Al Maa'idah: 3)
NASEHAT KELIMA
Tahukah
anda, wahai saudara-saudaraku jemaah haji –semoga Allah
memuliakan anda dengan ketaatan kepadaNya-, bahwasanya di antara kewajiban-kewajiban yang paling penting diperhatikan oleh umat saat ini –dalam luasnya lautan peristiwa yang menimpa dan garangnya gelombang
yang menghadang serta berkumpulnya seluruh (kekuatan) manusia untuk memerangi umat
ini, ditambah lagi dengan suasana permusuhan yang terbuka dan
terang-terangan dari seluruh kaum kafir terhadap umat Islam- adalah
memperhatikan dan mementingkan masalah aqidah, yaitu dengan cara
memberikan perhatian besar dalam melurus-kannya, menyaringnya, dan membersihkannya (dari kesyirikan), karena
sesungguhnya hanya aqidah yang
luruslah yang dapat memberikan kepada
umat ini keistimewaan di atas umat-umat yang lain. Dan aqidah yang lurus pula yang dapat mencegahnya dari kecenderungan
(menyimpang) dan meleburkan diri bersama-sama dengan umat-umat yang kafir, sebagaimana yang
diinginkan dan direncanaka oleh umat-umat
kafir tersebut.
Aqidah jugalah yang dapat menyatukan kalimat kaum muslimin, mengarahkan (sikap) permusuhan
kepada musuhnya (yang sebenarnya) yang selalu menunggu kesempatan. Dan aqidah pula yang dapat memberikan gambaran yang tepat terhadap rencana-rencana dan
keinginan-keinginan musuh. Pendeknya, aqidah ini akan memberikan keistime-waan
kepada umat ini di atas umat-umat yang lain.
Di antara
perkara-perkara aqidah yang paling penting
–yang akan menjaga keberadaan umat ini
dan mencegahnya dari kecenderungan (mengikuti) umat-umat yang kafir serta menjadikannya berada di atas persatuan dan ikatan (ukhuwah) yang kuat- adalah masalah al wala' (cinta
dan kesetiaan penuh kepada
Allah dan Rasul-Nya) dan al bara' (sikap permusuhan terhadap orang-orang kafir). Musuh-musuh Islam sangat ingin dan berkepen-tingan
mengikis habis aqidah wala' dan bara' ini dari kehidupan kaum muslimin, sehingga mereka
untuk mewujudkan keinginan tersebut mereka menempuh berbagai usaha dan upaya.
Namun, berhasilkah mereka mewujudkan keinginan ter-sebut, sementara Allah Ta`ala telah
mewajibkan kepada setiap muslim untuk berlindung kepada Allah dari jalannya orang-orang Yahudi dan Nashrani paling sedikit
tujuh belas kali dalam sehari semalam? Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam bersabda:
(( لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ
الْكِتَابِ )).
"Tidak ada
(sah) shalat bagi orang yang tidak membaca surat Al Fatihah"([24]).
Maka apakah anda menyangka bahwa dengan mengubah pendirian kaum
muslimin secara paksa akan
melenyapkan akidah (wala' dan bara') mereka tersebut, sementara mereka selalu membaca di waktu siang dan malam:
ﱹاهْدِنَا
الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ * صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمْتَ عَلَيهِمْ غَيرِ
المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَﱸ.
"Tunjukilah
kami jalan yang lurus, (yaitu) jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka, bukan (jalannya) orang-orang yang Engkau murkai dan
bukan pula (jalannya) orang-orang yang sesat"?! (QS. Al Fatihah:
6-7).
Maksud "bukan
jalannya orang-orang yang Engkau murkai" -yaitu orang-orang Yahudi- di
mana mereka memiliki ilmu tapi mereka tidak mengamalkannya, "dan bukan pula
jalannya orang-orang yang sesat" –yaitu
orang-orang Nashrani- yang menyembah Allah dengan dasar kebodohan
(tanpa ilmu) dan kesesatan.
Sesungguhnya
ayat-ayat Al Quran yang ada di tangan setiap muslim telah mencegah kaum muslimin dari
kecenderungan, mempercayai atau membenarkan
orang-orang kafir, apalagi untuk mengikat tali persahabatan dengan
mereka, bagai-manapun jenis kekafirannya. Al Quran telah menjelaskan
dengan sejelas-jelasnya tentang tauhid ibadah, loyalitas (kesetiaan)
dan permusuhan (atau kebencian terhadap orang-orang kafir) dari segala
segi, agar umat ini memiliki identitas yang jelas serta menjadi seperti jasad
yang satu dalam seluruh amal dan keadaannya. Sungguh, kepercayaan
kepada orang-orang kafir, pembenaran terhadap berita-berita yang mereka sampaikan, begitu pula janji-janji dan perkataan mereka,
sungguh telah hilang dan sirna dari kehidupan masyarakat
muslim yang terdahulu. Oleh karena itu,
setiap kali aqidah wala' dan bara' ini melemah dan hilang, bahkan dilupakan oleh kaum muslimin,
pada saat itu pula mereka akan cenderung
mengikuti musuh-musuh mereka, lalu
orang-orang kafir itu (dengan mudah) menimpakan azab yang keji serta mencabik-cabik kehormatan muslimin.
Oleh karena itu, telah menjadi kewajiban para ulama untuk mencegah terjadinya
hal tersebut dengan memperbanyak
majlis-majlis ta`lim serta memberikan penyuluhan dan pengarahan. Hal-hal berikut
ini akan lebih memperjelas masalah yang dipaparkan di atas:
1. Bahwa setiap
muslim telah membaca dalam Kitabullah (Al Quran) bahwasanya tindakan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin tidak lepas dari dua hal; membunuh kaum muslimin dengan cara yang sangat keji atau menjadikannya murtad (meninggalkan) agamanya.
Allah berfirman:
ﱹ
إِنَّهُمْ إِن يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوكُمْ أَوْ يُعِيدُوْكُمْ فِيْ
مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوا إِذًا أَبَدًا ﱸ.
"Sesungguhnya
jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya
mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka. Dan jika demikian, niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya". (QS. Al Kahfi:
20).
2. Seorang muslim yang berwawasan,
mengetahui bahwa orang-orang itu akan selalu memerangi, merongrong dan mengganggu kita, baik
dengan (mengangkat) senjata, maupun dengan melalui berbagai cara dan makar. Mereka tidak
akan merasa tenang pikirannya, sampai kita
murtad (meninggalkan) agama kita, sekiranya mereka mampu. Allah berfirman:
ﱹوَلاَ
يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ
اسْتَطَاعُواْ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا
وَالآخِرَةِ وَأُوْلَئِكَ أَصْحَابُ
النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَﱸ.
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan
kamu dari agamamu (kepada kekafiran),
seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu
dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya". (QS. Al Baqarah: 217)
3. Bahwasanya orang-orang Yahudi dan Nashrani bagaimanapun anda mengalah kepada mereka, atau berusaha untuk menyenangkan hatinya dengan
melepaskan hak-hak anda, sedang anda rela
dengan kerendahan dan kehinaan serta
mematuhi segala keinginan mereka,
namun mereka tetap tidak akan pernah senang kepada anda sampai anda mengikuti
agamanya dan meninggalkan agama, aqidah dan
saudara-saudara seagama anda. Allah berfirman:
ﱹ وَلَن
تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ﱸ.
"Orang-orang
Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada
kamu hingga kamu mengikuti agama mereka". (QS. Al
Baqarah: 120)
4. Sesungguhnya (orang-orang kafir itu), sekali-pun mereka
(seolah-olah) menampakkan kasih sayang, persahabatan dan perhatian yang besar terhadap
hak-hak kita, sebenarnya hal itu hanyalah sebagai (hiasan) di bibir saja. Adapun (hakikat) keadaan dan hati mereka yang sesungguhnya adalah tetap
teguh menyimpan kebencian dan permusuhan terhadap kita. Allah berfirman:
ﱹيُرْضُونَكُم
بِأَفْوَاهِهِمْ وَتَأْبَى قُلُوبُهُمْ وَأَكْثَرُهُمْ فَاسِقُونَﱸ.
"Mereka
menyenangkan hatimu dengan mulut-nya, sedang
hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq (tidak
menepati perjanjian)". (QS. At Taubah:
8)
5. Bahwasanya mereka senantiasa bersungguh-sungguh mendatangkan mudharat kepada kita. Apabila kita ditimpa bencana dan musibah, maka itulah puncak
kegembiraan dan kebahagiaan mereka. Dan orang yang mengamati keadaan
mereka, akan mengetahui hal ini dengan sangat jelas terlahir dari
mulut-mulut mereka serta keterusterangan mereka. Dan sesungguhnya apa
(kebencian) yang tersimpan dalam hati mereka adalah lebih besar lagi. Allah
berfirman:
ﱹ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لاَ
يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالاً وَدُّواْ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ
أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُوْرُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ
الآيَاتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ ﱸ.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu,
(karena) mereka tidak henti-hentinya
(menimbul-kan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang
disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat
(Kami), jika kamu memahaminya". QS. Ali Imran: 118.
"Khabalan" artinya kerusakan, maksudnya adalah mereka tidak pernah berhenti untuk merusak kalian. Dan Allah berfirman pula:
ﱹ إِن
تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِن تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُواْ بِهَا
وَإِن تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُواْ لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللّهَ
بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ ﱸ.
"Jika
kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan
bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan
kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang
mereka kerjakan". (QS. Ali Imran: 120)
Allah juga
mengabarkan bahwasanya apabila mereka kembali berkumpul dengan kelompoknya, mereka
memperlihatkan kemarahan dan kedengkian yang paling hebat kepada kita.
ﱹ
وَإِذَا خَلَوْاْ عَضُّواْ عَلَيْكُمُ الأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ ﱸ.
"Dan
apabila mereka bersendiri, mereka menggigit jari-jari
mereka karena kemarahan mereka kepada kalian". (QS. Ali Imran:
119)
Sementara kita tahu bahwa seseorang apabila marah, ia akan menggigit satu jarinya saja,
sedangkan mereka karena saking marah
dan bencinya kepada kita, menggigit semua jarinya.
6. Bahwasanya alasan kekhawatiran terhadap (keselamatan) keluarga dan anak-anak yang menyebabkan
kita memberikan loyalitas kepada orang-orang
kafir, adalah suatu alasan yang tidak dapat diterima dan dibenarkan.
ﱹ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا عَدُوِّيْ وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ
تُلْقُونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ ﱸ.
"Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman
setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena
rasa kasih sayang". (QS. Al Mumtahanah: 1)
Kemudian Allah menyebutkan syubhat (keraguan) orang-orang
yang menjadikan harta dan anak-anaknya sebagai alasan, Allah berfirman:
ﱹ لَن
تَنفَعَكُمْ أَرْحَامُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَفْصِلُ
بَيْنَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ ﱸ.
"Karib
kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada bermanfaat bagimu pada hari kiamat. Dia akan
memisahkan antara kamu. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (QS. Al Mumtahanah:
3)
7. Bahwasanya orang-orang kafir itu, sekali-pun terjadi peperangan, perselisihan dan kebencian di
antara mereka, tapi sesungguhnya mereka bersatu padu apabila yang memusuhi dan memerangi mereka adalah
umat Islam. Maka dalam hal ini mereka akan menjadi umat yang satu, di mana sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian
yang lain. Dan orang-orang yang beriman,
apabila mereka tidak bersatu dan tidak saling menolong, maka akan
terjadi kerusakan dan fitnah yang sangat besar. Allah berfirman:
ﱹالَّذينَ
كَفَرُواْ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلاَّ تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ
وَفَسَادٌ كَبِيرٌﱸ.
"Adapun
orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu
(hai kaum muslimin) tidak melaksanakan
apa yang diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi
dan kerusakan besar". (QS. Al Anfal: 73)
8. Huzaifah radhiyallahu `anhu
berkata: "Hendaknya seseorang dari kamu merasa khawatir menjadi
seorang Yahudi atau Nashrani, sementara ia tidak menyadarinya,
berdasarkan ayat ini:
ﱹيَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَآءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ وَمَنْ
يَتَوَلَّهُمْ مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَﱸ.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani
menjadi pemimpin-pemim-pin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi
sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara
kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zhalim". (QS. Al Maa'idah: 51)
Bahkan
Allah Subhanahu wa Ta`ala melarang kita loyal
kepada bapak-bapak dan saudara-saudara kita
sekiranya mereka kafir, apalagi kepada (orang-orang kafir) selain
mereka!! Allah berfirman:
ﱹ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ
آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّواْ الْكُفْرَ عَلَى
الإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﱸ.
"Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu jadikan
bapak-bapak dan saudara-saudaramu sebagai
pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan
kekafiran atas keimanan. Dan siapa di
antara kamu yang menjadikan mereka
pemimpin-pemimpin, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim". (QS. At Taubah: 23)
Allah juga melarang mencintai
orang-orang kafir sekalipun mereka itu
bapak-bapak kita, saudara-saudara kita atau anak-anak kita. Allah
berfirman:
ﱹلاَ
تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ
إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيْرَتَهُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِيْ قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ
وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُﱸ.
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum
yang beriman kepada Allah dan hari akhirat,
saling berkasih sayang dengan orang-orang
yang menentang Allah dan Rasul-Nya,
sekalipun orang-orang itu adalah bapak-bapak, atau anak-anak, atau
saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka
itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati
mereka dan menguatkan mereka dengan
pertolongan yang datang daripada-Nya". (QS. Al
Mujadilah: 22)
Ketahuilah
saudaraku, bahwasanya di antara tanda-tanda loyal dan cinta kepada orang-orang kafir itu adalah seperti beberapa hal yang
disebutkan oleh para ulama, yaitu antara lain:
1.
Menyerupai mereka dalam berprilaku (akhlak), berpakaian dan selainnya. Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
bersabda:
(( مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ )).
"Barangsiapa
yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dalam golongan mereka"([25]).
2. Membantu dan menolong mereka dalam memerangi kaum muslimin. Hal ini
merupakan salah satu penyebab kemurtadan dan
batalnya keislaman seseorang.
3. Memberi mereka jabatan dan
kedudukan yang dengannya mereka dapat
mengetahui rahasia kaum muslimin.
Termasuk dalam hal ini, meng-angkat mereka sebagai pembantu dan penasehat.
4. Turut mengikuti dan meramaikan
hari-hari raya dan hari-hari besar mereka, atau ikut andil membantu mereka untuk merayakannya atau memberikan
ucapan selamat kepada mereka pada momen-momen tersebut([26]).
NASEHAT
KEENAM
Wahai saudaraku –semoga Allah
memelihara dan menjagamu dari segala musibah-, berikut ini
adalah penjelasan tentang rukun Islam yang terbesar
setelah Syahadatain (dua kalimat syahadat), yaitu shalat, yang merupakan wasiat terakhir Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
menjelang wafatnya. Beliau bersabda (ketika itu):
(( الصَّلاَةَ،
الصَّلاَةَ )).
"(Jagalah
shalat, (jagalah) shalat!" ([27])
Sebagian kaum muslimin ada yang menganggap
ringan urusan shalat, baik karena tidak
mengetahui hukumnya ataupun karena malas menunaikan-nya, sehingga
sebagian mereka menunaikannya di penghujung waktu, dan sebagian yang lain menunaikannya sendiri-sendiri (tidak berjamaah
di mesjid) tanpa adanya udzur yang syar`i, bahkan ada pula yang tidak menunaikannya sama
sekali. Orang yang seperti ini sungguh berada dalam bahaya yang besar,
karena shalat adalah tiang agama Islam dan
merupakan tonggak pemisah antara Islam dan kekufuran.
Para ulama telah menyebutkan bahwa siapa yang
meninggalkannya, maka dia telah kafir,
sebagaimana firman Allah Ta`ala:
ﱹفَإِن
تَابُواْ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَآتَوُاْ الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ
وَنُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَﱸ.
"Jika
mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
maka mereka itu adalah saudara-saudaramu seagama". (QS. At Taubah: 11)
Ayat ini
menunjukkan bahwa barangsiapa yang meninggalkan shalat,
maka dia bukan saudara kita (seagama).
Dan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam telah bersabda
pula:
(( إِنَّ
بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ )).
"Sesungguhnya
yang memasukkan seseorang kepada
kesyirikan dan kekufuran adalah mening-galkan shalat"
([28]).
Dan dari Buraidah bin Hushaib radhiyallahu
`anhu, ia berkata: "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam bersabda:
(( الْعَهْدُ الَّذِيْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ،
فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ )).
"Perjanjian di antara kita dan
mereka –yakni orang-orang munafiq- adalah
shalat, barangsiapa yang
meninggalkannya, sungguh dia telah kafir" ([29]).
Dan Abdullah bin Syaqiq berkata:
"Adalah para
sahabat Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam tidak memandang sesuatu amalan yang kalau ditinggalkan menyebabkan
kekufuran selain shalat" ([30]).
Saudaraku yang mulia!
Sesungguhnya meninggalkan shalat
dapat mengakibatkan beberapa efek yang berbahaya, antara lain:
1. Orang yang
meninggalkan shalat perwaliannya putus terhadap anak-anak dan istri-istrinya.
2. Dia tidak mewarisi dari keluarganya dan tidak pula diwarisi.
3. Diharamkan baginya memasuki kota Mekkah, karena Allah Ta`ala
berfirman:
ﱹإِنَّمَا
الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلاَ يَقْرَبُواْ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ
هَذَاﱸ.
"Sesungguhnya
orang-orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka
mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini". (QS. At Taubah: 28)
4. Tidak boleh memakan
sembelihannya.
5.
Kalau dia meninggal dunia jenazahnya tidak dishalatkan dan tidak boleh dimohonkan keampunan baginya.
6. Dia mesti
dipisahkan (difasakh) dari istrinya, kalau istrinya
seorang muslimah yang menunaikan shalat.
7. Tidak boleh dikuburkan di pekuburan Islam.
Ketahuilah,
wahai saudaraku yang budiman –semoga Allah menjaga dan memelihara anda-
bahwasanya wajib bagi anda untuk mendirikan shalat pada waktunya secara
berjamaah. Anda tidak boleh melakukannya di
rumah kecuali adanya udzur berupa
takut atau sakit. Allah Ta`ala berfirman:
ﱹ
وَارْكَعُواْ مَعَ الرَّاكِعِينَ ﱸ.
"Maka ruku`lah bersama orang-orang yang ruku`". (QS. Al
Baqarah: 43)
Allah Ta`ala telah mewajibkan shalat berjamaah walaupun dalam peperangan dan menghadapi musuh. Seandainya ada orang yang diizinkan meninggalkan shalat berjamaah, tentu orang
yang sedang menghadapi musuh akan diizinkan melaksanakan
shalat sendiri-sendiri, namun Allah Ta`ala tetap
mewajibkan mereka mendirikan shalat secara berjamaah, sebagaimana
firmanNya:
ﱹوَإِذَا
كُنتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلاَةَ فَلْتَقُمْ طَآئِفَةٌ مِّنْهُم
مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُواْ أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُواْ فَلْيَكُونُواْ مِن
وَرَآئِكُمْ وَلْتَأْتِ طَآئِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّواْ فَلْيُصَلُّواْ مَعَكَ
وَلْيَأْخُذُواْ حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْﱸ.
"Dan
apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu
dan menyandang senjata, kemudian apabila
mereka (yang shalat besertamu) sujud
(telah menyempur-nakan satu raka`at)
maka hendaklah mereka pindah dari
belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang
kedua yang belum melaksanakan shalat, lalu
shalatlah mereka bersamamu dan hendaklah mereka bersiap-siap dan menyandang senjata...". (QS. An
Nisaa': 102)
Dan Imam
Bukhari dan Muslim telah meriwa-yatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam bersabda:
(( لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آَمُرَ بِالصَّلاَةِ فَتُقَامَ،
ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيُصَلِّي بِالنَّاسِ، ثُمَّ أَنْطَلِقُ
بِرِجَالٍ مَعَهُمْ حَزْمٌ مِنْ حَطَبٍ إِلَى قَوْمٍ لاَ يَشْهَدُوْنَ الصَّلاَةَ، فَأَحْرِقَ عَلَيْهِمْ بُيُوْتَهُمْ )).
"Sungguh
aku telah berniat memerintahkan untuk dilaksanakan shalat, kemudian
kuperintahkan
seseorang untuk memimpin shalat dan aku
pergi bersama beberapa orang yang membawa kayu bakar ke (rumah-rumah) orang-orang yang tidak menghadiri shalat
(berjama`ah), kemudian aku bakar mereka bersama rumah-rumah mereka"([31]).
Dan Imam Muslim meriwayatkan dari
Abdullah bin Mas`ud radhiyallahu `anhu, ia berkata:
"Dan aku menyaksikan tidak
seorangpun di antara kami yang
ketinggalan melaksanakan shalat (berjamaah) kecuali orang munafik yang
telah diketahui ke-munafikannya atau orang sakit. Bahkan seorang yang sakit –pada waktu itu- ada yang datang
menghadiri shalat berjamaah dengan dipapah oleh dua orang di kiri
kanannya"([32]).
Dan dalam ”Shahih
Muslim” juga, Ibnu Mas`ud radhiyallahu `anhu berkata:
"Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Allah esok (hari kiamat) dalam keadaan muslim, maka hendaklah dia menjaga shalat-shalat ini (secara berjamaah)
tatkala dikumandangkan seruan (azan) untuk mengerjakannya secara berjamaah. Karena sesungguhnya Allah telah
mensyari`atkan bagi Nabi kalian jalan-jalan petunjuk dan kebenaran, dan
sesungguhnya shalat-shalat yang dikerjakan secara
berjamaah termasuk bagian dari jalan-jalan petunjuk dan kebenaran itu. Dan jika kalian mengerjakan shalat di rumah kalian masing-masing
sebagaimana orang ini (yang meninggalkan
shalat berjamaah dan hanya
mengerjakannya di rumahnya), maka kalian berarti telah meninggalkan
sunnah (tuntunan) Nabi kalian. Dan jika kalian meninggalkan tuntunan Nabi kalian, niscaya
kalian akan sesat. Dan tidaklah seseorang
bersuci (berwudhu') secara sempurna
kemudian menuju ke mesjid, kecuali Allah menetapkan bagi setiap langkah yang
dilangkahkannya satu kebaikan dan Allah mengangkat derajatnya serta menghapus
satu kesalahannya dengan langkah tersebut. Dan aku menyaksikan tidak ada seorangpun di antara kami yang meninggalkan
shalat berjamaah, kecuali orang munafik yang telah diketahui kemunafi-kannya.
Dan sungguh, seseorang di antara kami (datang) dipapah oleh dua orang untuk
berdiri di antara shaf"([33]).
Dan masih dalam
”Shahih Muslim” dari Abu Hurairah radhiyallahu
`anhu, bahwasanya seorang buta
berkata: "Wahai Rasulullah –Shallallahu `alaihi wasallam-! Saya tidak mempunyai penuntun yang mengantarkanku ke mesjid, apakah saya diberi
keringanan untuk shalat di rumah (saja)?" Nabi Shallallahu `alaihi wasallam
bertanya kepadanya: "Apakah kamu mendengar panggilan (azan)?" Ia menjawab: "Ya". Lalu Beliau bersabda: "Penuhilah
panggilan (azan) itu"([34]).
Saudaraku yang
mulia!
Amatilah hadits yang mulia ini!? Meskipun Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
(dikenal) sayang kepada umatnya,
namun Beliau tidak mem-berikan keringanan kepada orang buta tersebut untuk meninggalkan shalat berjamaah, dan ini cukup sebagai dalil dan bukti akan wajibnya shalat berjamaah.
Maka wajib bagi anda, wahai saudaraku –semoga Allah
merahmati anda- untuk segera melaksanakannya
dan saling berwasiat untuk mengerjakannya
bersama anak-anak anda, keluarga anda, tetangga anda dan saudara-saudara anda
seagama, dalam rangka melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah dan Rasul-Nya serta menjauhkan diri dari (perbuatan) menyerupai
(perbuatan) orang-orang munafik. Semoga
Allah senantiasa memberikan taufikNya kepada saya dan anda untuk
melaksanakan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Dan semoga Allah melindungi kita semua dari kejahatan jiwa-jiwa kita dan
keburukan amal perbuatan kita. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
NASEHAT KETUJUH
Wahai
saudaraku!
Akibat dari lemahnya iman dan
kurangnya pengetahuan agama membuat banyaknya
ber-keliaran di kalangan umat Islam orang-orang yang hendak mengeruhkan kehidupan serta merusak
agama dan dunia mereka. Untuk itu mereka melakukan berbagai tindakan yang keji,
suatu hal yang dimusuhi dan diperangi oleh
umat Islam pada masa jayanya. Di antara tindakan-tindakan keji dan tidak
terpuji tersebut adalah sihir.
Dan sihir, wahai
saudaraku –semoga Allah menjagamu dari segala marabahaya- termasuk dosa besar, di mana Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam menggandengkannya dengan syirik. Beliau
bersabda:
(( اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ: الشِّرْكَ بِاللهِ،
وَالسِّحْرَ ... )).
"Jauhilah
tujuh hal yang membinasakan; syirik kepada Allah, sihir ..." ([35]).
Bahkan Nabi Shallallahu `alaihi
wasallam berlepas diri dari seluruh tukang sihir, dan Beliau
mengabarkan bahwa tukang sihir tidak termasuk golongan umat ini. Dari Imran bin
Hushain radhi-yallahu `anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam bersabda:
(( لَيْسَ
مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ، أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ،
أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ )).
"Tidak
termasuk golongan kami, orang yang meramalkan
nasib dengan (arah terbangnya) burung atau orang yang diramalkan untuknya, tidak pula orang yang melakukan praktek perdukunan, atau orang yang didukuni, tidak pula
orang yang memperbuat sihir atau orang yang dibuatkan untuknya"([36]).
Dan mempercayai tukang sihir
menyebabkan kekufuran –semoga Allah
melindungi kita darinya-. Ibnu Mas`ud berkata: "Siapa yang
mendatangi peramal, penyihir atau dukun, kemudian mem-benarkan apa yang (mereka)
katakan, maka dia telah kafir terhadap apa
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
`alaihi wasallam"([37]).
Dan hukuman yang layak bagi penyihir
–wahai saudaraku yang mulia- adalah ditebas (lehernya) dengan
pedang, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dari Bajaalah bin `Abadah, ia berkata: "Umar bin Khaththab radhiyallahu
`anhu mene-tapkan (hukuman) bunuh bagi penyihir laki-laki dan perempuan". Kemudian ia (Bajaalah)
berkata: "Maka kami (menghukum)
bunuh tiga orang penyihir"([38]).
Dan dari Jundub
bin Abdullah radhiyallahu `anhu, ia berkata: "Hukuman bagi tukang
sihir adalah dipancung dengan pedang"([39]).
Ketahuilah -wahai saudaraku yang
mulia- bahwa memohon kesembuhan dari Allah tidak boleh dengan cara
yang mengandung maksiat kepada-Nya, seperti pergi ke tukang sihir, dukun atau peramal. Karena
yang dapat memberi kesembuhan hanya Allah semata dan Allah tidak menjadikan
kesembuhan seseorang dengan cara yang diharamkan oleh-Nya, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Dan adapun cara mengobati/
menyembuhkan sihir -semoga Allah melindungi kita darinya- dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Membakar
semua yang menyebabkan munculnya sihir dan menanamnya serta memusnah-kannya;
jika yang terkena sihir mendapatkan barang tersebut sebagaimana
yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam([40]).
2. Dan obat yang paling manjur -wahai saudaraku yang
mulia- adalah dengan menggunakan ruqyah (bacaan) ayat-ayat Al-Qur'an, di
antaranya: Surat Al Fatihah, Ayat Kursi, Surat Al Falaq, Surat An Naas dan
doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
seperti yang diucapkan Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam ketika meruqyah
Hasan dan Husein radhiyallahu anhuma:
(( أُعِيْذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ
شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ )).
"Saya
memperlindungkan kalian berdua kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna
dari setiap syetan dan segala racun yang mematikan serta pandangan mata
yang menyebabkan penyakit"([41]).
Dan sabda Beliau Shallallahu 'alaihi
wasallam:
((
بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ، وَاللهُ يَشْفِيْكَ مِنْ كُلِّ دَاءٍ يُؤْذِيْكَ )).
"Dengan nama Allah saya
menjampimu, dan Allah-lah yang menyembuhkanmu dari segala penyakit yang
menyakitimu"([42]).
Dan Beliau juga pernah membaca:
((
أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ )).
"Saya
memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Pemilik Arsy Yang Mulia, agar Ia me-nyembuhkanmu"([43]).
Dan Beliau juga
pernah membaca:
(( أَذْهِبِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ،
اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي، لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا )).
"Hilangkanlah
penyakit ini wahai Tuhan sekalian manusia,
sembuhkanlah, karena hanya Engkaulah
Yang Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan
kesembuhan dari-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan
penyakit"([44]).
3. Dan sebab paling besar yang dapat melindungi dari segala gangguan dengan izin
Allah adalah membaca dzikir pagi dan petang secara rutin, (yaitu dzikir-dzikir)
yang bersumber dari ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits-hadits yang shahih.
4. Dan termasuk
cara yang terbaik untuk ber-lindung dari sihir dan yang sejenisnya adalah dengan selalu konsisten dalam mengerjakan ketaatan dan ibadah kepada Allah, karena banyak
sekali orang yang mengabaikan dan lalai dari beribadah kepada Allah, dan sebaliknya melanggar larangan-larangan-Nya.
Namun ketika ia
ditimpa suatu musibah/ penyakit, barulah
ia mengingat Tuhan-Nya. Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
- ketika berwasiat kepada Ibnu Abbas radhiyallahu `anhuma- telah bersabda: "Hendaklah engkau mengenal Allah
pada waktu lapang (dengan beribadah
kepadanya), maka Allah akan mengenalimu dengan membalas ketaatanmu di waktu
sempit/ susah".
Maka barangsiapa yang mendekatkan diri kepada Allah pada waktu sehat, niscaya Allah akan dekat kepadanya pada
waktu ia lemah dan sakit.
NASEHAT
KEDELAPAN
Wahai saudaraku
-semoga Allah menjagamu-,
apakah anda mengetahui bahwa akhlak yang
mulia adalah merupakan amalan yang
paling mulia dan paling dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi
wasallam?
Di dalam sebuah
hadits shahih yang diriwayatkan
dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu `anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
(( إِنَّ
اللهَ يُحِبُّ الْخُلُقَ الْحَسَنَ وَيُبْغِضُ الْخُلُقَ الدَّنِيْءَ )).
"Sesungguhnya
Allah mencintai akhlak yang mulia dan
membenci prilaku yang rendah (hina)" ([45]).
Saudaraku yang
mulia!
Sesungguhnya
kita saat ini melewati suatu zaman yang mengalami kemunduran akhlak (dekadensi
moral), sehingga sebagian besar orang-orang yang (dianggap) baikpun kehilangan
akhlak yang disyari`atkan Islam. Bahkan sebagian orang beranggapan bahwa hal (akhlak) ini tidaklah
termasuk dalam perkara (syari`at) yang wajib dilaksanakan.
Sesungguhnya
akhlak dalam Islam menem-pati posisi dan kedudukan yang sangat tinggi. Bukankah anda
–wahai saudaraku- telah mengetahui
bahwa Nabi kita Shallallahu `alaihi wasallam pernah bersabda:
((
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ )).
"Sesungguhnya
aku diutus hanya untuk me-nyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia"([46]).
Di dalam hadits
ini, Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam seolah-olah membatasi misi pengutusan Beliau hanya untuk
menyempurna-kan akhlak-akhlak yang mulia, (karena) akhlak yang mulia itu akan mewujudkan perkara-perkara
yang luhur, di antaranya:
1. Kebajikan (al birr) hanya akan terwujud dengan akhlak yang
mulia. Diriwayatkan dari An Nawwas bin Sam`an radhiyallahu `anhu, ia
berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
tentang al birr (kebajikan) dan dosa, maka Beliau menjawab:
((
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِيْ صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ
يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ )).
"Kebajikan
adalah baiknya akhlak, dan dosa adalah sesuatu yang tercetus dalam
dadamu sementara kamu tidak senang orang lain melihat/ mengetahuinya"([47]).
2. Akhlak yang
mulia termasuk amalan yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam syurga,
sebagaimana terdapat dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu
`anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam pernah ditanya tentang amalan yang paling banyak
memasukkan manusia ke dalam syurga, maka
Beliau menjawab: "Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia". Kemudian Beliau ditanya tentang hal (dosa) yang menyebabkan banyak orang masuk ke dalam neraka, maka Beliau menjawab: "Mulut dan kemaluan"([48]).
3. Akhlak yang baik merupakan amalan yang paling
berat timbangan (pahala)nya di hari kiamat
kelak. Diriwayatkan dari Abu Darda' radhiyallahu `anhu, bahwasanya
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِيْ
مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ، وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ )).
"Tiada
amalan yang lebih memberatkan tim-bangan
(amalan) seorang mu'min pada hari kiamat daripada akhlak(nya) yang
mulia, dan sesung-guhnya Allah membenci
orang yang bersifat keji dan bermulut
kotor"([49]).
4. Barangsiapa
yang berakhlak baik, maka Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam telah menjamin baginya sebuah rumah (istana) yang paling tinggi di syurga. Dari Abu Umamah radhiyallahu
`anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
bersabda:
(( أَنَا
زَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فِيْ رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ
مُحِقًّا، وَبِبَيْتٍ فِيْ وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ
كَانَ مَازِحاًَ، وَبِبَيْتٍ فِيْ أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ )).
"Saya menjamin sebuah rumah
(istana) di surga tingkat terbawah bagi orang yang meninggalkan pertengkaran,
walaupun ia dalam keadaan benar, dan (saya menjamin) sebuah rumah (istana) di bagian tengah surga bagi orang yang meninggal-kan
berdusta, walaupun dia hanya bergurau, dan (saya menjamin) sebuah rumah
(istana) di surga yang tertinggi bagi orang yang baik akhlaknya"([50]).
5. Seseorang yang berakhlak mulia
mencapai derajat (pahala) orang yang (selalu)
berpuasa dan shalat (sunat). Dari `Aisyah radhiyallahu `anha, ia
berkata: "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
bersabda:
(( إِنَّ
الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ )).
"Sesungguhnya
seorang mu'min dengan akhlak-nya yang baik dapat mencapai derajat
orang yang (selalu) berpuasa dan shalat (sunnah)" ([51]).
6. Orang yang paling dekat majlisnya dari Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam pada hari kiamat adalah mereka yang berakhlak utama dan mulia.
Dari Jabir radhiyallahu `anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( إِنَّ
مِنْ أَحَبِّكُمْ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِساً يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ
أَخْلاَقاً، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّيْ مَجْلِساً يَوْمَ
الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُوْنَ وَالْمُتَشَدِّقُوْنَ )).
"Sesungguhnya
orang yang paling aku cintai di antara
kamu dan yang paling dekat majlisnya dariku pada hari kiamat adalah orang yang paling
baik akhlaknya, dan sesungguhnya orang yang paling (aku) benci di antara kamu dan yang paling jauh majlisnya dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang
banyak omongannya dan berlagak
sombong dalam berbicara"([52]).
7. Akhlak yang
baik merupakan sifat orang-orang terbaik dan terutama serta termulia dalam umat
ini. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim dari Abdullah bin `Amru bin `Ash radhiyallahu `anhuma,
bahwasanya Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam bersabda:
(( إِنَّ
مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقاً )).
"Sesungguhnya
orang yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya"([53]).
Saudaraku yang
mulia!
Apakah anda
membayangkan ada orang muslim
yang membenci akhlak yang baik setelah dia mengetahui
kedudukan dan keutamaan akhlak yang baik itu? Tentu saja tidak!
Bagaimana
mungkin seorang muslim membenci akhlak yang baik sedang dia mencita-citakan kedudukan yang
tinggi, mengharapkan dapat ber-dekatan majlisnya dengan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam serta menginginkan memiliki akhlak
dari Nabi Shallallahu `alaihi wasallam. Dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim dari Anas radhiyallahu `anhu:
(( كَانَ
رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا )).
"Adalah
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam orang yang paling baik akhlaknya"([54]).
Dan dalam
hadits yang lain dari Abdullah bin `Amru bin `Ash radhiyallahu
`anhuma, ia berkata:
(( لَمْ
يَكُنْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشاًَ وَلاَ
مُتَفَحِّشاً )).
"Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam tidak
pernah bersifat keji dan tidak pula melakukan perbuatan keji"([55]).
Saudaraku yang
mulia!
Sesungguhnya akhlak yang baik itu
beserta apa yang telah anda ketahui tentang keutamaan dan kedudukannya sangat
bergantung pada diri anda, dan balasan yang akan diberikan adalah sesuai dengan
jenis amal yang dilakukan.
Barangsiapa yang
berakhlak pengasih dan penyayang,
maka dia akan mendapatkan rahmat dari Dzat
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dalam hadits yang shahih bahwasanya Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam bersabda:
((
ارْحَمُوْا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ )).
"Sayangilah apa-apa (makhluk)
yang ada di bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh Dzat Yang di langit"([56]).
Dan
diriwayatkan juga oleh Ath Thabarany dengan sanad hasan (di bawah
shahih):
(( وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ
مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ )).
"Sesungguhnya
yang dikasihi Allah di antara hamba-hamba-Nya
orang-orang yang bersifat penyayang (pula)"
([57]).
Dan dari Abdullah bin `Amru radhiyallahu `anhu, bahwa
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ
الرَّحْمَنُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، ارْحَمُوْا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ )).
"Orang-orang
yang penyayang disayangi oleh Dzat Yang Maha Pengasih, Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. (Karena itu) sayangilah
apa-apa (makhluk) yang ada di bumi, niscaya
kamu akan disayangi oleh Dzat Yang di langit"([58]).
Dan sebaliknya
barangsiapa yang tidak menya-yangi, dia tidak akan disayangi. Imam Bukhari dan Muslim
meriwayatkan dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu `anhu, bahwasanya
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( مَنْ لاَ يَرْحَمُ النَّاسَ
لاَ يَرْحَمُهُ اللهُ )).
"Barangsiapa
yang tidak menyayangi manusia, dia tidak akan disayangi oleh Allah"([59]).
Karenanya, jika
anda merindukan rahmat dari Allah, maka sayangilah dirimu sendiri dan orang lain serta
janganlah hanya mementingkan diri sendiri. Oleh sebab itu, kasihilah
orang yang bodoh dengan ilmumu, orang yang miskin dengan hartamu, orang yang
hina (kalangan bawah) dengan kedu-dukanmu/ martabatmu, orang tua dan anak kecil
dengan kasih sayang dan kelembutanmu, orang yang berbuat maksiat dengan do`amu
(semoga ia bertaubat) dan hewan-hewan dengan kelembutan-mu, karena
sesungguhnya orang yang paling dekat dengan rahmat Allah adalah orang
yang paling menyayangi makhluk-Nya"([60]).
Dan
perhatikanlah akhlak dalam memberikan nasihat kepada kaum muslimin dan menolong mereka. Dalam
hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim, Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
bersabda:
(( مَنْ كَانَ فِيْ حَاجَةِ
أَخِيْهِ، كَانَ اللهُ فِيْ حَاجَتِهِ )).
"Barangsiapa yang membantu kebutuhan
saudaranya, maka Allah akan (membantu) kebutuhannya"([61]).
Benar! Sungguh
balasan yang sangat sesuai! Dan jika anda membantu saudara anda sesama muslim dalam menyelesaikan hajat dan kebutuhan-nya,
maka Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa
akan membantu anda menyelesaikan hajat dan
kebutuhan anda, dan balasan tersebut sesuai dengan jenis amalan (yang
anda lakukan).
Kemudian Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam bersabda:
(( مَنْ سَتَرَ مُسْلِماً فِي الدُّنْيَا سَتَرَهُ اللهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ )).
"Barangsiapa yang menutupi aib saudaranya sesama muslim di dunia, maka Allah akan menutupi
aibnya di hari kiamat kelak"([62]).
Dan di dalam "Shahih Muslim":
(( مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً
مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ
الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ
أَخِيْهِ )).
"Barangsiapa
yang membantu meringankan kesulitan yang
dihadapi seorang muslim di dunia, niscaya
Allah akan melepaskan dia dari kesulitan yang dihadapinya pada hari kiamat. Dan barang-siapa yang memudahkan (menangguhkan) seorang
muslim dalam kesusahan (ekonomi)nya, niscaya
Allah akan memudahkannya dalam urusan dunia
dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba, selama hamba itu senantiasa membantu saudaranya"([63]).
Saudaraku
yang mulia!
Kalau kita perhatikan tabiat dan tingkah laku sebahagian jamaah haji, sungguh akan membuat kita
sangat prihatin, karena kita akan mendapatkan di mana akhlak-akhlak yang mulia itu telah berganti dengan kebiasaan-kebiasaan yang tercela, seperti jujur diganti
dengan dusta, kasih sayang sesama
muslim diganti dengan kekerasan, menepati janji diganti dengan khianat, menahan amarah
dan saling memaafkan diganti dengan gampang
marah dan saling benci, anjuran untuk senantiasa berbuat baik diganti dengan
kebiasaan membuat keonaran di antara sesama muslim, sifat dermawan diganti
dengan sifat kikir dan kebiasaan mendahulukan orang lain, baik dalam persoalan tempat, makanan ataupun minuman, diganti dengan sifat tamak dan mementingkan diri sendiri.
Di sana akan
kita temukan juga sifat tawadhu` dan rendah hati diganti dengan sifat
sombong serta kejujuran dan keadilan diganti
dengan kezhaliman.
Semestinya
mereka bertanya pada diri mereka sendiri; apakah mereka itu kaum muslimin yang sebenarnya?
Kalau begitu, di manakah sikaf `iffah (menahan diri
dari hal-hal yang tidak baik)? Di manakah
sifat amanah? Di manakah rasa kasih sayang terhadap yang lemah? Di manakah rasa
iba terhadap orang-orang miskin? Di manakah rasa cinta kasih terhadap sesama
muslim?
Saudaraku yang tercinta!
Anda tentu akan
melihat langsung orang-orang yang bertingkah laku buruk tersebut tatkala anda
menunaikan ibadah haji. Anda akan melihat dan mendapati orang yang mendesak-desak anda ketika berada di tanah haram. Anda juga akan mendapati orang yang mengganggu dan menyakiti anda ketika thawaf dan sa`i.
Dan lebih dari itu, anda akan mencium aroma yang tidak
enak, seperti bau rokok. Sungguh mereka tidak
menghormati dan menghargai ibadah
anda. Bahkan mungkin juga anda akan
mendengarkan langsung orang-orang yang berbicara kepada anda dengan menggunakan
kata-kata yang tidak pantas keluar dari mulut orang yang sedang menunaikan
ibadah. Dan anda juga akan mendapatkan orang-orang yang tidak menghormati
tempat-tempat suci, baik secara lahiriah, seperti membuang sampah sembarangan,
maupun secara bathiniyah, seperti melakukan
perbuatan maksiat serta amalan-amalan
bid`ah dan kerusakan.
Nah, bagaimana sikap kita menghadapi tingkah laku (tidak terpuji) tersebut?
Apakah hal tersebut harus kita balas dengan sikap yang serupa? Jika kita
melakukan demikian, maka tidak ada bedanya kita dengan mereka, bahkan kita bisa
termasuk orang-orang yang membantu menyebarkan
perbuatan jelek dan hina di tempat
yang suci dan di waktu yang mulia.
Sesungguhnya kewajiban kita semua dalam menyikapi orang-orang yang
bertingkah laku buruk tersebut adalah mengikuti apa yang diperintahkan Allah,
yaitu saling memaafkan dan menyikapi tingkah laku jelek
tersebut dengan akhlak yang mulia,
sebagaimana dalam firman Allah Ta`ala:
ﱹوَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَﱸ.
"Dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang.
Allah me-nyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan". (QS. Ali Imran: 134)
Dalam firmanNya yang lain Allah juga menyebutkan beberapa sifat mulia
orang-orang yang beriman, yaitu:
ﱹوَيَدْرَؤُونَ
بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُوْلَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِﱸ.
"... serta menolak kejahatan
dengan kebaikan, orang-orang itulah yang
mendapat tempat kesudahan (yang baik)". (QS. Ar Ra`d: 22)
Dalam firmanNya juga:
ﱹوَلاَ
تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلاَ السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ
فَإِذَا الَذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌﱸ.
"Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang
yang antaramu dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia". (QS.
Fushshilat: 34)
Dan di dalam "Shahih Muslim" sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu
`anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
bersabda:
(( مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ
عَبْداً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا، وَمَا
تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ )).
"Harta
tidak akan berkurang karena disedekah-kan, dan Allah
tidak menambah seorang hamba yang senantiasa memaafkan kecuali kemuliaan, dan tidaklah seorang hamba itu tawadhu`
(merendahkan diri) karena Allah, kecuali Allah akan mengangkat
(derajat)nya"([64]).
Saudaraku yang
mulia!
Bukankah Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam figur teladan
bagi kita semua? Bukankah Beliau adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta`ala
yang paling mulia? Namun walaupun sedemikian mulianya
Beliau di sisi Allah, tapi tidak pernah menuntut balas terhadap hak-hak pribadi
Beliau yang dilanggar orang lain. Aisyah radhiyallahu `anha berkata:
(( وَمَا انْتَقَمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لِنَفْسِهِ فِيْ شَيْءٍ قَطُّ، إِلاَّ أَنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللهِ،
فَيَنْتَقِمُ بِهَا لِلَّهِ )).
"Rasulullah tidak pernah menuntuk balas terhadap hak-hak (pribadi) Beliau (yang dilanggar), kecuali tatkala hak Allah yang dilanggar, maka (ketika itu) Beliau menuntutnya karena Allah"([65]).
Dan di dalam "Shahih
Muslim" diriwayatkan, Aisyah radhiyallahu `anha berkata:
(( مَا نِيْلَ مِنْهُ شَيْءٌ قَطُّ، فَيَنْتَقِمُ مِنْ
صَاحِبِهِ )).
"Tidak
pernah sekalipun Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam diambil haknya
(dizhalimi) lalu kemudian Beliau membalasnya"([66]).
Dan
diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhi-yallahu `anhu, ia berkata:
(( كُنْتُ
أَمْشِي مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ رِدَاءٌ
نَجْرَانِيٌّ غَلِيْظُ الْحَاشِيَةِ، فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ، فَجَبَذَهُ بِرِدَائِهِ
جَبْذَةً شَدِيْدَةً، نَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عُنُقِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ أَثَّرَتْ بِهَا حَاشِيَةُ الرِّدَاءِ مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِهِ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مُرْ لِيْ
مِنْ مَالِ اللهِ الَّذِيْ عِنْدَكَ، فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَضَحِكَ، ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ )).
"Suatu
ketika saya berjalan bersama Rasulullahu Shallallahu `alaihi wasallam, pada saat itu Beliau memakai burdah (jubah) buatan
Najran yang kasar ujungnya, tiba-tiba di belakang Beliau menyusul seorang Arab Badui, maka ia menarik burdah tersebut dengan keras sehingga berbekas pada punggung Beliau, kemudian ia (orang
Badui itu) berkata: "Wahai Muhammad, perintahkanlah seseorang mengambilkan
bagiku harta yang Allah titipkan kepadamu!" Kemudian Beliau menoleh
kepada orang tersebut sambil tertawa, lalu
memerintahkan orang untuk meng-ambilkan apa yang dimintanya"([67]).
Lalu mengapa –wahai saudaraku yang
mulia-
kita terlalu cepat marah dan mencemooh sambil mengeluarkan
kata-kata yang tidak pantas kepada sesama muslim, hanya karena masalah-masalah yang sepele saja, seakan-akan kita
dalam keadaan peperangan melawan musuh!? Bukankah Allah telah berfirman:
ﱹإِنَّمَا
الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌﱸ.
"Sesungguhnya
orang-orang mu'min itu ber-saudara". (QS. Al Hujurat: 10).
Dan bukankah Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
sering berkata:
((
مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ
الْجَسَدِ الْوَاحِدِ؛ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ
عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى )).
"Perumpamaan
kaum mu'minin dalam hal saling mencintai, saling berkasih sayang dan saling
belas kasih adalah seperti satu tubuh; jika ada salah satu anggotanya yang
mengeluh karena sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain juga ikut
merasakan sakit itu sehingga dengan tidak bisa tidur dan
demam".
Apabila kita
tidak bisa menghiasi diri kita dengan akhlak yang mulia di tempat yang suci ini dan di
waktu yang penuh berkah ini (musim haji), kapan lagi kita bisa berusaha untuk senantiasa
menghiasi tingkah laku, amal dan perbuatan kita dengan akhlak yang mulia? Oleh
sebab itu, sepatutnyalah kita mengoreksi diri
kita untuk berusaha meluruskan dan memperbaiki amalan-amalan kita, dengan harapan semoga
Allah senantiasa membimbing kita ke jalan yang diridhaiNya, sesuai dengan firmanNya:
ﱹوَالَّذِينَ
جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ
الْمُحْسِنِينَﱸ.
"Dan
orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah
benar-benar beserta orang-orang yang ber-buat baik". (QS. Al
`Ankabuut: 69)
Semoga Allah Subhanahu wa Ta`ala menunjuki anda ke
jalanNya yang lurus dan diridhaiNya, menurunkan
berkahNya kepada anda di manapun anda berada dan mengantarkan anda kembali ke tanah air anda dengan selamat, sehingga anda dapat
kembali berjumpa dengan keluarga dan sanak
famili anda. Amin.
NASEHAT KESEMBILAN
Apakah anda
mengetahui, wahai saudaraku yang mulia –semoga Allah melindungimu dari
kebobrokan dan kerusakan- bahwa sesungguh-nya jembatan kebobrokan dan pintu
kerusakan yang membuat lalai dan terlenanya
suatu bangsa serta menyibukkannya
adalah lagu dan alat musik.
Penyakit ini telah membelenggu
masyarakat dan umat, meruntuhkan peradaban dan kemena-ngannya, membangkitkan nafsu syahwatnya dan membuat jiwanya tergantung kepadanya melebihi
ketergantungannya kepada makan dan minum. Bahkan
hal tersebut menjadi tolok ukur bagi suatu kaum untuk mencintai dan
membenci.
Sejarah telah
membuktikan bahwasanya tidak ada suatu umat yang terlena oleh
nyanyian dan musik, kecuali ditimpa
kehinaan, kelemahan dan kebobrokan akhlak, seperti yang kita ketahui
dari (sejarah) bangsa Romawi dan Persia. Begitu
pula (fenomena) yang kita saksikan
pada hari ini dalam masyarakat barat yang didera oleh berbagai macam penyakit berbahaya dan kronis. Karena
sesungguhnya mendengarkan musik dan
lagu akan menimbulkan kemalasan dalam diri seseorang dan membangkitkan syahwatnya. Lalu, mereka
akan merasa berat memikul beban
kehidupan, terbuai oleh hawa nafsu duniawi dan kenikmatannya sehingga menjadi
sesuatu yang agung dalam diri mereka dan membuat mereka melupakan akhirat dan
beramal untuk menghadapinya. Dan
kebanyakan manusia, nyanyian dan musik hampir-hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya, baik di rumah, di kendaraan, di kantor maupun di tempat
bisnisnya. Padahal, banyak sekali dalil-dalil syar`i yang
mengharamkannya serta menjelaskan bahwa hal tersebut bertentangan dengan ruh
Islam yang suci dan mulia.
Oleh karena itu,
kepada orang-orang yang tegar
melaksanakan hukum-hukum Allah, kepada orang-orang yang
memproklamirkan loyalitas (cinta dan
kesetiaan) yang penuh kepada Allah dan Rasul-Nya,
kepada orang-orang yang tunduk sepenuhnya
kepada kepemimpinan Allah dan Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang me-merangi
(kerusakan) hawa nafsu, (buruknya) adat istiadat
dan tradisi yang bertentangan dengan petunjuk Islam, serta kepada seluruh kaum mu'minin:
ﱹإِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَﱸ.
"Sesungguhnya
orang-orang yang beriman
itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah,
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
ayat-ayat Allah, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan merekalah, mereka bertawakkal". (QS. Al Anfal:
2)
Kepada merekalah kami paparkan hukum
Allah dan Rasul-Nya berkenaan dengan kemungkaran yang oleh kebanyakan orang (kaum muslimin) telah dianggap
sebagai suatu kebaikan.
Allah berfiman:
ﱹ وَمِنَ
النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ
عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ ﱸ.
"Dan di
antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya (jalan
Allah itu) sebagai olok-olokan. Mereka itu
akan memperoleh azab yang menghinakan". (QS. Luqman:
6)
Para sahabat
menafsirkan "perkataan yang tidak berguna" dengan nyanyian, sebagaimana yang diriwayatkan secara shahih dari Ibnu Mas`ud radhiyallahu
`anhu oleh Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Jarir, Al Hakim dan lain-lain,
bahwa Abu Ash Shahba' Al Bakri mendengarkan
Abdullah bin Mas`ud radhiyallahu `anhu ketika ditanya tentang ayat
ini, menjawanb: "Demi Allah Yang tiada
tuhan yang berhak disembah selain Dia, bahwa (yang dimaksud dalam ayat
tersebut) adalah nyanyian", beliau mengulanginya sebanyak tiga kali.
Dan diriwayatkan secara shahih dari
Ibnu Abbas radhiyallahu `anhuma, bahwasanya beliau berkata: "(Yang dimaksud dalam
ayat tersebut) adalah nyanyian dan
mendengarkannya". Dan dalam riwayat
lain, beliau mengatakan: "(Yang dimaksud dalam ayat tersebut)
adalah nyanyian dan yang serupa
dengannya".
Bahkan sejumlah tabi`in
(generasi setelah sahabat), seperti Mujahid, `Ikrimah, Hasan Al Bashri, Sa`id bin
Jubair, Qatadah, An Nakha`i dan selain mereka, juga menafsirkan "perkataan
yang sia-sia" dalam ayat di atas dengan
nyanyian.
Dan di dalam sebuah hadits shahih
yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan yang lainnya dari Abdullah bin `Amru bin `Ash dan Abdullah bin
Abbas radhiyallahu `anhuma dari Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam, Beliau bersabda:
(( إِنَّ رَبِّيْ عَزَّ وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَيَّ الْخَمْرَ
وَالْمَيْسِرَ وَالْكُوْبَةَ وَالْقِنِّيْنَ )).
"Sesungguhnya
Allah `Azza wa Jalla meng-haramkan kepadaku khamar, judi, gendang dan gitar".
Dan di dalam "Shahih Muslim"
diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu
`anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
((
الْجَرَسُ مِنْ مَزَامِيْرِ الشَّيْطَانِ )).
"Lonceng
itu adalah termasuk seruling syaitan".
Dan di dalam "Shahih Bukhari" dan
lainnya, Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
bersabda:
(( لَيَكُوْنَنَّ فِيْ أُمَّتِيْ أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَ
وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ
وَالْمَعَازِفَ، وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوْحُ عَلَيْهِمْ
بِسَارِحَةٍ لَهُمْ يَأْتِيْهِمْ –أَيْ الْفَقِيْرُ- لِحَاجَةٍ فَيَقُوْلُوْنَ: ارْجِعْ
إِلَيْنَا غَداً، فَيُبَيِّتُهُمُ اللهُ، وَيَضَعُ الْعَلَمَ وَيَمْسَخُ آخَرِيْنَ
قِرَدَةً وَخَنَازِيْرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ )).
"Sungguh akan ada di dalam
umatku orang-orang yang menghalalkan zina, sutra, minuman keras dan alat-alat musik. Dan sungguh akan ada orang-orang yang turun ke sisi suatu gunung dengan
menggiring hewan-hewan gembalaan
mereka, lalu datang seorang fakir miskin kepada mereka untuk suatu hajat, namun mereka menga-takan: "Kembalilah kepada kami besok".
Maka Allah membinasakan mereka dan menimpakan gunung itu ke atas mereka serta
mengubah yang lainnya menjadi monyet dan babi sampai hari kiamat".
Perhatikanlah bagaimana Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam merangkaikan
pengharaman nyanyian dengan hal-hal yang telah diharamkan secara jelas dan
pasti, yaitu zina, mengenakan sutra bagi laki-laki dan meminum minuman keras.
Di samping itu, terdapat pula hadits-hadits –yang berdasarkan gabungan beberapa jalur (thariq
periwayatan)nya- sampai pada derajat hasan, yang
diriwayatkan oleh beberapa orang sahabat, di antaranya Abu Hurairah, Aisyah,
Imran bin Hushain, Abu Malik, Abu Sa`id Al Khudri, Ali bin Abi Thalib dan Abu
Umamah radhiyallahu `anhum.
Adapun hadits
Abu Hurairah radhiyallah `anhu, diriwayatkan oleh Sa`id bin Mansur, Ibnu Abid Dun-ya dan lainnya, Abu Hurairah berkata: "Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
bersabda:
(( يُمْسَخُ قَوْمٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ فِيْ آخِرِ
الزَّمَانِ قِرَدَةً وَخَنَازِيْرَ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَلَيْسَ
يَشْهَدُوْنَ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ؟
قَالَ: بَلَى، وَيَصُوْمُوْنَ وَيُصَلُّوْنَ وَيَحُجُّوْنَ، قَالَ: فَمَا
بَالُهُمْ؟ قَالَ: اتَّخَذُوْا الْمَعَازِفَ وَالدُّفُوْفَ وَالْقَيْنَاتِ، فَبَاتُوْا
عَلَى شُرْبِهِمْ وَلَهْوِهِمْ، فَأَصْبَحُوْا وَقَدْ مُسِخُوْا قِرَدَةً وَخَنَازِيْرَ )).
"Akan
ada satu kaum dari umat ini yang akan diubah menjadi monyet dan babi pada
akhir zaman". Mereka (sahabat) bertanya: "Wahai Rasulullah!
Bukankah mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain
Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan
Allah?!" Rasulullah menjawab: "Benar! Mereka juga berpuasa,
shalat dan menu-naikan haji". Mereka bertanya: "Lalu ada apa
dengan mereka?" Beliau menjawab: "Mereka mendengarkan seruling,
gendang dan wanita-wanita penyanyi, lalu mereka menghabiskan malam mereka
dengan minum dan perbuatan yang sia-sia, dan ketika pagi hari,
tiba-tiba mereka telah dirubah menjadi monyet dan babi".
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dun-ya dan lainnya dari Ibnu Mas`ud radhiyallahu `anhu,
beliau berkata: "Nyanyian-nyanyian itu dapat me-numbuhkan kemunafikan di
dalam hati, sebagai-mana air menumbuhkan tanaman".
Dan diriwayatkan oleh Sa`id bin
Mansur dan Al Baihaqi dari Ibnu Abbas radhiyallahu `anhu, dia berkata: "Rebana itu haram, gendang itu haram, alat-alat musik itu haram dan seruling itu
haram".
Para imam telah
sepakat tentang haramnya nyanyi-nyanyian dan
alat musik. Imam Malik rahimahullah pernah ditanya tentang
nyanyi-nyanyian yang dibolehkan oleh
penduduk Madinah, maka beliau menjawab: "Sesungguhnya yang melakukan hal tersebut di antara kami (penduduk
Madinah) hanyalah orang-orang yang fasik".
Adapun mazhab
Imam Abu Hanifah rahima-hullah, adalah termasuk mazhab yang paling keras
dalam mengharamkan nyanyian. Bahkan murid-murid
beliau telah menegaskan haramnya mendengarkan
segala jenis alat musik, seperti seruling, rebana dan genderang. Lebih
dari itu, mereka menyatakan bahwa hal
tersebut merupakan maksiat yang dapat
menyebabkan kefasikan dan tertolaknya kesaksian seseorang.
Sedangkan Imam Syafi`i rahimahullah pernah berkata: "Saya meninggalkan Baghdad, sedang di sana ada suatu bid`ah yang dibuat oleh orang-orang zindiq (orang yang sesat
imannya), mereka menamakannya "taghbir" yang mereka (gunakan) untuk
memalingkan manusia dari men-dengarkan Al Quran".
(Dalam menafsirkan makna "taghbir")
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
"Ia adalah sekum-pulan bait sya`ir yang dapat menanamkan yang dapat
menanamkan kecintaan kepada dunia yang dinyanyikan oleh seorang
penyanyi, lalu para hadirin mengiringinya
dengan pukulan gendang".
Imam Ibnu Shalah
rahimahullah berkata: "Ketahuilah
bahwasanya apabila rebana (duff), seruling dan
nyanyian itu bertemu, maka men-dengarkannya
adalah haram menurut para imam mazhab dan seluruh ulama kaum muslimin".
Adapun Imam
Ahmad, maka beliau menga-takan:
"Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan di dalam hati". Bahkan
beliau telah menyatakan (kewajiban)
menghancurkan alat-alat musik, seperti
gitar dan lainnya, serta tidak dibenarkan memanfaatkan
uang/ harta yang diperoleh dari hasil menyanyi".
Dan ketahuilah saudaraku yang mulia –semoga Allah menjaga anda dari segala
kejahatan dan dosa- bahwa nyanyian (tanpa iringan musik) itu
dibolehkan bagi kaum wanita dengan beberapa syarat:
1. Teks-teks nyanyian itu tidak boleh mengandung ucapan yang
kotor dan keji.
2. Nyanyian tersebut hanya diiringi dengan rebana (duff),
tidak dengan alat-alat musik yang lainnya, karena (hal tersebut) adalah haram.
3. Hal tersebut hanya boleh dilakukan pada hari raya atau
pernikahan.
4. Hal tersebut hanya dilakukan oleh para wanita, bukan
laki-laki.
Dalil yang menunjukkan syarat-syarat tersebut adalah hadits
yang diriwayatkan dari 'Amir bin Sa'ad Al Bajaly, ia berkata: "Aku pernah
masuk (menemui) Abu Mas'ud, Qurozhoh bin Ka`ab
dan Tsabit bin Zaid, sementara (di situ) ada beberapa budak wanita
memukul rebana sambil menyanyi, maka aku
bertanya; "Apakah kalian menyetujui
perbuatan ini sementara kalian adalah sahabat-sahabat
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam?" Mereka
menjawab: "Sesungguhnya (perbuatan ini)
telah dibolehkan buat kita pada hari pernikahan".
Dan di dalam "Shahih
Bukhari dan Muslim" serta
kitab-kitab hadits lainnya, diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu
`anha:
(( أَنَّ أَبَا بَكْرٍ دَخَلَ عَلَيْهَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَهَا يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى، عِنْدَهَا
جَارِيَتَانِ مِنْ جَوَارِي الأَنْصَارِ تُغَنِّيَانِ بِمَا تَقَاوَلَتِ الأَنْصَارُ
يَوْمَ بُعَاثَ، قَالَتْ: وَلَيْسَتَا بِمُغَنِّيَتَيْنِ، فَقَالَ أَبُوْ بَكْرٍ:
أَمَزَامِيْرُ الشَّيْطَانِ فِيْ بَيْتِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ؟؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا
أَبَا بَكْرٍ، إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيْداً، وَهَذَا عِيْدُنَا" )).
"Bahwasanya
(suatu ketika) Abu Bakar radhi-yallahu `anhu
datang mengunjunginya sedang Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam berada bersama Aisyah pada hari
'Idul Fitri atau Adha, sementara itu ada dua orang budak perempuan Anshar sedang menyanyikan ucapan-ucapan (kebanggaan)
orang-orang Anshar pada hari (perang)
Bu`ats. Aisyah radhiyallahu `anha berkata: "Kedua budak perempuan itu bukanlah penyanyi". (Melihat itu) Abu Bakar lalu menegur: "Kenapa
ada seruling-seruling (senandung) syaitan
di rumah Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wasallam?!" Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam-pun menjawab:
"Wahai Abu Bakar! Sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah
hari raya kita".
Budak-budak perempuan kecil itu
(sebagaimana kita lihat)
menyanyikan/ menyenandungkan syair-syair peperangan pada hari `ied.
Saudaraku yang
tercinta!
Berhentilah sejenak bersamaku untuk
merenung-kan dan menyelami makna kedua ayat
berikut ini:
ﱹإِنَّمَا
يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللّهُ ثُمَّ
إِلَيْهِ يُرْجَعُونَﱸ.
"Hanya
orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan
orang-orang yang mati (hatinya), akan di
bangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nyalah
mereka dikembalikan". (QS. Al An`aam: 36)
Dan Allah juga
berfirman:
ﱹفَإِن
لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى
مِّنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي
الْقَوْمَ الظَّالِمِينَﱸ.
"Maka
jika mereka tidak menjawab (tantangan-mu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak men-dapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguh-nya
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim". (QS. Al Qashash: 50)
Dan di dalam sebuah hadits shahih
yang di-riwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud serta para ulama hadits lainnya; dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu `anhu,
bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
(( مَنْ خَاصَمَ فِيْ بَاطِلٍ وَهُوَ يَعْلَمُ، لَمْ يَزَلْ
فِيْ سَخَطِ اللهِ حَتَّى
يَنْزِعَ )).
"Barangsiapa
yang mendebat dalam kebathilan (sementara)
ia mengetahuinya (maka ia akan) terus berada dalam kemarahan Allah sehingga ia
meninggalkannya".
Akhirnya, wahai saudaraku yang menunaikan ibadah haji, ketahuilah –semoga Allah selalu menjaga dan meluruskan langkahmu- bahwasanya
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam pernah bersabda:
(( مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ مِنْ
ذُنُوْبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ )).
"Barangsiapa
yang mengerjakan haji sedang ia tidak melakukan rafats (bersetubuh dan pen-dahuluannya)
dan kefasikan (selama haji) maka dosa-dosanya akan dihapuskan seperti ketika ia
baru dilahirkan oleh ibunya".
Dan Beliau
juga pernah bersabda:
(( الْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ
الْجَنَّةُ )).
"Tidak ada
balasan bagi haji yang mabrur kecuali syurga".
Jika anda beruntung mendapatkan
pahala ini, maka sungguh anda adalah orang
yang mulia dan agung, karenanya jangan
sampai kita semua membatalkan atau
merusaknya dengan perbuatan-perbuatan maksiat dan meninggalkan ketaatan.
Karena sesungguhnya salah satu tanda
diterimanya haji anda adalah
mengiringi (ibadah haji) dengan perbuatan-perbuatan
terpuji dan ketaatan serta meninggalkan kemungkaran. Dan sebaliknya, salah
satu tanda ditolaknya (ibadah haji tersebut)
adalah melakukan perbuatan-perbuatan
maksiat dan sikap memandang enteng serta meremehkan amal-amal shaleh.
Saudaraku yang terhormat!
Maka hendaknya tujuan anda
mengerjakan ibadah haji ini, bukanlah sekedar ingin dipanggil
sebagai "Pak Haji", karena sesungguhnya tujuan seperti ini tidaklah
bermanfaat bagi anda di sisi Allah. Dan mungkin saja besok anda sudah mesti meninggalkan dunia ini, sementara anda mengetahui bahwa inti amalan itu adalah bagaimana ia
dapat diterima oleh Allah, bukan hanya
sekedar bentuk lahiriah dan mendapatkan gelar (haji).
Semoga Allah
menjadikan haji anda haji yang mabrur dan dosa-dosa anda diampuniNya. Semoga Allah menerima
ibadah anda dan memulangkan anda kepada keluarga, putra-putri anda dan kampung halaman anda dalam keadaan
selamat dan berbahagia. Karena sesungguhnya hanya Dia-lah yang dapat melakukan
itu semua. Semoga shalawat dan salam serta berkah dari Allah senantiasa terlimpah kepada Nabi-Nya Muhammad, para keluarga dan sahabatnya.
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dan kesudahan yang baik adalah bagi
orang-orang yang bertakwa.
Lampiran 1:
Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam bersabda:
((
لَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالَى مِنْ صَلاَةِ الْغَدَاةِ
حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ
مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةً مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ، وَلَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ
قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ مِنْ صَلاَةِ الْعَصْرِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ
أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةً )).
"Sungguh (jika) saya duduk
bersama kaum yang berdzikir kepada Allah
Ta`ala sejak (selesai) shalat Shubuh
hingga terbitnya matahari, lebih saya sukai daripada membebaskan empat
orang budak dari keturunan Ismail `alaihis salam. Dan sungguh (jika) saya duduk
bersama kaum yang berdzikir kepada Allah
sejak (selesai) shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, lebih saya sukai daripada membebaskan empat orang
budak". (Hadits hasan,
diriwayatkan oleh Abu Daud dari
Anas radhiyallahu `anhu).
Beberapa
Contoh
Dzikir
Pagi dan Petang
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
(Berdasarkan
Hadits-hadits yang Shahih)
1. Ayat Kursi
(QS. Al Baqarah: 255)
Keutamaannya: Barangsiapa
membacanya di waktu pagi, maka ia dilindungi dari (gangguan) jin hingga waktu
petang, dan barangsiapa yang membacanya di
waktu petang, maka dia dilindungi dari
(gangguan) mereka (jin) hingga waktu pagi. (HR. Al Hakim, An Nasaa'i dan
Ath Thabarany dengan sanad jayyid).
2. Surat Al Ikhlash, Surat Al Falaq dan Surat An Naas.
Keutamaannya: Barangsiapa yang membaca ketiga surat
tersebut di waktu pagi dan petang –masing-masing tiga kali- maka (bacaan
tersebut) cukup (menjadi pelindung bagi)nya dari segala sesuatu. (HR. Abu Daud
dan At Tirmidzy).
3. Dzikir:
(( أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ
الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا
بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ
شَرِّهِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ
عَذَابٍِ فِي النَّارِ، وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
)).
"Kami
memasuki waktu pagi dan seluruh kerajaan hanya milik Allah semata,
segala puji bagi-Nya, tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan puji-pujian, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Tuhanku! Aku memohon
kepada Engkau kebaikan yang ada pada
hari (siang) ini dan kebaikan yang sesudah-nya, dan aku mohon perlindungan kepada Engkau dari segala
keburukan yang ada pada hari (siang) ini dan keburukan sesudahnya. Ya Tuhanku! Aku memohon perlindungan kepada Engkau dari sifat malas
dan pikun. Ya Tuhanku! Aku mohon per-lindungan kepada Engkau dari azab neraka dan
siksa kubur". (HR.
Muslim)
Dan apabila
berada di waktu petang dianjurkan membacanya dengan mengganti lafazh: (أَصْبَحْنَا
وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ
) dengan: ( أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ
) dan lafazh: ( هَذَا
الْيَوْمِ ) dengan: ( هَذِهِ اللَّيْلَةِ ).
4. Dzikir:
(( اللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ
نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ )).
"Ya Allah!
Karena-Mu kami memasuki waktu pagi dan petang, karena-Mu kami hidup dan mati dan kepada-Mu-lah kami (pasti akan)
kembali".
(HR. At Tirmidzy)
Dan jika masuk
waktu petang hendaklah dibaca:
(( اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ
نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ )).
"Ya Allah!
Karena-Mu kami memasuki waktu petang dan pagi, karena-Mu kami hidup dan mati
dan kepada-Mu-lah kami (akan) kembali".
5. Dzikir:
(( اللَّهُمَّ
أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ،
أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ
لَكَ بِذَنْبِيْ، فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ )).
"Ya Allah,
Engkaulah Tuhanku, tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau.
Engkau telah menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu
dan aku tetap (istiqamah) di atas perjanjian dan kesepakatan (dengan) Engkau
sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada Engkau dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui segala nikmat Engkau terhadapku dan mengakui segala dosaku. Oleh sebab itu, ampunilah aku, karena sesungguhnya
tidak ada yang mengampuni segala dosa
selain Engkau".
Keutamaannya: Barangsiapa
mengucapkannya dengan penuh keyakinan di waktu petang, kemu-dian
dia mati pada malam harinya, maka dia termasuk
ahli syurga, dan barangsiapa yang meng-ucapkannya dengan penuh keyakinan
di waktu pagi, kemudian dia mati pada siang
harinya, maka dia termasuk ahli syurga. (HR. Bukhari)
6. Dzikir:
(( اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَصْبَحْتُ أُشْهِدُكَ، وَأُشْهِدُ
حَمَلَةَ عَرْشِكَ، وَمَلاَئِكَتَكَ، وَجَمِيْعَ خَلْقِكَ؛ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّداً
عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ )).
"Ya Allah! Aku memasuki waktu
pagi dengan bersaksi kepada-Mu, kepada para (malaikat) pemikul `Arsy-Mu dan
para malaikat-Mu serta seluruh makhluk ciptaan-Mu; bahwa
sesungguhnya Engkau-lah Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain
Engkau semata, tiada sekutu bagi-Mu dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba
dan utusan-Mu". (4x).
Di waktu petang
dianjurkan membaca dzikir yang sama dengan mengganti lafazh: (اللَّهُمَّ إِنِّيْ
أَصْبَحْتُ) dengan: (اللَّهُمَّ إِنِّيْ
أَمْسَيْتُ).
Keutamaannya: Barangsiapa membacanya di waktu pagi dan petang sebanyak empat kali, maka Allah akan membebaskannya dari api neraka. (HR. Abu Daud).
7. Dzikir:
(( اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِيْ مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ
مِنْ خَلْقِكَ، فَمِنْكَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ،
فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ )).
"Ya Allah!
Nikmat apapun yang sampai padaku atau pada seseorang dari makhluk-Mu pada pagi hari
ini, maka semua itu semata-mata dari-Mu, tiada sekutu bagi-Mu. Bagi-Mu segala
Puji dan bagi-Mu segala syukur".
Pada waktu petang dianjurkan
membacanya dengan mengganti lafazh: (مَا
أَصْبَحَ بِيْ) dengan: (مَا أَمْسَى بِيْ).
Keutamaannya: Barangsiapa membacanya di waktu pagi maka ia telah mensyukuri nikmat pada (siang) hari itu, dan barangsiapa membaca-nya di waktu
petang, maka ia telah mensyukuri nikmat pada malam harinya. (HR. Abu Daud).
8. Dzikir:
(( اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ
فِيْ سَمْعِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ،
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ
عَذَابِ الْقَبْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ )). (3x)
"Ya
Allah! Berikanlah kesehatan pada badanku, pendengaranku dan penglihatanku. Tidak
ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Ya Allah! Aku berlindung kepada Engkau dari kekufuran dan kefakiran dan aku berlindung kepada Engkau dari siksa kubur. Tiada
tuhan yang berhak disembah selain
Engkau". (3x). (HR. Abu Daud
dan Ahmad)
9. Dzikir:
(( حَسْبِيَ اللهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ، عَلَيْهِ
تَوَكَّلْتُ، وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ )). (7x)
"Cukuplah
Allah (Pelindung) bagiku, tiada tuhan yang berhak disembah selain
Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dialah Tuhan Yang memiliki
`Arasy yang agung". (7x)
Keutamaannya: Barangsiapa membacanya di waktu pagi dan petang sebanyak tujuh kali, maka Allah `Azza wa
Jalla akan mencukupinya dengan segala apa yang ia butuhkan dari urusan
dunia dan akhirat. (HR. Ibnus Sunny)
10. Dzikir:
((
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا )). (3x)
"Aku ridha
Allah Tuhanku, Islam agamaku dan Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam
Nabiku". (3x)
Keutamaannya: Barangsiapa membacanya di waktu pagi dan petang sebanyak tiga kali, niscaya Allah akan
meridhainya pada hari kiamat. (HR. Ahmad dan At Tirmidzy)
11. Dzikir:
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي
الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ
فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي،
اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ، وَآمِنْ رَوْعَاتِيْ، اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ
بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِينِيْ وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي،
وَأعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي )).
"Ya Allah!
Sesungguhnya aku memohon ampunan dan`afiat (keselamatan)
kepada Engkau di dunia dan akhirat. Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kemaafan
dan keselamatan kepada Engkau, dalam agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah! Tutupilah aurat
(aib)ku, dan amankanlah rasa takutku. Ya Allah! Peliharalah aku dari depanku, dari belakangku, dari kananku, dari kiriku dan dari atasku, aku berlindung dengan
kebesaranMu agar aku tidak dicelakakan
dari bawahku". (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
12. Dzikir:
(( بِاسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي
الأَرْضِ، وَلاَ فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
)). (3x)
"Dengan menyebut nama Allah, Yang dengan (menyebut) namaNya tidak sesuatupun yang dapat memberi mudharat baik di bumi maupun di langit. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (3x)
Keutamaannya: Barangsiapa membacanya di waktu pagi dan petang sebanyak
tiga kali, maka tidak sesuatupun yang dapat membahayakannya. (HR. Ahmad, Abu
Daud, At Tirmidzy dan Ibnu Majah)
13. Dzikir:
(( اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وِالأَرْضِ، وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ،
وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ )).
"Ya Allah, (Tuhan)
Yang Mengetahui segala yang ghaib dan yang
tampak, Yang Mencipta-kan langit dan bumi, Tuhan segala sesuatu dan Yang
Memilikinya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan
yang berhak disembah selain Engkau. Aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan
diriku serta kejahatan syaithan dan sekutunya, dan (aku berlindung kepada
Engkau) dari keburukan yang aku
perbuat terhadap diriku sendiri maupun terhadap
(saudaraku) yang muslim". (HR. Abu Daud dan At
Tirmidzy)
14. Dzikir:
(( يَا
حَيُّ، يَا قَيُّوْمُ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، فَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ،
لاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ )).
"Wahai
(Tuhan) Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, dengan rahmatMu aku meminta keselamatan, maka baguskanlah urusanku seluruhnya,
dan janganlah Engkau tinggalkan diriku walau hanya sekejap mata".
15. Dzikir:
(( أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ،
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ
خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ فَتْحَهُ
وَنَصْرَهُ، وَنُوْرَهُ وَبَرَكَتَهُ وَهُدَاهُ،
وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْهِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ )).
"Kami
memasuki waktu pagi dan seluruh kerajaan hanya milik Allah semata, Ya
Allah! Aku memohon kepada Engkau kebaikan yang ada pada hari
(siang) ini; kemenangannya (dalam mencapai tujuan), pertolongannya
(dalam meng-hadapi musuh), cahayanya (ilmu dan amal) dan berkahnya (kemudahan
bagi rezki yang baik dan halal) serta petunjuknya (keteguhan
mengikuti petunjuk dan menjauhkan diri dari memperturut-kan hawa
nafsu). Dan aku mohon perlindungan kepada Engkau dari segala keburukan yang ada pada hari
(siang) ini dan keburukan sesudahnya". (HR. Abu Daud)
Dan apabila
berada di waktu petang dianjurkan membacanya dengan
mengganti lafazh: (أَصْبَحْنَا
وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ) dengan: (أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى
الْمُلْكُ) dan lafazh: (خَيْرَ
مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ) dengan: (خَيْرَ مَا فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ) dan dhamir (kata
ganti nama): ( ـه ) dengan ( هَا ).
16. Dzikir:
((
أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الإِسْلاَمِ، وَعَلَى كَلِمَةِ الإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفاً
مُسْلِمًا، وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ )).
"Kami
memasuki waktu pagi di atas fitrah Islam, di atas kalimat ikhlas dan tetap
berada dalam agama Nabi kami Muhammad Shallallahu `alaihi
wasallam, serta tetap mengikuti jejak bapak kami Ibrahim
yang lurus (dalam menjalankan agama) yang muslim, dan beliau
bukanlah dari golongan orang-orang yang musyrik". (HR. Ahmad)
Dan apabila
masuk waktu petang dianjurkan membacanya
dengan mengganti lafazh: (أَصْبَحْنَا) dengan: (أَمْسَيْنَا).
17. Dzikir:
(( سُبْحَانَ
اللهِ وَبِحَمْدِهِ )). (100x)
"Maha
Suci Allah dan dengan memuji kepada-Nya". (100x)
Keutamaannya: Barangsiapa
mengucapkannya di waktu pagi dan petang seratus kali, maka
tiada seorangpun yang datang pada hari kiamat dengan
membawa (amalan) yang lebih baik darinya,
kecuali orang-orang yang mengucapkan hal yang sama atau lebih dari itu.
(HR. Muslim)
18. Dzikir:
(( لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ
الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
)). (1x, 10x atau 100x)
"Tidak
ada tuhan yang berhak disembah selain Allah saja,
tiada sekutu bagiNya. BagiNya segala kerajaan dan bagiNya segala pujian,
dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu". (satu kali,
sepuluh kali atau seratus kali).
Keutamaannya:
a. Barangsiapa
membacanya sepuluh kali di waktu pagi dan sore, maka Allah akan menetap-kan baginya sepuluh kebaikan serta menghapus-kan
darinya sepuluh kesalahan. Dan bacaan itu pahalanya
seperti orang yang membebaskan sepuluh
hamba sahaya dan Allah melindunginya dari (gangguan) syetan. (HR. An
Nasa'i dalam kitabnya "A`maalul Yaumi wal Lailah"
dengan sanad yang shahih).
b. Barangsiapa
yang membacanya satu kali di waktu pagi,
maka baginya pahala (membebaskan) seorang
budak dari keturunan Ismail `alaihis salam dan ditetapkan
baginya sepuluh kebaikan, dihapuskan darinya
sepuluh kesalahan, diangkat baginya sepuluh derajat dan selalu terjaga dari (godaan) syetan sampai ia memasuki waktu petang.
Dan jika ia membacanya di waktu petang,
maka ia akan mendapatkan hal yang serupa hingga ia memasuki waktu pagi.
(HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)
c. Barangsiapa
yang membacanya seratus kali di waktu pagi, maka baginya pahala (orang yang membebaskan) budak dan ditetapkan baginya seratus kebaikan, dihapuskan
darinya seratus kesalahan dan akan selalu terjaga
dari (gangguan) syaitan sampai ia memasuki waktu
petang. Dan tidak seorangpun yang datang membawa
(amalan) yang lebih baik darinya kecuali
orang yang me-ngerjakan yang lebih dari itu. (HR. Bukhari dan Muslim)
19. Dzikir:
(( سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا
نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ،
وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ )).
"Maha
Suci Allah dengan memuji kepada-Nya, sebanyak jumlah makhluk-Nya, sebesar keridhaan
DiriNya, seberat `Arasy-Nya dan sebanyak tinta Kalimat-kalimatNya".
Dibaca sebanyak sepuluh kali. (HR.
Muslim)
20. Dzikir:
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً
طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً )).
"Ya
Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfa`at, rezki yang
baik dan amalan yang diterima".
Dibaca di waktu pagi. (HR. Ibnu
Majah)
21. Dzikir:
((
أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ )).
"Aku
memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya".
Dibaca seratus kali dalam semalam.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Atau lebih utama membaca lafazh istighfar sebagai
berikut:
(( أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ، وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ )).
"Saya
memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, Yang tiada tuhan yang
berhak disembah selain Dia, Yang Maha Hidup lagi Berdiri
Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya".
Keutamaannya: Barangsiapa
yang membacanya, maka Allah akan mengampuni (dosa-dosa)nya, meskipun (dosa) lari dari kancah peperangan. (HR. Abu Daud, At Tirmidzy dan Al Hakim)
22. Dzikir:
(( أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ )).
"Aku berlindung kepada Kalimat-kalimat Allah Yang
Maha Sempurna dari kejahatan apa yang diciptakanNya".
Dibaca tiga
kali di waktu petang.
Keutamaannya: Barangsiapa yang membacanya, akan terjaga dari bahaya racun dan segala yang
bercun pada malam hari. (HR. Ahmad)
23. Membaca shalawat sebanyak sepuluh kali:
(( اللَّهُمَِّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ )). ( 10x )
"Ya Allah!
Limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad Shallallahu `alaihi
wasallam".
Lebih diutamakan lagi apabila membaca
"Shalawat
Ibrahimiyah"
seperti berikut:
(( اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَِجيدٌ
)).
"Ya Allah,
limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan
keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Nabi Ibrahim,
sesungguhnya Engkau Maha Mulia lagi Maha Terpuji. Dan turunkanlah
keberkatan kepada Nabi Muhammad dan keluarga
Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau
telah memberkati Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim, sesung-guhnya Engkau Maha Mulia lagi Maha Terpuji".
Keutamaannya: Barangsiapa
yang bershalawat sebanyak sepuluh kali saat pagi dan petang, maka dia akan mendapatkan syafaat dari Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam di hari kiamat kelak. (HR. Ath Thabarany)
Beberapa Hal
yang Perlu Diperhatikan:
1. Allah Ta`ala telah
menjelaskan waktu yang tepat untuk berdzikir pagi dan petang dalam beberapa ayat Al Quran,
antara lain firmanNya:
ﱹوَسَبِّحْ
بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِﱸ.
"Dan
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum terbitnya matahari dan
sebelum ter-benamnya". (QS. Qaaf: 39)
Ayat ini menunjukkan bahwa waktu
berdzikir pada waktu pagi hari adalah antara usai menunaikan
shalat Shubuh dan sebelum terbenam matahari. Dan merupakan salah satu sunnah
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, seusai menunaikan shalat
Shubuh, Beliau duduk di mushalla (tempat shalat)nya sambil berdzikir
kepada Allah Ta`ala sampai terbit matahari. Dan dalam sebuah haditsnya,
Beliau bersabda:
(( مَنْ
صَلَّى الْفَجْرَ فِيْ جَمَاعَةٍ، ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ، كَانَتْ كَأَجْرِ حَجَّةٍ
وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ )).
"Barangsiapa yang mengerjakan
shalat Shubuh secara berjamaah, kemudian duduk berdzikir kepada Allah Ta`ala hingga terbit
matahari, lalu mengerjakan shalat dua
raka`at, maka baginya pahala orang
yang menunaikan ibadah haji dan umrah
dengan pahala yang sempurna", Beliau mengucapkannya tiga kali. (HR. At
Tirmidzy)
2. Dzikir-dzikir ini mempunyai
jumlah bilangan yang tertentu; ada yang dibaca sekali saja (lihat
no. 1, 3, 4, 5, 7, 11, 13, 14, 15, 16, 20), ada yang dibaca sebanyak tiga kali
(lihat no. 2, 8, 10, 12, 19, 22), ada yang dibaca sebanyak tujuh kali (lihat
no. 9), ada yang dibaca empat kali (lihat no. 6), ada yang dibaca sebanyak
sepuluh kali (lihat no. 23), ada yang dibaca sebanyak seratus kali (lihat no.
17, 21) dan ada pula yang dibaca sekali, atau sepuluh kali atau bahkan seratus
kali (lihat no. 18).
Jumlah bilangan
dzikir-dzikir tersebut harus diperhatikan dengan baik dan tidak boleh dilebihkan atau
dikurangi, karena demikianlah yang ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu
`alaihi wasallam.
3. Rasulullah Shallallahu `alaihi
wasallam telah menyebutkan beberapa keutamaan berdzikir dengan
dzikir-dzikir tersebut; baik itu berupa janji masuk syurga, mendapatkan ridha
Allah terhadap hamba-Nya, keselamatan dari segala marabahaya dan lain
sebagainya. Karenanya, sangat baik sekali bagi seorang muslim apabila ia dapat membaca semua dzikir-dzikir yang telah disebutkan tadi,
dan hendaknya ia bisa menjadikan
dzikir-dzikir itu sebagai
salah satu kegiatan rutinnya setiap hari. Namun, jika waktu yang ia miliki sangat sempit, maka
hendaknya ia dapat memilih dzikir apapun yang mudah baginya, karena mengabaikan dzikir-dzikir itu secara
keseluruhan adalah merupakan suatu
kelalaian yang sangat keterlaluan. Hendaknya hal ini dapat
diperhatikan dengan baik. Wallahu A`lam!
Lampiran 2
DO`A-DO`A PILIHAN
(( اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وِالأَرْضِ، وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيكَهُ،
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ وَشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ )).
"Ya Allah, (Tuhan)
Yang Mengetahui segala yang ghaib dan yang
tampak, Yang Menciptakan langit dan
bumi, Tuhan segala sesuatu dan Yang Memilikinya. Aku bersaksi bahwa
tiada tuhan yang berhak disembah selain
Engkau. Aku berlin-dung kepada Engkau dari kejahatan diriku serta
kejahatan syaithan dan sekutunya".
(( اَللَّهُمَّ
أَحْيِنِيْ إِذَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْراً لِيْ، وَتَوَفَّنِيْ إِذَا كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِيْ، اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، وَأَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا،
وَأَسْأَلُكَ الْقَصْدَ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى، وَأَسْأَلُكَ نَعِيمًا لاَ
يَنْفَدُ، وَأَسْأَلُكَ قُرَّةَ عَيْنٍ لاَ
تَنْقَطِعُ، وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بَعْدَ الْقَضَاءِ، وَأَسْأَلُكَ بَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ،
وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ، مِنْ
غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ، وَلاَ
فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ )).
"Ya Allah!
Tetapkanlah aku hidup selama hidup itu lebih baik bagiku. Dan
wafatkanlah aku, apabila
wafat itu lebih baik bagiku. Ya Allah! Aku
memohon kepada Engkau, (berikanlah aku) rasa takut kepada Engkau pada saat
sendiri dan di hadapan umum. Aku memohon kepada Engkau perkataan
benar dalam keadaan marah dan senang.
Aku memohon kepada Engkau sikap
sederhana dalam keadaan fakir dan kaya. Aku
memohon kepada Engkau kenikmatan yang tidak habis-habisnya. Aku memohon kepada Engkau penyejuk hati yang abadi. Aku memohon kepada Engkau kerelaan
hati setelah datangnya qadha' (keputusanMu). Aku memohon kepada Engkau kesejukan hidup setelah kematian. Dan aku memohon kepada Engkau nikmatnya memandangi WajahMu serta kerinduan kepada pertemuan denganMu, tanpa
kesulitan yang memudharatkan dan tidak pula fitnah yang menyesatkan".
(( اَللَّهُمَّ زَيَِّنَّا بِزِينَةِ الإِيمَانِ، وَاجْعَلْنَا
هُدَاةً مُهْتَدِينَ )).
"Ya
Allah! Hiasilah kami dengan indahnya hiasan iman dan jadikanlah kami
orang-orang yang memberi lagi mendapatkan petunjuk".
(( بِاسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي
الأَرْضِ، وَلاَ فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ )).
"Dengan
menyebut nama Allah, Yang dengan (menyebut)
namaNya tidak sesuatupun yang dapat
memberi mudharat baik di bumi maupun di langit. Dan Dia Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui".
(( اللَّهُمَّ
أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِي، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ،
أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ،
أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي، فَإِِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ
)).
"Ya Allah,
Engkaulah Tuhanku, tiada tuhan yang berhak
disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu
dan aku tetap (istiqamah) di atas perjanjian dan kesepakatan (dengan) Engkau
sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada Engkau dari keburukan
perbuatanku. Aku mengakui segala nikmat Engkau terhadapku dan mengakui segala dosaku. Oleh
sebab itu, ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang
mengampuni segala dosa selain Engkau".
(( لاَ حَوْلَ
وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ )).
"Tiada daya
dan tiada pula upaya, kecuali dengan (daya dan upaya) dari Allah".
(( اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَِجيدٌ
)).
"Ya Allah,
limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad
dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah bershalawat
kepada Nabi Ibrahim. Dan turunkanlah keberkatan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad,
sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Nabi Ibrahim, di seluruh alam sesungguhnya Engkau Maha Mulia lagi Maha Terpuji".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ،
أَوْ أَضِلَّ أو أُضَلَّ، أَوْ أَظلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ
عَلَيَّ )).
"Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau
agar aku tidak tergelincir atau digelincirkan, tersesat atau
disesatkan, menzhalimi atau dizhalimi dan berlaku jahil atau dijahili".
(( اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ
يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ )).
"Ya Allah,
Engkau-lah As Salam dan daripada-Mu-lah bersumber keselamatan, Maha
Suci Engkau, wahai (Tuhan) Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَعَمَلاً
مُتَقَبَّلاً، وَرِزْقاً طَيِّباً )).
"Ya
Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfa`at,
amalan yang diterima dan rezki yang baik".
(( اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ )).
"Ya
Allah, tolonglah aku untuk selalu berzikir dan bersyukur
kepada Engkau serta (tolonglah aku agar)
beribadah kepada Engkau dengan baik".
(( لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ
الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ
مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ )).
"Tidak
ada tuhan yang berhak disembah selain Allah saja, tiada sekutu bagiNya. BagiNya segala kerajaan dan
bagiNya segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tiada yang dapat menghalangi sesuatu yang
Engkau berikan, dan tiada pula yang dapat
memberi sesuatu yang Engkau halangi. Nasib baik seseorang tidak akan dapat menyelamatkannya dari
(ancaman)Mu".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأُعُوذُ
بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَأُعُوذُ بِكَ مِنْ
فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ )).
"Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kebakhilan, aku berlindung kepada-Mu dari
sifat penakut, aku berlindung kepada-Mu dari
dikembalikan kepada usia yang terhina (pikun), aku berlindung kepada-Mu dari fitnah
dunia dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ ظُلْماً كَثِيْراً،
وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِيْ
مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِيْ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ )).
"Ya Allah,
sesungguhnya aku sangat menzhali-mi diriku (dengan berbuat dosa), sedang
tidak ada yang mengampuni segala dosa selain Engkau. Karena itu,
ampunilah aku dengan keampunan dari sisi Engkau, dan kasihanilah aku, karena se-sungguhnya
Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
(( اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكاً،
سُبْحَانَكَ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ
إِلَيْكَ )).
"Segala
puji bagi Allah, dengan puji-pujian yang banyak, baik dan penuh berkah.
Maha Suci Engkau, ya Tuhan kami, dan dengan memujiMu, tidak ada tuhan
yang berhak disembah selain Engkau, aku memohon ampun dan bertobat
kepada-Mu".
(( اَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ
خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا
وَمَوْلاَهَا )).
"Ya Allah!
Berikanlah jiwaku ketakwaan, dan bersihkanlah ia, Engkaulah
sebaik-baik yang mem-bersihkannya. Engkaulah Pelindung dan Penolongnya".
(( اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بَيْنَنَا
وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا
بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا،
اَللَّهُمَّ أَمْتِعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا،
وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا
فِي دِينِنَا، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا
أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ
لاَ يَرْحَمُنَا )).
"Ya
Allah! Berikanlah kami rasa takut kepada Engkau, yang dapat menjadi penghalang
antara kami dan segala (perbuatan) maksiat kepada Engkau,
(berilah kami) ketaatan kepada Engkau yang akan mengantarkan kami ke dalam
surgaMu, (berilah kami) keyakinan yang menjadikan kami merasa ringan segala
musibah di dunia. Ya Allah! Senangkanlah kami dengan pendengaran kami, penglihatan
kami dan kekuatan kami selama Engkau masih menghidupkan kami, serta jadikanlah ia
sebagai pewaris dari kami. Jadikanlah pembalasan kami terhadap orang yang menzhalimi kami, dan tolonglah kami menghadapi
musuh-musuh kami. Janganlah Engkau jadikan musibah kami dalam agama kami dan
janganlah Engkau jadikan dunia sebagai cita-cita terbesar kami, dan jangan pula
batas pengetahuan kami serta janganlah engkau jadikan pemimpin kami orang yang tidak menaruh belas kasih kepada kami".
(( أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
)).
"Aku berlindung kepada Kalimat-kalimat Allah Yang
Maha Sempurna dari kejahatan apa yang diciptakanNya".
(Barangsiapa membacanya), tidak sesuatupun yang dapat
memberikan mudharat kepadanya.
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا
وَالآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ
وَالْعَافِيَةَ، فِيْ دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ، اَللَّهُمَّ اسْتُرْ
عَوْرَتِيْ، وَآمِنْ رَوْعَاتِيْ، اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ
خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِينِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأعُوذُ بِعَظَمَتِكَ
أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ )).
"Ya Allah!
Sesungguhnya aku memohon `afiat (keselamatan) kepada Engkau di dunia
dan akhirat. Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kemaafan dan
keselamatan kepada Engkau, dalam agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya
Allah! Tutupilah aurat (aib)ku, dan amankanlah rasa takutku. Ya
Allah! Peliharalah aku dari depanku, dari belakangku, dari kananku, dari
kiriku dan dari atasku, aku berlindung dengan kebesaranMu agar aku tidak
dicelakakan dari bawahku".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ الْمُقِيمَ الَّذِيْ
لاَ يَحُوْلُ وَلاَ يَزُوْلُ، اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ الْعَيْلَةِ وَالأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ
عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا مَنَعْتَنَا )).
"Ya
Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kenikmatan abadi yang tidak berpindah dan tidak pula lenyap. Ya Allah! Sesungguhnya
aku memohon
kepada-Mu kenikmatan pada hari kesengsaraan (kiamat) dan keamanan pada hari ketakutan (kiamat). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan sesuatu yang telah Engkau berikan kepada kami dan dari keburukan sesuatu yang Engkau tahan (tidak berikan) kepada kami".
(( اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي
قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا
مِنَ الرَّاشِدِينَ، اَللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ وَأَحْيِنَا مُسْلِمِينَ،
وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ مَفْتُونِينَ )).
"Ya
Allah! Jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan itu dalam
hati kami, dan jadikanlah kami membenci kekafiran, kafasikan dan kemaksiatan
serta jadikanlah kami orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Ya Allah! Wafatkanlah
kami dalam keadaan muslim dan hidupkanlah kami dalam keadaan muslim
serta kumpulkanlah kami bersama orang-orang shaleh, tanpa terhina
dan tidak pula terkena fitnah (azab)".
(( اَللَّّهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ
وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ،
وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ إِلَهَ الْحَقِّ آمِينَ )).
"Ya
Allah! Perangilah orang-orang kafir yang mendustakan rasul-rasul-Mu, yang menghalangi (manusia) dari
jalan-Mu dan timpakanlah kehinaan dan azabMu
kepada mereka, wahai Tuhan kebenaran, perkenankanlah".
(( لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيمُ الْعَظِيمُ، لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ
الْعَظِيمِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الأَرْضِ رَبُّ
الْعَرْشِ الْعَظِيمِ )).
"Tidak
tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Penyantun lagi Maha Besar, tidak ada
tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan Yang Memiliki `Arsy yang agung, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah,
Tuhan langit dan bumi dan Tuhan Yang Memiliki `Arsy yang agung".
(( اَللَّهُمَّ
رَبَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ
شَيْءٍ، مُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى،
أَعُوذُ بِكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ )).
"Ya Allah, Tuhan (Yang Menguasai) langit, Tuhan (Yang Menguasai) bumi, Tuhan (Yang Memiliki) `Arys
yang agung, Tuhan kami dan Tuhan (Yang
Memiliki) segala sesuatu. (Tuhan) Yang Menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan, Yang Menurunkan Taurat, Injil,
dan Al Furqan (Al Quran), aku berlindung kepada-Mu
dari kejahatan segala binatang melata,
di mana Engkau Yang Memegang
ubun-ubunnya".
(( اَللَّهُمَّ أَنْتَ الأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ
الآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ
شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ
دُونَكَ شَيْءٌ، اِقْضِ عَنِّيْ الدَّيْنَ وَأَغْنِنِيْ مِنَ الْفَقْرِ)).
"Ya Allah, Engkau-lah Yang
Awal, tiada sesuatu-pun sebelum-Mu.
Engkau-lah Yang Akhir, tiada sesuatupun sesudah-Mu. Engkau-lah Yang Zhahir, tiada sesuatupun yang di atas-Mu, dan
Engkau-lah Yang Bathin, tiada sesuatupun di
bawah-Mu, bayarkanlah hutang kami, dan bebaskanlah kami dari kefakiran".
(( اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ
وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيُّومُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ
فِيهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ،
أَنْتَ الْحَقُّ، وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ
حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ حَقٌّ )).
"Ya Allah! Bagi-Mu segala pujian, Engkaulah cahaya langit dan bumi serta apa yang ada padanya, bagi-Mu segala pujian, Engkaulah
Penjaga langit dan bumi serta apa yang ada padanya
dan bagi-Mu segala pujian, Engkaulah Tuhan
langit dan bumi serta apa yang ada padanya.
Engkaulah Yang Hak, PerkataanMu-lah yang hak, JanjiMu-lah yang hak, pertemuan dengan-Mu hak, surga adalah hak, neraka adalah hak, hari kiamat itu adalah hak dan Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam adalah hak".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ
مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَبِكَ مِنْكَ )).
"Ya Allah!
Aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaanMu, dan dari `afiat
(keselamatan)
yang Engkau berikan dari siksaanMu, dan
dengan (diri) Engkau daripada Engkau".
(( أَعُوذُ بِوَجْهِ اللهِ الْكَرِيمِ، وَكَلِمَاتِهِ التَّامَّاتِ
الَّتِي لاَ يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلاَ فَاجِرٌ، مِنْ شَرِّ
مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا، وَمِنْ شَرِّ مَا ذَرَأَ فِي الأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا، وَمِنْ فِتَنِ
اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَمِنْ شَرِّ طَوَارِقِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، إِلاَّ طَارِقاً
يَطْرُقُ بِخَيْرٍ، يَا رَحْمَنُ )).
"Aku mohon
perlindungan kepada Wajah Allah Yang Maha Mulia dan
Kalimat-kalimat-Nya Yang Maha Sempurna, Yang tidak mungkin dilampaui,
baik oleh orang yang baik maupun yang jahat, dari kejahatan sesuatu yang turun dari langit atau yang naik ke atasnya, dari kejahatan apa yang tumbuh di bumi dan yang keluar daripadanya, dari fitnah-fitnah waktu malam dan
siang dan dari kejahatan segala
sesuatu yang datang di waktu malam, kecuali yang datang membawa kebaikan, wahai Tuhan Yang Maha
Pengasih".
(( اَللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي
بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ )).
"Ya Allah!
Cukupilah aku dengan (rezki) yang halal darimu,
sehingga aku tidak memerlu-kan yang
haram dan kayakanlah aku dengan karuniaMu, sehingga aku tidak butuk kepada selainMu".
(( اَللَّهُمَّ يَا فَارِجَ الْهَمِّ، كَاشِفَ الْغَمِّ، مُجِيبَ
دَعْوَةِ الْمُضْطَرِّينَ، رَحْمَنَ
الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَرَحِيمَهُمَا، أَنْتَ تَرْحَمُنِيْ، فَارْحَمْنِيْ رَحْمَةً تُغْنِيْنِيْ بِهَا عَنْ
رَحْمَةِ مَنْ سِوَاكَ )).
"Ya
Allah, wahai (Tuhan) Yang melapangkan dari kesusahan, Yang menghilangkan
kegundahan, Yang mengabulkan (do`a) orang-orang yang dalam kesulitan, Yang
Maha Pemurah di dunia dan akhirat serta Yang Maha
Penyayang pada keduanya, Engkau mengasihaniku, maka kasihanilah aku dengan kasih
sayang yang membuatkan tidak lagi membutuhkan kasih sayang dari selainMu".
(( اَللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ،
وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ
وَقَهْرِ الرِّجَالِ )).
"Ya Allah!
Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan dan
kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku
berlindung kepada-Mu dari sifat bakhil dan pengecut dan aku berlindung kepada-Mu dari ditenggelamkan
hutang dan dikuasai orang lain".
(( اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ
الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ )).
"Ya
Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka Jahannam, aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan Al Masih Ad Dajjal dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan
dan kematian".
(( اَللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْاَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ
يُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفْوًا أَحَدٌ؛
أَنْ تَغْفِرَ لِيْ ذُنُوْبِيْ، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ )).
"Ya
Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ya Allah, dengan bersaksi bahwasanya Engkau-lah Allah,
tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau, Yang Maha Esa, Tempat
bergantung segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan,
dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya, agar Engkau mengampuni dosa-dosaku.
(Karena) sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(( اَللَّهُمَّ
إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ، وَسُوءِ الْقَضَاءِ، وَمِنْ دَرَكِ الشَّقَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ )).
"Ya Allah!
Aku berlindung kepada Engkau dari beratnya cobaan, kesengsaraan
yang menimpa dan dari taqdir yang buruk serta dari musibah yang
menggembirakan musuh".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشِّقَاقِ، وَالنِّفَاقِ،
وَسُوءِ الأَخْلاَقِ )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari permusuhan, kemunafikan dan keburukan
akhlak".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ،
وَمِنْ تَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ،
وَمِنْ فُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ، وَمِنْ جَمِيعِ سَخَطِكَ وَعِقَابِكَ )).
"Ya Allah!
Aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmatMu, dari berubahnya
kesehatan (dari)-Mu, dari pembalasan-Mu yang tiba-tiba (datangnya) dan dari
segala kemurkaan dan siksaanMu".
(( لاَ إِلَهَ
إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ )).
"Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah
termasuk orang-orang yang zhalim".
(( اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ كُلَّهُ، دِقَّهُ وَجِلَّهُ، وَعَلاَنِيَتَهُ وَسِرَّهُ، وَأَوَّلَهُ
وَآخِرَهُ )).
"Ya
Allah! Ampunilah dosaku semuanya; yang kecil dan yang
besar, yang terang-terangan dan yang tersembunyi
serta yang awal dan yang kemudian".
(( اَللَّهُمَّ
اهْدِنَا فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنَا فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنَا فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ،
وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، إِنَّهُ لاَ
يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ
ربَّنَا وَتَعَالَيْتَ )).
"Ya Allah!
Berilah kami petunjuk bersama orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk, berilah kami
`afiat (keselamatan) bersama orang-orang yang telah engkau berikan keselamatan,
bantulah kami bersama orang-orang yang Engkau bantu,
berkatilah bagi kami apa yang telah Engkau berikan
kepada kami, jauhkanlah kami dari keburukan
qadha' yang telah Engkau putuskan, karena sesungguhnya Engkaulah yang
membuat keputusan (hukum) dan bukan yang dihukum dan sesungguhnya
tidak akan hina orang yang mencintai-Mu dan tidak akan mulia orang yang
memusuhi-Mu, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, lagi Maha
Tinggi".
(( اَللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ،
وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ
خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَأَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ،
وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، أَنْتَ إِلَهِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ )).
"Ya Allah!
Kepada-Mu aku berserah diri (islam), kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu
aku berta-wakkal, kepada-Mu aku kembali, dengan (nama) Engkau aku melawan
(musuh) dan kepada-Mu aku berhukum, maka ampunilah (dosa) yang telah aku
perbuat dan yang akan aku lakukan, yang aku sembunyikan dan yang
terang-terangan serta (semua) dosa yang Engkau lebih mengeta-huinya
daripadaku, Engkaulah Tuhanku, tiada tuhan yang berhak disembah selain
Engkau".
(( اَللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا، وَفِي سَمْعِي نُورًا،
وَفِي بَصَرِي نُورًا، وَمِنْ بَيْنِ يَدَيَّ نُورًا، وَمِنْ خَلْفِي نُورًا، وَعَنْ
يَمِينِي نُورًا، وَعَنْ شِمَالِي نُورًا، وَمِنْ فَوْقِي نُورًا، وَمِنْ تَحْتِي
نُورًا، وَأَعْظِمْ لِي نُورًا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ )).
"Ya
Allah! Jadikanlah di dalam hatiku cahaya, di pendengaranku cahaya, di
penglihatanku cahaya, di hadapanku cahaya, di belakangku cahaya, di ka-nanku
cahaya, di kiriku cahaya, di atasku cahaya dan di bawahku
cahaya serta besarkanlah bagiku cahaya, wahai Tuhan semesta
alam".
(( اَللَّهُمَّ
رَحْمَتَكَ أَرْجُوْ، فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍِ، وَأَصْلِحْ
لِي شَأْنِيْ كُلَّهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ )).
"Ya Allah!
RahmatMu-lah yang aku harapkan, maka janganlah Engkau tinggalkan diriku walau hanya sekejap
mata dan baguskanlah urusanku seluruhnya, tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ،
نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ
اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ
عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ
عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ
رَبِيعَ قَلْبِيْ، وَنُورَ بَصَرِيْ، وَجلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ )).
"Ya Allah!
Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu yang laki-laki dan
anak hamba-Mu yang perempuan, ubun-ubunku di TanganMu,
berlaku padaku hukumMu dan adil padaku ketetapan-ketetapan (qadha)-Mu.
Aku memohon kepada-Mu dengan (perantaraan) seluruh NamaMu yang
Engkau namai DiriMu dengan-Nya, atau yang Engkau turunkan dalam
Kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan pada seseorang dari makhluk-Mu,
atau yang hanya Engkau sendiri yang mengetahuinya dalam ilmu ghaib yang ada pada
sisi-Mu, agar Engkau menjadikan Al Qur'an kesejukan (musim semi)
hatiku, cahaya dadaku, pelipur kesedihanku dan pengusir kesu-sahanku".
(( أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِكَ الَّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظُّلُمَاتُ،
وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ
الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، أَنْ تَنْزِلَ بِيْ غَضَبُكَ، أَوْ تَحِلَّ عَلَيَّ سَخَطُكَ،
لَكَ الْعُتْبَى حَتَّى تَرْضَى، وَلاَ حَوْلَ
وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ )).
"Aku
berlindung kepada cahaya WajahMu yang menerangi segala kegelapan, yang
membuat baik semua
urusan dunia dan akhirat, dari turunnya kemurkaan
kemarahan dan kemurkaanMu. Bagi-Mu-lah
segala kebaikan (pujian) sampai Engkau
ridha dan tiada daya dan upaya
kecuali dengan-Mu".
(( اَللَّهُمَّ
لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ، لاَ قَابِضَ لِمَا بَسَطْتَ، وَلاَ بَاسِطَ لِمَا قَبَضْتَ،
وَلاَ هَادِيَ لِمَنْ أَضْلَلْتَ، وَلاَ مُضِلَّ لِمَنْ هَدَيْتَ، ولاَ مُقَرِّبَ
لِمَا بَاعَدْتَ، وَلاَ مُبَاعِدَ لِمَا قَرَّبْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ،
وَلاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، اَللَّهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ
وَرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ وَرِزْقِكَ )).
"Ya Allah! Bagi-Mu-lah segala pujian, tidak ada yang dapat menyempitkan sesuatu yang telah Engkau lapangkan dan tidak ada pula yang dapat melapangkan apa yang telah
Engkau sempitkan. Tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepada orang yang telah
Engkau sesatkan dan tidak ada pula yang dapat menyesatkan orang yang telah Engkau beri petunjuk. Tidak ada yang dapat mendekatkan sesuatu yang telah Engkau jauhkan dan tidak ada pula yang dapat menjauhkan sesuatu yang telah Engkau dekatkan. Tidak ada
yang dapat memberikan sesuatu yang telah Engkau tahan dan tidak ada pula yang
dapat menahan sesuatu yang telah Engkau berikan. Ya Allah! Bentangkanlah kepada kami segala keberkatan, rahmat, karunia dan rezki
dari-Mu".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ الْعَيْلَةِ،
وَالأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا
مَنَعْتَ منَّا )).
"Ya
Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kenikmatan pada hari kesengsaraan (kiamat) dan keamanan pada hari ketakutan (kiamat). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari keburukan sesuatu yang telah Engkau
berikan kepada kami dan dari keburukan sesuatu
yang Engkau tahan (tidak berikan) kepada kami".
(( اَللَّّهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ
سَبِيلِكَ، وَيُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ،
اَللَّهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَهَ الْحَقِّ )).
"Ya Allah!
Perangilah orang-orang kafir yang memalingkan (manusia) dari jalan-Mu,
yang men-dustakan rasul-rasul-Mu, mereka menghalangi (manusia) dari
jalan-Mu. Ya Allah! Perangilah orang-orang
kafir, (yaitu) orang-orang yang telah diberikan Al
Kitab kepada mereka, wahai Tuhan yang hak".
(( يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِينِكَ )).
"Ya
(Tuhan) Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ
وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا
لَمْ أَعْلَمْ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ
مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ )).
"Ya Allah!
Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu segala kebaikan, baik yang segera
maupun
yang lambat, yang aku ketahui atau yang belum aku
ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan, baik yang segera maupun yang lambat, baik yang aku ketahui ataupun yang belum aku
ketahui".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِمَّا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ،
وَأُعُوذُ بِكَ مِمَّا عَاذَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ، وَأَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ
وَمَا قَرَّبَ إِلَيهَا مِنْ قَوْلٍِ أَوْ عَمَلٍ، وَأُعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا
قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ، وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ تَقْضِيهِ لِيْ خَيْرًا )).
Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu kebaikan-kebaikan yang
diminta kepada-Mu oleh Nabi-Mu Shallallahu `alaihi wasallam, dan aku
berlindung kepada-Mu dari segala keburukan yang mana Nabi-Mu Shallallahu
`alaihi wasallam berlindung kepada-Mu daripadanya. Ya Allah! Aku
memohon kepada-Mu surga dan hal-hal yang mendekatkan kepadanya, baik berupa
perkataan maupun perbuatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan
hal-hal yang mendekatkan kepadanya, baik perkataan maupun perbuatan, dan
aku memohon kepada-Mu agar Engkau
menjadikana seluruh taqdir yang telah Engkau tetapkan bagiku kebaikan
semata".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ،
وَدُعَاٍء لاَ يُسْمَعُ، وَنَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ، وَقَلْبٍ
لاَ يَخْشَعُ )).
"Ya
Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak
bermanfaat, dari
do`a yang tidak didengar (dikabulkan), dari nafsu
yang tidak mengenal kenyang (cukup) dan dari hati yang tidak bisa khusyu`".
(( اَللَّهُمَّ
جَنِّبْنِيْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ، وَالأَعْمَالِ، وَالأَهْوَاءِ، وَالأَدْوَاءِ
)).
"Ya Allah!
Jauhkanlah aku dari segala kemung-karan (yang berhubungan dengan)
segala akhlak, amalan, hawa nafsu dan penyakit".
(( اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْهُدَى، وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ، وَالْغِنَى، وَالْعَمَلَ
لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى )).
"Ya Allah!
Sesungguhnya aku memohon kepada Engkau (agar
diberikan) petunjuk, ketakwaan, `iffah (kesanggupan menahan diri dari
yang tidak baik), kecukupan (rezki) dan mengerjakan amalan
yang Engkau cintai dan ridhai".
(( رَبِّ أَعِنِّيْ وَلاَ تُعِنْ عَلَيَّ، وَانْصُرْنِيْ وَلاَ
تَنْصُرْ عَلَيَّ، وَامْكُرْ لِيْ وَلاَ تَمْكُرْ عَلَيَّ، وَاهْدِنِيْ وَيَسِّرْ
هُدَاكَ إِلَيَّ، وَانْصُرْنِيْ عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيَّ، رَبِّ اجْعَلْنِيْ لَكَ
شَاكِرًا، ذَاكِرًا لَكَ رَاهِبًا مِطْوَاعًا إِلَيْكَ
مُخْبِتًا أَوَّاهًا مُنِيبًا، رَبِّ اقْبَلْ تَوْبَتِيْ وَاغْسِلْ حَوْبَتِيْ وَأَجِبْ
دَعْوَتِيْ، وَثَبِّتْ حُجَّتِيْ، وَاهْدِ قَلْبِيْ، وَسَدِّدْ لِسَانِيْ، وَاسْلُلْ
سَخِيمَةَ قَلْبِيْ )).
"Ya Allah!
Tolonglah aku dan janganlah Engkau tolong
(seseorang mencelakakanku), bantulah aku dan janganlah
Engkau bantu (musuh mengalahkan-ku), buatkanlah tipu daya untukku
dan jangan Engkau buatkan tipu daya terhadapku, tunjukilah aku dan
mudahkanlah petunjukMu itu kepadaku serta tolonglah aku menghadapi orang
yang melam-paui batas (zhalim) terhadapku. Ya Allah! Jadi-kanlah aku hamba
yang senantiasa bersyukur kepada-Mu, senantiasa berzikir
kepada-Mu, senantiasa takut lagi taat kepada-Mu, senantiasa tunduk, merendah dan kembali
(taubat) kepada-Mu. Ya Allah! Terimalah
taubatku, basuhlah dosa-dosaku, kabulkanlah do`aku, tetapkanlah hujjahku, tunjukilah hatiku, luruskanlah (ucapan)
lidahku dan hilangkanlah kekotoran
hatiku".
(( اَللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ، وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ، وَحُبَّ
الْمَسَاكِينِ، وَأَنْ تَغْفِرَ لِيْ وَتَرْحَمَنِيْ، وَإِذَا أَرَدْتَ بَيْنَ عِبَادِكَ
فِتْنَةً فَاقْبِضْنِيْ إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُونٍ، اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ
حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ أَحَبَّكَ، وَحُبَّ عَمَلٍ
يُقَرِّبُنِيْ إِلَى حُبِّكَ )).
"Ya
Allah! Aku memohon kepada Engkau (dimudahkan) bagiku berbuat segala kebaikan, meninggalkan segala kemungkaran dan mencintai
orang-orang miskin. (Aku memohon kepada-Mu) agar mengampuniku dan merahmatiku. Dan apabila Engkau hendak menurunkan suatu fitnah (cobaan) di kalangan hamba-hamba-Mu, maka wafatkanlah aku dalam keadaan selamat dari fitnah tersebut. Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu (agar) mencintaiMu, mencintai orang yang Engkau cintai dan mencintai amalan yang men-dekatkanku
kepada cintaMu".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فَوَاتِحَ الْخَيْرِ وَخَوَاتِمَهُ،
وَجَوَامِعَهُ، وَأَوَّلَهُ
وَآخِرَهُ، وَظَاهِرَهُ وَبَاطِنَهُ، وَالدَّرَجَاتِ الْعُلَى مِنَ الْجَنَّةِ )).
"Ya
Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada Engkau
kunci-kunci kebaikan, penutup-penutupnya, pengumpul-pengumpulnya,
awal dan akhirnya, yang zhahir di antaranya dan yang bathin, serta derajat-derajat
yang tinggi di surga".
(( اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ بِالإِسْلاَمِ قَائِمًا، وَاحْفَظْنِيْ
بِالإِسْلاَمِ قَاعِدًا ، وَلاَ تُطِعْ فِيَّ عَدُوًّا وَلاَ حَاسِدًا )).
"Ya
Allah! Jagalah aku dengan Islam dalam keadaan berdiri, jagalah aku dengan Islam
dalam keadaan duduk, jagalah aku dengan Islam dalam keadaan tidur,
dan janganlah Engkau biarkan musuhku atau orang yang dengki
kepadaku (menyebabkan kesusahanku)".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ كُلِّ خَيْرٍ خَزَائِنُهُ
بِيَدِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ كُلِّ شَرٍّ خَزَائِنُهُ
بِيَدِكَ )).
Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu
seluruh kebaikan yang tempat penyimpanannya berada di TanganMu, dan
aku berlindung kepadaMu dari seluruh keburukan yang tempat
penyimpanannya berada di TanganMu."
(( رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ )).
"Ya
Tuhan kami! Berikanlah kepada kami kebaikan dan di akhirat kebaikan,
dan jauhkanlah kami dari azab neraka".
******
([23]) HR. Bukhari, no. 15, Muslim, no. 44. Lihat Al
Lu'lu' wal Marjan: 911.
([24]) HR. Muslim, no. 394, dari `Ubadah bin Shamit.
([25]) HR. Abu Daud: no. 4031, Ahmad: 2/ 50.
([26]) Lihat masalah ini dalam buku "Loyalitas Islam", karya Dr.
Shaleh Al Fauzan.
([27]) HR. Ahmad: 3/ 117, Ibnu Majah: no. 2697 dan Al
Hakim: 3/ 57 dari Anas radhiyallahu `anhu..
([28]) HR. Muslim: no. 88 dari Jabir radhiyallahu `anhu.
([29]) HR. Ahmad: 5/
346, At Tirmidzy: no. 2623, Ibnu Majah: no. 1079.
([30]) HR.
At Tirmidzy: no. 2624, Al Hakim: 1/ 7.
([31]) HR. Bukhari
(lihat Fathul Bari: 2/ 148), Muslim: no. 651.
([32]) HR. Muslim: no. 654.
([33]) HR. Muslim: no. 654.
([34]) HR. Muslim: no. 653.
([35]) HR. Bukhari: 5/ 49, Muslim: no. 89 dari Abu Hurairah radhiyallahu
`anhu.
([36]) Hadits hasan, riwayat Al Bazzar
(lihat Zawaa'idul Bazzar, hal. 169).
([37]) Al Mundziry berkata dalam kitab "At
Targhib", 4/ 53
bahwa sanad hadits ini baik. Al Haitsamy berkata: "Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bazzar
melalui periwayat-periwayat
shahih (Shahih Bukhari dan Muslim), kecuali Hubairah bin Maryam, namun dia termasuk
periwayat yang tsiqah
(terpercaya)". (Majma`uz Zawaa'id: 5/ 118).
([38]) HR. Ahmad: 1/ 190.
([39]) Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam "Al Muwaththa'": 2/
871, At Tirmidzy: no. 1460.
([40]) HR. Bukhari: 10/ 21 dan Muslim: no. 2189.
([41]) HR. Bukhari: 6/ 292, At Tirmidzy: no. 2061, Ibnu
Majah: no. 3525, Ahmad: 1/ 236.
([42]) HR.
Muslim: no. 2186.
([43]) HR.
Abu Daud: no. 3106, At Tirmidzy: 2084.
([44]) HR.
Bukhari: 10/ 176, Muslim: no. 2191.
([45]) HR.
Al Hakim (lihat Shahih Al Jami`: no. 1885).
([46]) HR. Bukhari
dalam kitab "Al Adabul Mufrad", Al Hakim dan Al Baihaqy.
Lihat Shahih Al Jami`: no. 2345.
([47]) HR.
Muslim: no. 2553.
([48]) HR.
Ahmad: 2/ 2991, At Tirmidzy: no. 2005 dan Ibnu Majah: no. 4236.
([49]) HR. Ahmad: 6/ 442, 446, 448, At Tirmidzy: no. 2005 dan Abu Daud: no. 4799.
([50]) HR. Abu Daud: no. 4800.
([51]) HR. Abu Daud: no. 4798 dan Ibnu Hibban: no. 1927.
([52]) HR. At Tirmidzy: no. 2019.
([53]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 8/ 507), Muslim:
no. 2853.
([54]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 10/ 480), Muslim:
no. 2150.
([55]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 10/ 378), Muslim:
no. 2321.
([56]) HR. Ath Thabarany dan Al Hakim (lihat Shahih Al
Jami`: no. 909).
([57]) Lihat Shahih Al Jami`: no. 2377.
([58]) HR. Abu Daud: no. 4941 dan At Tirmidzy: no. 1924. Lihat Shahih Al Jami`:
no. 3516.
([59]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 10/ 397), Muslim:
no. 2586.
([60]) Lihat
kitab Al Jazaa' min Jinsil Amal: 2/ 116.
([61]) HR.
Muslim: no. 2580.
([62]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 5/ 70),
Muslim: no. 2850.
([63]) HR. Muslim: no. 2699.
([64]) Shahih Muslim: no. 2588.
([65]) HR. Bukhari: no. 6126, Muslim: no. 2327.
([66]) HR. Muslim: no. 2328.
([67]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari:
10/ 234), Muslim: no. 1057.