Senin, 23 April 2012

DETIK-DETIK WAKTU

Huruf H pertama ini diketik persis pukul 00.00 sengaja kali ya???/ gak juga.... emang kebetulan karena kalo jam 23.59 masih tanggal 23 tetapi kalo sudah jam 00.00 berarti sudah ganti hari..... apa artinya??? Yang jelas itu menunjukkan bahwa sekecil apapun perbedaan waktu akan mempengaruhi perhitungannya, meskipun banyak orang nggampangne (kata orang Jawa )

Dulu sewaktu rajin ngaji ( sekarang masih yeeeee..... ) kata pak ustad jarak yang paling jauh adalah masa lalu yang oleh guru Bahasa Indonesia diwakili oleh kata-kata : tadi, kemaren, barusan, dulu dan masih banyak laiinnnya ( kata Bang Rhoma ). Dalam Bahasa Jawa diwakili oleh kata-kata : mau, ndhek wingi, ndhek bengi, ndhek awan dan ndhek-ndhek ........ lainnya maupun oleh mbiyen, ganu (tegal)..... Kata - kata itu sebenarnya mewakili dari keadaan bahwa kita telah ditinggalkan dan tak mungkin kembali.

Tambah umur, artinya kita telah jauh melewatkan waktu...... dan tinggal sedikit persediaan waktu kita. mungkinkah untuk dapat minta bonus tambahan terhadap waktu yang dijatahkanNya untuk kita ????? Mungkin saja bisa karena kata ustad ada hadist " silaturahmi dapat memperpanjang umur "  tetapi ustad agak bingung karena ada keterangan "Manusia telah ditentukan lahir, jodoh, rejeki dan umurnya ". Beliau janji mau njelaskan dengan keterangan lagi.... tapi sampai sekarang belum ketemu katanya......... hahahaha.... selamat belajar lagi pak ustadt.

Tetapi saya nyoba ngotak-atik hubungan keduanya dengan otak saya yang agak aneh ini... tapi jangan buat rujukan karena validitas dan reablitasnya di bawah nol..... Begini  : (mulai serius nihhhhhh ) -------
Betul dan benar sekali bahwa Allah telah menentukan segala tentang apa saja untuk kita. Di dalam kandungan kita sudah diberitahu apa saja yang akan terjadi kepada kita. Tapiiiiiii saat kita lahir kita lupa semua, sehingga kita lahir menangis. Oleh karena itu jika ada orang tebak-tebakan, mengapa bayi lahir kog menangis ???? jawab aja dengan tegas " karena ia lupa terhadap apa yang telah diberitahukan kepadanya "

Karena kita lupa maka kita tidak tahu.... apa saja yang telah digariskan kepada kita??? Dengan ketidaktahuan kita itu maka kita diperintahkanNya untuk berusaha. Bukankah sering kita dengar : " Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika mereka tidak berusaha merubahnya ". Mungkin konteks perintah ini sama dengan silaturahmi. Meskipun kita telah digariskan batas usia kita jika kita mau menjalin silaturahmi, Siapa tahu Allah memberikan bonus perpanjangan usia kita. Bukankah Allah Maha Pengasih, wong orang tua saja akan memberi bonus uang saku pada anaknya jika mereka rajin sholat, rajin belajar.... apalagi Allah Dzat Yang Tiada Bandingannya??????

Kesimpulannya jalin silaturahmi sebanyak-banyaknya seraya berdoa agar diberi panjang umur yang bermanfaat untuk beribadah kepadanya...........

                                                                                                                         by Chedo

KATA BIJAK ORANG BESAR




25 KATA BIJAK ORANG BESAR

1.               Jadilah diri anda sendiri. Siapa lagi yang bisa melakukannya lebih baik ketimbang diri anda sendiri?   ( Frank Giblin )
2.               Kedamaian tak terdapat di dunia luar, melainkan terdapat dalam jiwa manusia itu sendiri. (Ralph Waldo Emerson)
3.               Memberi tidak harus mengasihi, tetapi mengasihi selalu disertai dengan pemberian. (Anonim)
4.               Anak-anak lebih membutuhkan  panutan   dibandingkan dengan kecaman. (Joseph Joubert)
5.               Kehidupan ibarat melukis sebuah gambar, bukan melakukan penjumlahan  (Oliver Wendell Holmes Jr.)
6.               Kita mungkin akan kecewa jika gagal, tetapi kita telah gagal bila kita  tidak mencoba  (Beverly Sills)
7.               Takdir menentukan siapa orangtua kita, tetapi pilihanlah yang menentukan siapa  teman kita (Jacques Delile)
8.               Jika anda  berpendapat bahwa  pendidikan itu MAHAL Coba bandingkan  dengan harga  sebuah KEBODOHAN (Derek Bok)
9.               Manusia merasa  kesepian karena mereka  membangun tembok  dan bukan jembatan  (Anonim)
10.            Nikmatilah hidup ini  tanpa membandingkan dengan  kehidupan orang lain (Marquis de Condorcet
11.             Obat yang paling mujarab  adalah  rasa sayang  kepada  diri sendiri  (Theodore Isaac Rubin)
12.            Kita menilai  diri sendiri  dengan apa  yang kita rasa mampu kita lakukan, sementara  orang lain menilai kita  dengan apa  yang telah kita  Lakukan  (Henry Wadzworth)
13.             Hanya ada satu sudut alam semesta yangpasti bisa kita perbaiki yaitu diri kita Sendiri (Aldous Huxley)
14.             Masa depan bukanlah sebuah hadiah melainkan sebuah Keberhasilan (Harry Lauder)
15.             Tuhan memberi pekerjaan  bukan untuk membebani manusia,melainkan sebagai anugerah baginya.(Walter R. Cautenay)
16.             Terangi esok hari dengan hari ini (Elizabeth Barret)
17.            Kesempatan anda untuk sukses di setiap kondisi selalu dapat diukur oleh seberapa besar kepercayaan anda pada diri sendiri.  Robert Collier
18.            Tujuan  menentukan jadi apakah anda kelak.  Julius Erving
19.            Sesungguhnya nilai seorang manusia ditentukan oleh tujuan yang dikejarnya. Marcus Aurelius
20.            Jika seorang anak diterima apa adanya, Ia akan belajar untuk menerima dirinya sendiri  (Dorothy Low Nolte)
21.            Anak-anak tidak pernah menjadi pendengar yang baik atas Mnasihat orang tuanya, tetapi mereka tidak pernah gagal meniru (Eleanor Farjean
22.            Membuat  anak-anak bersikap jujur adalah awal pendidikan (John Ruskin)
23.            Anda akan selalu  melewati kegagalan dalam menuju kesuksesan  (Mickey Rooney)
24.            Besarnya berkah sebuah rejeki tidak diukur dari berapa besar rejeki itu tetapi diukur dari berapa besar kesungguhan untuk memperoleh rejeki itu ( Chedo Wardoyo )
25.            Angan-angan, fantasi, nafsu dan ambisi tidak dapat dibatasi oleh jarak waktu dan etika tetapi dapat dibatasi dengan logika yang nyata. ( Chedo Wardoyo )

Minggu, 22 April 2012

Untuk Saudaraku yang akan berhaji
Sembilan Nasehat

Buat Anda Yang Menunaikan Ibadah Haji Dan Umrah
رسائل للحجاج والمعتمرين
 باللغة الإندونيسية
Dr. Yahya bin Ibrahim Al Yahya


"Sembilan Nasehat Buat Anda Yang
Menunaikan Ibadah Haji Dan Umrah"
Judul Asli: "Rasaail lil Hujjaj wal Mu`tamiriin"
Penulis: Dr. Yahya bin Ibrahim Al Yahya
Buku Ini Diterjemahkan dan Dicetak
di Bawah Pengawasan:
"Lajnah Al Muslimin Al Judud"
Al Madinah An Nabawiyah


DAFTAR ISI
- Daftar Isi.......................................... ...........................................................................................
ii
- Kata Pengantar..................................
1
- Nasehat Pertama..........................................
5
- Nasehat Kedua.............................................
26
- Nasehat Ketiga.............................................
43
- Nasehat Keempat........................................
65
- Nasehat Kelima............................................
74
- Nasehat Keenam.........................................
90
- Nasehat Ketujuh..........................................
100
- Nasehat Kedelapan...................................
108
- Nasehat Kesembilan.................................
132
- Lampiran 1.......................................................
151
- Lampiran 2......................................................
174

بس م
Kata Pengantar
الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Segala puji Allah, Tuhan semesta alam. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (sembahan) selain Allah, Pelindung bagi orang-orang shaleh. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, pemimpin orang-orang yang datang pada hari kiamat dalam keadaan putih bercahaya (ghurron muhajjaliin), Nabi yang telah mengemban risalah, menunaikan amanah dan menasehati umat serta meninggalkan di atas jalan yang terang benderang, di mana orang yang menyimpang daripadanya pasti akan binasa. Semoga Allah memberikan shalawat kepadanya serta kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya dan orang-orang yang berda`wah sebagaimana Beliau berdakwah, (yaitu) orang-orang yang mengikuti sunnah dan jejaknya serta berjalan di atas jalannya sampai hari kiamat.
Selanjutnya, wahai para jema`ah haji, yang telah dipilih Allah dari sekian ratus juta kaum muslimin untuk mengunjungi rumahNya yang suci, saya memohon kepada Allah Yang Maha Tinggi, semoga Dia melindungi anda di dunia dan akhirat, serta memberi anda berkah di mana-pun anda berada.
Saudaraku yang dimuliakan Allah!
Anda telah menanggung berbagai kesulitan, mengorbankan harta benda, meninggalkan kam-pung halaman, meninggalkan keluarga (istri dan anak-anak), untuk menunaikan kewajiban yang telah ditentukan Allah, yaitu berhaji ke rumah-Nya yang suci. Semoga Allah menjadikan haji anda haji yang mabrur, dosa anda diampuni dan segala `aib (keburukan) anda ditutupi(Nya).
Saudaraku yang dimuliakan Allah!
Rasa cinta saya kepada anda dan kegembiraan saya atas kedatangan anda dengan selamat, mendorong saya untuk menuliskan beberapa nasehat ini, sebagai pelaksanaan dari sebagian kewajiban yang harus saya tunaikan kepada anda dan pencerminan dari perintah Rabb (Tuhan) kita Yang Maha Tinggi lagi Maha Luhur dalam firmanNya:
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ .
"Dan mereka saling menasehati supaya men-taati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran". (QS. Al `Ashr: 3).
Dan dalam rangka mengikuti petunjuk kekasih kita, imam, tauladan dan nabi kita, Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam dalam sabdanya yang diriwayatkan oleh An Nu`man bin Basyir radhiyallahu `anhu:
(( مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ؛ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى )).
"Perumpamaan kaum mu'minin dalam hal saling mencintai, saling berkasih sayang dan saling belas kasih adalah seperti satu tubuh; jika ada salah satu anggotanya yang mengeluh karena sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain juga ikut merasakan sakit itu sehingga tidak bisa tidur dan demam"([1]).
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam juga bersabda:
(( الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ؛ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضاً )).
"(Perumpamaan) seorang mu'min dengan mu'min yang lain adalah ibarat sebuah bangunan, yang satu sama lain saling menguatkan"([2]).
Saya berharap, mudah-mudahan anda dapat memberikan perhatian terhadap nasehat-nasehat saudara anda yang mencintai dan menyayangi anda ini, semoga Allah memberikan manfa`at kepada anda. Aamiin.

NASEHAT PERTAMA
Saudaraku!
Jangan lupa, bahwa maksud pertama kedatangan anda ke negeri ini adalah untuk menunaikan ibadah haji. Oleh karena itu, ketahuilah bahwa haji dan semua jenis amal perbuatan mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi, agar dapat diterima dan mendapatkan pahala, yaitu:
1. Amal tersebut hanya ditujukan kepada Allah Ta`ala. Allah Subhanahu wa Ta`ala berfirman:
وَمَا أُمِرُوْا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ .
"Padahal, mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya." (QS. Al Bayyinah: 5).
2. Amal tersebut mesti sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam. Beliau bersabda:
(( مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ )).
"Barangsiapa yang mengerjakan amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka amalannya itu akan tertolak"([3]).
Dalam berkaitan dengan ibadah haji, Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam telah bersabda pula:
(( خُذُوْا عَنِّيْ مَنَاسِكَكُمْ )).
"Ambillah cara manasik kalian dari saya"([4]).
Maksudnya adalah: Pelajari dan amalkanlah apa yang telah saya (Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam) kerjakan dalam haji, dan jangan sekali-kali kalian membuat-buat tata cara yang baru yang datang dari diri kalian.
Cara pelaksanaan haji dan umroh yang paling baik dilakukan oleh seorang muslim adalah cara yang sesuai dengan cara Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, agar ia mendapatkan kecintaan dan ampunan dari Allah Subhanahu wa Ta`ala. Allah Subhanahu wa Ta`ala telah berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ .
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) men-cintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu  dan mengampuni dosa-dosamu". (QS. Ali Imran: 31).
Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban anda untuk mempelajari tuntunan ibadah dan bertanya kepada ulama (orang-orang yang mengerti ibadah haji) sebelum anda memulai ibadah haji.
Berikut ini saya akan mengemukakan pemba-hasan tata cara haji dan umrah secara ringkas. (Anda bisa membaca lebih lengkap di buku-buku yang khusus membahas masalah ini).
Tata Cara Umrah
1. Jika anda telah sampai di miqat (tempat me-mulai ihram), mandilah sebagaimana anda mandi junub (jika sanggup dikerjakan).
Setelah itu, pakailah wangi-wangian yang paling baik (ke tubuh anda). Kemudian, pakailah kain ihram: (Bagi laki-laki) dua helai kain putih, salah satunya digunakan sebagai sarung. Sedangkan bagi wanita, boleh menggunakan pakaian apapun dengan syarat tidak memper-tontonkan hiasannya kepada orang lain atau menyerupai (pakaian) laki-laki.
Kemudian, berihramlah dengan mengucapkan (niat): "لَبَّيْكَ عُمْرَةً" (jika anda hendak melakukan umrah), kemudian lanjutkan dengan talbiah seperti yang diajarkan (Nabi Shallallahu `alaihi wasallam) kepada kita:
(( لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ، لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ )).
"Kupenuhi panggilanMu ya Allah, kupenuhi panggilanMu, kupenuhi panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, kupenuhi panggilanMu. Se-sungguhnya segala pujian, nikmat dan kerajaan hanya milikMu semata, tiada sekutu bagiMu".
Berihram dari miqat hukumnya adalah wajib. Jika anda hendak berhaji atau umrah, maka anda tidak boleh melewati miqat tanpa berihram.
2. Jika anda telah berniat melaksanakan ibadah haji atau umrah (berihram), maka ketahuilah bahwa anda dilarang melakukan perbuatan-perbuatan berikut ini:
a. Memotong rambut/ bulu dari semua anggota tubuh, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta`ala:
وَلاَ تَحْلِقُوْا رُؤُوْسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ .
"Dan janganlah kamu mencukur kepalamu sebelum (binatang) korban sampai di tempat penyembelihannya". (QS. Al Baqarah: 196)
b. Menggunakan wangi-wangian di badan, paka-ian dan makanan, berdasarkan hadits yang mengisahkan tentang seorang yang terjatuh dari ontanya (pada saat menunaikan ibadah haji) lalu meninggal dunia karena diinjak oleh ontanya itu([5]).
Seorang yang berihram tidak boleh menge-nakan pakaian yang sudah dicelup dengan za`faran dan wars (jenis tumbuhan yang ber-bau harum).
c. Bersetubuh. Ini adalah larangan yang paling besar (berat), sebab akan merusak haji, jika dilakukan sebelum tahallul awal, dan orang yang melakukannya diwajibkan menyem-purnakan (meneruskan) ibadah haji tersebut, mengulang haji lagi tahun berikutnya serta memotong hewan korban.
Orang yang sedang berihram juga tidak boleh melangsungkan pernikahan atau menikahkan (orang lain), berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam:
(( لاَ يَنْكِحُ الْمُحْرِمُ وَلاَ يُنْكِحُ وَلاَ يَخْطُبُ )).
"Seorang yang sedang berihram tidak boleh menikah, menikahkan dan meminang"([6]).
d. Khusus bagi laki-laki, tidak boleh memakai pakaian yang berjahit. Yaitu pakaian yang dijahit menutupi badan, seperti baju, atau me-nutupi sebagian anggota badan, seperti kaos dan celana dalam. Demikian pula, tidak boleh menutupi kepalanya dengan sesuatu yang me-nempel, seperti sorban, topi dan sebagainya.
e. Seorang yang sedang berihram, baik laki-laki maupun perempuan, tidak boleh membunuh binatang buruan darat (yang liar), atau mem-bantu orang lain berburu dan mengusik hewan tersebut dari tempatnya.
f. Khusus bagi wanita yang berihram, tidak boleh menggunakan niqab (penutup wajah), yaitu menutup wajahnya dengan kain yang terbuka pada bagian matanya. Dan tidak di-bolehkan pula mengenakan kaos (sarung) tangan yang meliputi kedua tangan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam:
(( لاَ تَنْتَقِبُ الْمَرْأَةُ الْمُحْرِمَةُ، وَلاَ تَلْبَسُ الْقُفَّازَيْنِ )).
"Seorang wanita yang sedang ihram tidak boleh memakai niqab (penutup wajah) dan sarung tangan"([7]).
Tetapi, ia boleh menutup wajahnya jika ada laki-laki ajnabi (bukan mahramnya), sebagai-mana dikatakan oleh `Aisyah radhiyallahu `anha: "Dahulu (pada masa Nabi), apabila sekelompok orang yang berkenderaan melewati kami, sedang pada waktu itu kami bersama Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, jika mereka berada sejajar dengan kami, seseorang yang ihram di antara kami menurunkan jilbab-nya dari atas kepala untuk menutupi wajah-nya. Dan jika mereka telah berlalu, kami mem-bukanya kembali([8]).
3. Kemudian memperbanyak talbiyah hingga tiba di kota Mekkah dan memulai thawaf di Ka`bah.
Jika anda sudah tiba di kota Mekkah, thawaf-lah di Ka`bah sebanyak tujuh putaran, bermula dan berakhir di Hajarul Aswad. Kemudian dianjurkan shalat dua raka`at di belakang Maqam Ibrahim, baik dari jarak yang dekat –jika mampu- ataupun jauh.
4. Jika anda telah selesai shalat dua raka`at, pergilah menuju bukit Shafa dan lakukanlah sa`i antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali, dengan niat sa`i untuk umrah, dimulai dari Shafa dan berakhir di Marwah. Dari Shafa ke Marwah dihitung satu putaran, demikian seterusnya sampai berakhir di Marwah.
5. Jika anda telah menyempurnakan sa`i, cukur-lah dengan rata semua rambut kepala anda. Dengan demikian, berarti selesailah sudah rangkaian ibadah umrah anda, dan anda boleh melepas pakaian ihram serta memakai baju (pakaian biasa).
6. Jika anda ingin mengerjakan haji saja, maka ucapkanlah ketika anda ihram dari miqat: "Labbaika hajjan". Kemudian perbanyaklah membaca talbiyah sampai melempar Jumrah `Aqabah (pada hari Nahar). Jika anda telah sampai di Baitullah (Ka`bah), thawaflah tujuh putaran sebagai thawaf Qudum. Dan setelah anda melakukan sa`i antara Shafa dan Marwah, maka sa`i tersebut sudah cukup (dan berfungsi sebagai) sa`i untuk haji, dan janganlah anda mencukur rambut; karena anda tetap dalam keadaan ihram sampai anda bertahallul pada hari `Id (`Idul Adha).
7. Dan jika anda melaksanakan haji Qiran (menggabungkan haji dan umrah), maka ucap-kanlah ketika anda berihram di miqat: "Labbaika `umratan wahajjan". Kemudian perbanyak-lah membaca talbiyah sampai anda melontar Jumrah `Aqabah. Dan anda melakukan peker-jaan (manasik) seperti yang dilakukan oleh orang yang melaksanakan haji Ifrad (menger-jakan haji saja, sebagaimana pada poin enam di atas).

Tata Cara Haji
1. Pada waktu Dhuha tanggal 8 Dzulhijjah, berihramlah untuk haji dari tempat tinggal anda –jika anda melakukan haji Tamattu`-. Sebelum berihram, mandilah terlebih dahulu -jika sanggup- dan kenakanlah pakaian ihram, kemudian ucapkan:"لَبَّيْكَ حَجًّا".
2. Jika anda mengerjakan haji Qiran atau Ifrad, maka anda tetap dalam keadaan ihram anda semula.
3. Berangkatlah ke Mina dan kerjakanlah shalat Zhuhur dua raka`at, `Ashar dua raka`at, Maghrib tiga raka`at, `Isya dua raka`at dan Shubuh dua raka`at, masing-masing shalat dikerjakan pada waktunya (tidak dijama`).
4. Jika telah terbit matahari hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), berangkatlah ke Arafah sambil bertalbiyah. Kerjakanlah shalat Zhuhur dan `Ashar pada waktu Zhuhur (jama` taqdim) masing-masing dua raka`at (diqashar) dengan satu kali azan dan dua kali iqamat.
Tinggallah di Arafah sampai terbenam matahari seraya terus memperbanyak berdo`a dan dzikir sambil menghadap kiblat.
Pastikan bahwa anda benar-benar berada di dalam batas Arafah, dan jangan sampai  keluar meninggalkan batas Arafah sebelum matahari terbenam.
5. Jika matahari benar-benar telah tenggelam, bergeraklah dari Arafah menuju Muzdalifah dengan tenang. Kerjakanlah shalat Maghrib dan `Isya sesampai di Muzdalifah dijama` ta'khir; Maghrib tiga raka`at, `Isya dua raka`at dengan satu azan dan dua iqamat. Kemudian bermalamlah di situ sampai shalat Shubuh. Dan setelah shalat Shubuh, tetaplah di Muzdalifah untuk berdo`a dan berdzikir sampai menjelang (mendekati waktu) terbitnya matahari.
6. Ketika matahari sudah akan terbit, bergeraklah dari Muzdalifah menuju Mina dengan tetap bertalbiyah. Dan jika anda telah sampai di Mina, lakukanlah pekerjaan-pekerjaan berikut -setelah terbit matahari-:
a. Melontar Jumrah `Aqabah, yaitu jumrah yang terdekat dari Mekah, dengan tujuh batu kerikil (seukuran biji kacang tanah) secara berturut-turut, seraya bertakbir dalam setiap lontaran. Usahakan kerikil-kerikil tersebut masuk ke dalam lubang (lingkaran).
b. Sembelihlah hewan kurban (hadyu), makanlah sebagian dagingnya, dan sisanya bagikan kepada orang-orang fakir miskin. Binatang kurban (hadyu) ini wajib bagi orang yang mengerjakan haji Tamattu` dan Qiran. Namun, jika tidak mampu, anda dapat menggantinya dengan puasa tiga hari di musim haji dan tujuh hari setelah kembali ke kampung halaman.
c. Mencukur seluruh rambut (sampai gundul) atau memangkas pendek seluruhnya. Bagi wanita, cukup mencukur rambutnya sepanjang satu ruas jari.
Jika anda mampu, kerjakanlah ketiga hal di atas secara berurutan, mulai dari melontar jumrah, menyembelih binatang (hadyu), ke-mudian mencukur rambut. Namun jika anda tidak mampu, maka tidak mengapa dikerjakan dengan tidak berurutan.
Setelah melontar jumrah dan mencukur atau memotong rambut, anda telah bertahallul yang pertama (kecil). Setelah itu, anda boleh mengenakan pakaian (biasa) dan tidak ada lagi larangan ihram yang tinggal kecuali satu, yaitu mendatangi wanita (bersetubuh).
7. (Setelah itu), pergilah ke Mekkah untuk me-ngerjakan Thawaf Ifadhah –thawaf haji- dan sa`i di antara Shafa dan Marwah, sebagai sa`i (wajib) haji, bagi anda yang mengerjakan haji Tamattu`. Dengan demikian, anda telah bertahallul yang kedua (besar). Setelah itu, tidak ada lagi larangan ihram yang mesti dihindari termasuk mendatangi istri (bersetubuh).
8. Bagi anda yang mengerjakan haji Qiran atau Ifrad, lakukanlah thawaf dan sa`i di antara Shafa dan Marwah, bila anda belum mela-kukan sa`i pada saat Thawaf Qudum.
9. Kemudian kembalilah ke Mina dan mabit (bermalam)lah pada malam ke 11 dan 12 Dzulhijjah.
10. Lontarlah tiga jumrah pada hari ke 11 dan 12 setelah tergelincir matahari (setelah masuk Zhuhur), di mulai dari Jumrah Ula, yaitu jumrah yang paling jauh dari Mekkah, kemudian Jumrah Wushtha dan Jumrah `Aqabah, masing-masing dengan tujuh batu kerikil secara berturut-turut sambil bertakbir pada setiap lontaran.
Disunnahkan (sangat dianjurkan) berdo`a setelah melontar Jumrah Ula dan Jumrah Wushtha. Dan tidak dibolehkan melontar sebelum tergelincir matahari.
11. Jika anda telah menyempurnakan (amalan) hari ke 11 dan 12, anda boleh bersegera me-ninggalkan Mina sebelum matahari terbenam atau tetap tinggal  di Mina –ini yang paling utama (afdhal)- dan mabit (bermalam) lagi pada malam ke 13 Dzulhijjah. Lontarlah ketiga jumrah pada hari ke 13 setelah tergelincir matahari, sebagaimana yang anda lakukan pada hari ke 12.
12. Jika anda hendak kembali ke kampung halaman anda, kerjakanlah Thawaf Wada`-sebelum me-ninggalkan Mekkah- sebanyak tujuh putaran. Dan bagi wanita yang haidh dan nifas, tidak perlu mengerjakan Thawaf Wada`([9]).

Berkunjung ke
Kota Suci Madinah Nabawiyah
Saudaraku!
Ketahuilah, bahwasanya disunnahkan bagi seorang muslim mengunjungi mesjid Nabawi, baik pada musim haji atau bukan, karena Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ؛ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِيْ هَذَا، وَالْمَسْجِدِ الأَقْصَى )).
"Tidak boleh mendatangi suatu tempat dengan maksud mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah, kecuali ke tiga mesjid: Masjidil Haram, masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsha"([10]).
Jika anda telah sampai –berkat perlindungan Allah Subhanahu wa Ta`ala- di kota suci Madinah Nabawiyah, mulailah dengan (mendatangi) Masjid (Nabawi), karena shalat di dalamnya lebih baik daripada seribu shalat di masjid-masjid lain, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam:
(( صَلاَةٌ فِيْ مَسْجِدِيْ هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيْمَا سِوَاهُ، إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ )).
"Satu kali shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu shalat di masjid-masjid yang lain, selain Masjidil Haram"([11]).
Kemudian anda memberi salam kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam serta kedua sahabatnya; Abu Bakar dan Umar radhi-yallahu `anhuma di kamar (dahulu kamar/ tempat tinggal Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam) yang menjadi kuburan mereka.
Disunnahkan pula mengunjungi Masjid Quba' dan mengerjakan shalat di dalamnya (baik shalat fardhu maupun shalat sunnah), karena Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam telah bersabda:
(( مَنْ خَرَجَ حَتَّى يَأْتِيَ هَذَا الْمَسْجِدَ –يَعْنِي مَسْجِدَ قُبَاءَ- فَيُصَلِّيَ فِيْهِ، كَانَ كَعَدْلِ عُمْرَةٍ )).
"Barangsiapa yang keluar untuk mendatangi masjid ini –yakni Masjid Quba'-, kemudian shalat di dalamnya, (maka pahalanya) seperti umrah"([12]).
Anda juga bisa berkunjung ke pekuburan Baqi` dan Syuhada Uhud untuk berdo`a dan memohon-kan ampunan bagi mereka, karena Nabi Shallallahu `alaihi wasallam pernah mendatangi pekuburan Baqi` dan Syuhada Uhud untuk mendo`akan penghuni kedua pekuburan tersebut dengan mengucapkan:
(( السَّلاَمُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ، مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلاَحِقُوْنَ )).
"Semoga salam keselamatan bagi para penghuni kuburan ini, dari golongan kaum mu'minin dan muslimin. Dan sesungguhnya insya Allah kami benar-benar akan mengikuti kalian"([13]).
Saudaraku –yang semoga dilindungi Allah dari segala yang tidak diinginkan (keburukan)-!
Inilah tempat-tempat yang disyari`atkan untuk dikunjungi di kota suci Madinah Nabi Shallallahu `alaihi wasallam. Sedangkan tempat-tempat lain, tidak disunnahkan untuk kita kunjungi atau mela-kukan shalat padanya. Sebab, seandainya tempat-tempat tersebut memiliki keutamaan, tentu Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam telah memberi kita petunjuk (menganjurkan) untuk mengunjunginya.
Dan kita semua, tentu telah bersaksi bahwa Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam telah mengemban risalah, menyampaikan amanah dan menasehati umat serta meninggalkan kita di atas jalan yang terang benderang, di mana orang yang menyimpang daripadanya, pasti akan celaka (sesat). Allah Subhanahu wa Ta`ala baru mewa-fatkan (Nabi)-Nya, setelah Dia menyempurnakan agama dan nikmat ini.
Semoga shalawat, salam dan keberkahan dari Robb (Tuhan)ku tercurah kepadanya, kepada ke-luarga dan seluruh sahabatnya. Aamiin.

NASEHAT KEDUA
Saudaraku!
Ada beberapa kesalahan yang dilakukan oleh banyak jema`ah haji, baik karena ketidaktahuan, lupa ataupun beranggapan (bahwa kesalahan tersebut sebagai sesuatu) yang remeh. Berikut ini saya akan menyebutkan beberapa kesalahan tersebut, dengan harapan kiranya anda dapat menghindarinya, sehingga ibadah haji anda selamat (dari kesalahan itu) dengan izin Allah Subhanahu wa Ta`ala.
PERTAMA: Beberapa kesalahan yang dilakukan sebagian orang pada saat ihram:
1. Tidak berihram dari miqat.
2. Keyakinan sebagian orang bahwa tidak boleh memakai alas kaki, apabila saat ihram tidak memakainya.
3. Keyakinan sebagian orang mengenai tidak bolehnya mengganti pakaian ihram.
4. Al Idhthiba` sejak mulai berihram, yaitu membuka pundak kanan dan menjadikan (kedua) ujung kain ihramnya di atas pundak kiri. Padahal, idhthiba` ini hanya dilakukan pada saat Thawaf  Qudum saja.
5. Meyakini adanya shalat sunat ihram pada saat akan berihram.
KEDUA: Beberapa kesalahan yang terjadi (dalam perjalanan) antara miqat dan Masjidil Haram, antara lain:
1. Meninggalkan talbiyah serta mengerjakan hal-hal yang menyebabkan lalai dari mem-bacanya. Dan yang lebih berbahaya dari itu, menghabiskan waktu dengan hal-hal yang diharamkan, seperti mendengarkan nyanyian dan lagu (musik).
2. Membaca talbiyah dengan cara berjamaah (serentak bersama-sama).
KETIGA: Beberapa kesalahan yang terjadi ketika memasuki Masjidil Haram, yaitu:
1. Meyakini bahwa memasuki Masjidil Haram harus melewati pintu tertentu. Kita sering mendapatkan jemaah haji yang menyusahkan dirinya dengan bertanya di mana Babul `Umrah atau Babul Fath([14]) dan yang lainnya. Padahal, perkara ini tidak seharusnya membuat jemaah bersusah-susah dan bersifat mudah dan lapang –alhamdulillah-, karena anda dibolehkan me-masuki Masjidil Haram dari pintu manapun yang mudah bagi anda. Dan jika anda (mampu) masuk dari Bab Bani Syaibah([15]), maka itu sangat bagus, karena Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam dahulu masuk melalui pintu tersebut([16]).
2. Membaca do`a-do`a tertentu ketika memasuki Masjidil Haram. Padahal, tidak ada sama sekali do`a khusus yang harus dibaca ketika me-masukinya. Yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam hanyalah do`a yang dibaca ketika memasuki setiap masjid, termasuk Masjidil Haram, seperti:
(( بِسْمِ اللهِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ، وَافْتَحْ لِيْ أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ )).
"Dengan nama Allah, shalawat dan salam kepada Rasulullah. Ya Allah! Ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah pintu-pintu rahmatMu buatku"([17]).
KEEMPAT: Beberapa kesalahan yang terjadi dalam thawaf, antara lain:
1. Melafazhkan niat ketika akan mengerjakan thawaf. Kita sering mendengar sebagian orang mengucapkan:
(( اللَّهُمَّ، إِنِّيْ نَوَيْتُ أَنْ أَطُوْفَ بِالْبَيْتِ سَبْعَةَ أَشْوَاطٍ )).
"Ya Allah, sesungguhnya aku berniat mela-kukan thawaf di Baitullah sebanyak tujuh putaran".
Padahal, cara tersebut sama sekali tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam dan (tidak pula) sahabat-sahabatnya yang mulia.
2. Tidak memulai thawaf dari Hajarul Aswad.
3. Berdesak-desakan di Hajarul Aswad dan Rukun Yamani.
4. Meyakini bahwa mencium Hajarul Aswad adalah syarat sah thawaf.
5. Mencium Rukun Yamani.
6. Berjalan cepat (ramal) di seluruh putaran thawaf. Padahal, ramal tersebut tidak (disun-nahkan) dilakukan kecuali pada tiga putaran pertama dan hanya (disunnahkan) bagi kaum pria.
7. Mengkhususkan setiap putaran dengan bacaan do`a tertentu. Dan yang lebih mem-perparah penyimpangan ini, apabila orang yang thawaf dengan membaca buku do`a kecil itu tidak mengetahui makna apa yang dibacanya itu.
8. Masuk ke dalam Hijir Ismail ketika masih thawaf. Hal ini dapat membatalkan thawaf seseorang, karena Hijir Ismail masih termasuk dalam bangunan Ka`bah.
9. Tidak menjadikan Ka`bah di sebelah kirinya. Hal ini sering terjadi pada orang yang mengawal keluarganya dalam mengerjakan thawaf dan "memblokade" mereka bersama-sama dengan rombongannya. Maka orang ini mau tidak mau akan menjadikan Ka`bah di sebelah kanan atau di depannya, bahkan di belakang-nya. Hal ini bisa saja menyebabkan tidak sahnya thawaf yang ia lakukan, karena di antara syarat-syarat sahnya thawaf adalah menjadikan Ka`bah pada posisi sebelah kiri anda.
10. Memegang/ mengusap-usap semua rukun (sisi) Ka`bah.
11. Mengeraskan suara membaca do`a. Hal ini dapat menghilangkan kekhusyu`an, menjatuh-kan kewibawaan Baitullah dan mengganggu orang lain yang sedang melakukan thawaf, padahal mengganggu orang yang sedang mengerjakan ibadah merupakan suatu ke-mungkaran.
12. Berkeyakinan bahwa shalat dua raka`at setelah thawaf harus dikerjakan di dekat Maqam Ibrahim. Oleh sebab itu, kita sering melihat orang-orang yang menyebabkan sempit dan terkendalanya orang lain yang sedang thawaf, sehingga mereka sangat terganggu dibuatnya.
13. Memanjangkan shalat dua raka`at setelah thawaf. Hal ini menyalahi sunnah, karena Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam memendekkan dan meringankan kedua raka`at tersebut. Di samping itu, orang yang meman-jangkan dua raka`at ini, sesungguhnya telah mengganggu, memberatkan serta menghala-ngi orang-orang yang thawaf yang sebenar-nya mereka lebih berhak terhadap tempat itu daripadanya.
14. Membaca do`a tertentu di Maqam Ibrahim. Dan penyimpangan ini lebih parah lagi, apabila do`a itu dibaca secara berjama`ah.
15. Mengusap-usap Maqam Ibrahim. Hal ini sama sekali tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam.
KELIMA: Beberapa kesalahan yang terjadi dalam mengerjakan sa`i, yaitu:
1. Melafazhkan niat sa`i.
2. Meninggalkan berlari-lari kecil (ramal) antara dua tanda hijau bagi laki-laki.
Adapun wanita (memang seharusnya) tetap berjalan biasa.
3. Sebaliknya berlari-lari kecil (ramal) di seluruh putaran sa`i. Hal ini dapat menyebabkan beberapa mudharat, antara lain; menyalahi sunnah, membuat letih diri sendiri dan berdesak-desakan sehingga mengganggu orang lain. Ada orang yang melakukan itu karena ingin cepat-cepat menyelesaikan ibadah ini, dan ini tentu lebih buruk dan jelek dari kesala-han sebelumnya, karena ia menggambarkan kejenuhan dalam beribadah.
Dan hal ini tentu merupakan kesalahan besar, karena semestinya setiap orang (mu'min) mengerjakan ibadah dengan dada lapang, hati senang dan penuh kekhusyu`an.
4. Setiap menaiki bukit Shafa dan Marwah membaca ayat berikut:
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ اللّهِ
"Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syi`ar Allah". (QS. Al Baqarah: 158).
Padahal, ayat ini hanya (disunnahkan) dibaca ketika pertama kali akan memulai sa`i, pada saat naik ke bukit Shafa, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam.
5. Mengkhususkan setiap putaran sa`i dengan do`a-do`a tertentu.
6. Memulai sa`i dari bukit Marwah.
7. Beranggapan bahwa satu putaran itu adalah dari bukit Shafa sampai kembali ke bukit Shafa, yang menyebabkannya melakukan sa`i sebanyak 14 kali.
8. Mengerjakan sa`i di luar (manasik) haji dan umrah, seperti yang diyakini sebagian orang bahwa ada sa`i sunnah sebagaimana adanya thawaf sunnah.
KEENAM: Beberapa kesalahan yang terjadi ketika tahallul (mencukur habis atau memotong rata rambut), yaitu seperti berikut:
1. Mencukur sebagian rambut saja.
2. Memotong sebagian rambut dari satu sisi saja. Cara seperti ini bertentangan dengan ayat:
مُحَلِّقِينَ رُؤُوسَكُمْ وَمُقَصِّرِينَ.
"... dengan mencukur rambut kepala kalian dan memendekkannya...". (QS. Al Fath: 27).
3. Mencukur habis atau memendekkan rambut kepala setelah mengenakan pakaian biasa, sesudah umrah.
KETUJUH: Beberapa kesalahan yang terjadi pada hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijjah), yaitu:
1. Meyakini bahwa mengerjakan shalat dua raka`at ihram adalah wajib, dan bahwa pakaian ihram harus baru.
2. Melakukan idhthiba` (membuka pundak kanan dan menyampirkan kain ihram di pundak kiri). Padahal, cara tersebut hanya disyari`atkan ketika mengerjakan Thawaf  Qudum saja.
3. Meyakini bahwa ihram untuk haji tidak sah apabila mengenakan pakaian yang digunakan untuk umrah.
4. Meninggalkan talbiyah pada saat berangkat menuju Mina.
5. Langsung berangkat menuju `Arafah.
6. Tetap tinggal di Mekkah dan tidak berangkat ke Mina.
7. Menjama` shalat di Mina.
8. Menyempurnakan (tidak mengqashar) shalat di Mina.
KEDELAPAN: Beberapa kesalahan yang terjadi ketika berangkat menuju `Arafah dan pada saat wukuf di sana, antara lain:
1. Tidak  bertalbiyah ketika menuju `Arafah.
2. Wukuf di luar batas `Arafah setelah ter-gelincir matahari.
3. Menghadap ke bukit (Rahmah) –bukan ke kiblat- saat berdo`a.
4. Meyakini bahwa wukuf di atas bukit (Rahmah) itu adalah wajib.
5. Meyakini bahwa pohon-pohon di `Arafah tidak boleh dipotong.
6. Meyakini bahwa Jabal Nur memiliki kesucian yang khusus, sehingga jemaah haji berusaha naik ke atasnya, shalat dan bergantungan di pohon-pohonnya.
7. Menyangka bahwa shalat (di `Arafah) harus dikerjakan bersama imam (di mesjid Namirah), meskipun dalam keadaan yang sangat sulit dilakukan.
8. Keluar dari `Arafah sebelum matahari terbenam.
9. Membuang-buang waktu tanpa faedah. Dan yang lebih bahaya dan besarnya dosa apabila membuang-buang waktu dengan hal-hal yang diharamkan, seperti berfoto-foto, mendengar-kan lagu serta nyanyian (musik), pembicaraan yang tidak senonoh atau menyakiti orang lain.
KESEMBILAN: Beberapa kesalahan yang terjadi ketika bertolak menuju Muzdalifah, yaitu antara lain:
1. Terlalu tergesa-gesa (dalam berjalan menuju Muzdalifah).
2. Berhenti sebelum tiba di Muzdalifah.
3. Mengerjakan shalat Maghrib dan `Isya di tengah perjalanan sebelum tiba di Muzdalifah.
4. Mengundur-undur shalat `Isya sampai keluar waktunya dengan dalih belum sampai ke Muzdalifah, di mana banyak jamaah haji yang terlambat mendapatkan kenderaan di jalan, sehingga mereka tidak dapat tiba di Muzdalifah kecuali setelah tengah malam atau mendekati waktu fajar, sehingga mereka terpaksa mengakhirkan shalat (`Isya) hingga tiba di Muzdalifah. Hal ini merupakan kesala-han besar.
5. Mengerjakan shalat Shubuh sebelum waktu-nya. Sebagian jamaah haji –semoga Allah memberi mereka hidayah- tidak menunggu masuknya waktu shalat Shubuh. Begitu mendengarkan ada sebagian jemaah yang mengumandangkan azan, merekapun segera melakukan shalat.
6. Meninggalkan Muzdalifah pada malam hari dan tidak mabit (bermalam) di sana.
7. Menghabiskan waktu malam dengan pembi-caraan yang tidak bermanfaat, atau dengan hal-hal lain yang diharamkan.
8. Tetap tinggal di Muzdalifah hingga terbit matahari.
9. Meyakini bahwa batu-batu untuk melontar jumrah harus dipungut dari Muzdalifah.
KESEPULUH: Beberapa kesalahan yang terjadi ketika melontar jumrah. Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( إِنَّمَا جُعِلَ الطَّوَافُ بِالْبَيْتِ وَالسَّعْيُ بَيْنَ الصَّفَا وَالْمَرْوَةِ وَرَمْيُ الْجِمَارِ لِإِقَامَةِ ذِكْرِ اللهِ لاَ لِغَيْرِهِ )).
"Sesungguhnya disyari`atkan thawaf di Bai-tullah, sa`i antara Shafa dan Marwah serta melontar jumrah hanyalah untuk menegakkan dzikrullah, bukan untuk yang lain"([18]).
Dan di antara kesalahan-kesalahan dalam melontar jumrah ialah sebagai berikut:
1. Membasuh batu-batu (yang dipakai melontar) atau memberinya wangi-wangian.
2. Meyakini bahwa tiang-tiang jumrah itu adalah setan. Sangkaan seperti ini menyebabkan beberapa mudharat:
- Sangkaan ini adalah sangkaan yang keliru, karena melontar jumrah adalah dalam rangka menegakkan dzikrullah dan mewujudkan penghambaan kepada Allah Ta`ala.
- Hal ini menyebabkan seseorang akan melontar dengan penuh amarah dan kebencian, sehingga dapat menyakiti orang lain, karena dia maju menyerang bagaikan onta yang sedang mengamuk.
- Ini dapat menyebabkan seseorang lupa bahwa dengan melontar jumrah ini, ia sedang dalam beribadah kepada Allah, sehingga ia mengganti dzikir yang disyari`atkan dengan yang tidak disyari`atkan karena berpegang pada dugaan di atas, yang karenanya kita akan melihatnya melempar dengan batu besar, kayu atau sandal.
3. Berkeyakinan bahwa lontarannya harus me-ngenai tiang jumrah.
4. Mewakilkan orang lain untuk melontarkan, padahal ia masih sanggup melakukannya sendiri.
5. Menyangka bahwa tidak boleh melontar kecuali dengan batu-batu dari Muzdalifah. Padahal yang benar, adalah dibolehkan melontar me-makai kerikil yang berasal dari mana saja.
6. Melontar tidak mengikuti urutan yang benar, atau melontar sebelum waktunya.
7. Melontar dengan kurang dari tujuh buah batu.
8. Tidak berdo`a sesudah melontar jumrah per-tama dan kedua.
9. Melontar dengan jumlah yang melebihi jumlah yang semestinya.
KESEBELAS: Beberapa kesalahan yang terjadi di Mina, antara lain:
1. Tidak mabit (bermalam) di Mina tanpa `udzur. Tidak berusaha mencari tempat bermalam di Mina, sehingga dengan demikian ia beralasan karena tidak mendapatkan tempat bermalam di Mina, ia bermalam di Mekkah atau di `Aziziah([19]).
2. Meninggalkan Mina sebelum matahari terge-lincir pada tanggal 12 Dzulhijjah.

NASEHAT KETIGA
Ketahuilah wahai saudaraku yang mulia –semoga Allah menjaga anda dari semu kejahatan dan dosa-, bahwa syetan selalu berusaha menyesat-kan kaum muslimin dan menghiasi kejahatan itu sehingga kelihatan baik oleh mereka. Allah berfirman:
وَقَالَ لَأَتَّخِذَنَّ مِنْ عِبَادِكَ نَصِيبًا مَّفْرُوضًا.
"Dan (syaitan) itu mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya). (QS. An Nisaa': 118)
Dan Allah berfirman:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ * ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ.
"Iblis menjawab: "Karena Engkau telah meng-hukum saya tersesat, maka saya benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka, belakang, kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanya-kan mereka bersyukur (taat)". (QS. Al A`raaf: 16-17)
Dan Allah juga berfirman –tatkala Dia me-larang hamba-Nya mengikuti langkah-langkah syetan yang selalu mengajak kepada kerusakan, namun ia tidak menyadarinya selangkah demi selangkah-:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنكُمْ مِّنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّيْ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang-siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya bukan karena karunia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. An Nuur: 21).
Dan perkara yang paling berbahaya yang selalu diusahakan oleh syaitan adalah menjerumuskan manusia ke dalam kemusyrikan, karena ia me-ngetahui dengan baik, bahwasanya Allah Ta`ala tidak akan mengampuninya selama-lamanya. Allah berfirman:
إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya". (QS. An Nisaa': 48).
Dan ketahuilah –wahai saudaraku yang mulia- bahwa syaitan tidak akan datang mengajak kita langsung kepada perbuatan syirik, namun yang dilakukannya ialah menghiasi perbuatan-perbuatan yang dapat mengantarkan kepada kesyirikan. Dan awal mula masuknya kesyirikan ke dalam kalangan kaum Nabi Nuh `alaihis salam, adalah ketika ada orang-orang shaleh dari mereka yang meninggal, syaitan menganjurkan kepada mereka untuk meng-gambar orang-orang shaleh tersebut, agar mereka teringat (keutamaan) ilmu dan amal shaleh dan bersemangat untuk itu apabila melihat gambar-gambar tersebut. Lalu ketika datang generasi berikutnya, syaitan membisikkan pada mereka: "Sesungguhnya nenek moyang kalian dahulu melakukan hal tersebut (menggambar orang-orang shaleh) tidak lain kecuali untuk meminta tolong kepada mereka bila ditimpa musibah dan memohon perlindungan saat bahaya datang mengancam. Demikianlah syaitan terus menerus menganjurkan dan membisikkan supaya mereka melakukan hal tersebut, hingga pada akhirnya (tanpa terasa) mereka sudah menyembah orang-orang shaleh itu dan tidak lagi menyembah Allah Ta`ala.
Dan seringkali terjadi di kalangan orang-orang awam –akibat kejahilannya- perkara-perkara (pelanggaran) besar yang dapat menjerumuskan mereka ke jurang kemusyrikan tanpa mereka sadari. Misalnya, perkataan sebagian mereka: "Ya Sayyid Husein, ya Siti Zainab, ya Badawi, ya Matbuli atau ya Sayyid Fulan, berikanlah aku pertolongan", atau: "Aku berlindung kepadamu", atau: "Sembuhkanlah penyakitku", atau: "Kembalikanlah barangku yang hilang", atau: "Karuniakanlah aku anak", atau: "Bantulah aku melawan musuh-musuhku, atau orang yang menzhalimiku".
Termasuk juga, bersujud kepada kuburan, atau menganggap shalat di atasnya merupakan perbuatan yang agung serta menganggap shalat menghadap ke kuburan itu lebih utama (afdhal) daripada shalat menghadap kiblat. Atau berangga-pan bahwa thawaf di kuburan lebih baik daripada thawaf di Ka`bah.
Semua ini –wahai saudaraku- adalah hal-hal yang jelas-jelas termasuk syirik dalam agama Allah. Bagaimana mungkin seorang yang berakal (sehat) meminta perlindungan dan pertolongan kepada orang yang sudah mati, yang seandainya ia memiliki kekuasaan terhadap dirinya, pasti ia tidak akan mati?! Dan apakah seorang wali atau orang shaleh tersebut lebih agung daripada Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, yang belum ada seorang makhlukpun yang pernah menginjakkan kakinya di permukaan bumi yang lebih baik daripada Beliau?? (Walaupun demikian), Allah berfirman:
قُل لاَّ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَاْ إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ.
"Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfa`atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan, kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebaikan sebanyak-banyak-nya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". (QS. Al A`raaf: 188)
Dan Dia juga berfirman:
قُلْ إِنِّي لاَ أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلاَ رَشَدًا * قُلْ إِنِّيْ لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِن دُونِهِ مُلْتَحَدًا.
"Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfa'atan". Katakan-lah: "Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya".  (QS. Al Jin: 21-22).
Maka jika Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam saja tidak dapat mendatangkan manfa`at atau menghindarkan mudharat dari dirinya, dan tiada pula yang dapat melindunginya dari Allah Ta`ala, bagaimana mungkin ada orang yang meyakini bahwa hal tersebut dapat dilakukan oleh seseorang selain Beliau?? Seorang muslim tentu tidak bisa menerima keyakinan seperti ini, karena Allah telah berfirman:
وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَضُرُّهُمْ وَلاَ يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَـؤُلاَءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللّهِ.
"Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan ke-mudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa'atan, dan mereka berkata:"Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". (QS. Yunus: 18).
Ini adalah perbuatan kaum musyrikin terhadap berhala-berhala mereka, maka apakah pantas seorang muslim mengikuti perbuatan orang musyrik tersebut, sehingga ia meminta syafa`at dari para wali atau orang-orang shaleh yang telah meninggal?!
Allah berfirman menjelaskan alasan orang-orang musyrik bahwa mereka menyembah berhala-berhala itu tidak lain kecuali dengan tujuan agar semakin dekat kepada Allah Ta`ala:
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُوْنَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ.
"Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar". (QS. Az Zumar: 3)
Maka pantaskah bagi seorang yang beriman kepada Kalam Allah berdo`a kepada selain Allah, baik itu kepada walih ataupun orang-orang shaleh dengan alasan sebagaimana alasan orang-orang musyrik?! Padahal, Allah Ta`ala telah menjelaskan kelemahan dan ketidakberdayaan segala sesuatu yang dijadikan tujuan untuk berdo`a selain Allah. Allah berfirman:
وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ نَصْرَكُمْ وَلاَ أَنفُسَهُمْ يَنْصُرُونَ.
"Dan berhala-berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri". (QS. Al A`raaf: 197)
Sehingga apabila Allah Ta`ala menyatakan bahwa mereka tidak akan sanggup menolong kalian, bahkan untuk menolong diri sendiri mereka tidak mampu, maka apakah seorang muslim yang berakal (sehat) masih mempercayai bahwa mereka dapat memberikan pertolongan (sebagaimana Allah memberikan pertolongan)?! Siapa yang menyatakan hal tersebut, maka sesungguhnya ia telah mendustakan Allah Ta`ala,  dan barangsiapa yang mendustakan Allah, maka ia telah kafir, meskipun ia (tetap) melaksanakan shalat, berpuasa dan mengaku bahwa dirinya adalah seorang muslim.
Jika Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam yang merupakan penghulu segala rasul dan yang berhak memberikan syafa`at di hari kiamat, di mana semua manusia berada di bawah panji-panjinya, dikarenakan kedudukan dan martabat Beliau yang agung, tidak memiliki kekuasaan apapun terhadap kerabat Beliau sendiri. Ini sebagaimana perkataan Beliau yang disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu Abbas dan Abu Hurairah radhiyallahu `anhuma ketika Beliau berada di bukit Shafa, tatkala turunnya ayat:
وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ.
"Dan beri peringatanlah kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat". (QS. Asy Syuuraa: 214)
(Ketika itu) Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam berdiri dan mengatakan: "Wahai sekalian kaum Quraisy! Korbankanlah diri-diri kalian, karena aku tidak dapat menyelamatkan kalian dari kemudharatan jika Allah menghendakinya. Wahai Bani Abdi Manaf! Aku tidak dapat menolong kalian dari kemudharatan jika Allah menghendakinya. Wahai Shafiyah bibi Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam! Aku tidak dapat menolongmu dari kemudharatan jika Allah menghendakinya. Wahai Abbas bin Abdul Muthalib! Aku tidak dapat menolongmu dari kemudharatan jika Allah menghendakinya. Wahai Fatimah binti Muhammad! Mintalah dariku apa yang kumiliki, namun aku tidak dapat menolongmu dari kemudharatan jika Allah menghendakinya"([20]).
Kalau Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam saja tidak dapat menolong paman, bibi dan putri Beliau, maka mana mungkin Beliau dapat menolong orang lain?! Camkanlah masalah ini dengan baik, wahai saudaraku!
Ketika Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam ingin meminta ampunan bagi pamannya Abu Thalib –karena ia telah banyak membantu dan menolongnya-, Allah lalu melarangnya. Dia berfirman:
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَن يَسْتَغْفِرُواْ لِلْمُشْرِكِينَ
وَلَوْ كَانُواْ أُوْلِي قُرْبَى مِن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ
.
"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahim". (QS. At Taubah: 113)
Allah Ta`ala berfirman:
إِنَّكَ لاَ تَهْدِيْ مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ.
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendakiNya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". (QS. Al Qashash: 56)
Maka janganlah anda tertipu –wahai saudaraku- oleh perbuatan orang-orang jahil dengan berdo`a kepada selain Allah Ta`ala.
وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لاَ يَمُوتُ.
"Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Maha Hidup (kekal) Yang Tidak Mati". (QS. Al Furqan: 58)
Oleh sebab itu, janganlah anda berdo`a kecuali kepada Allah, janganlah anda berlindung kecuali kepada Allah dan janganlah meminta pertolongan kecuali kepada Allah. Ketahuilah bahwasanya Allah Ta`ala lebih dekat kepada anda dari segala sesuatu. Allah berfirman:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ.
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku". (QS. Al Baqarah: 186)
Ambillah wahai saudaraku yang mulia –semoga Allah senantiasa menjagamu- wasiat Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam kepada saudara sepupunya Abdullah bin Abbas radhiyallahu `anhuma, ketika Beliau berpesan kepadanya: "Apabila engkau meminta sesuatu, maka mintalah kepada Allah dan apabila engkau memohon pertolongan, maka mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, sekiranya seluruh umat bersatu untuk memberikan suatu manfaat kepadamu, niscaya mereka tidak akan memberimu manfaat, kecuali manfaat yang telah Allah tetapkan bagimu. Dan sekiranya mereka bersatu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan mampu mencelakakanmu, kecuali jika Allah telah menetapkannya menimpamu. Telah diangkat pena-pena dan telah kering lembaran-lembaran shuhuf (catatan taqdir)".
Maka apakah masih ada alasan (hujjah) bagi seseorang setelah mengetahui hadits ini –wahai saudaraku yang mulia-? Dan apakah masih dapat diterima perkataan (pendapat) seseorang –siapapun dia- apabila bertentangan dengan perkataan Allah dan Rasul-Nya?!
Saudaraku yang mulia –semoga Allah menjauh-kanmu dari segala keburukan-! Sesungguhnya ada beberapa do`a agung yang pernah diajarkan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam kepada para sahabatnya, dan do`a-do`a tersebut adalah do`a yang bermanfaat, sehingga penting bagi anda untuk mempelajarinya, menghafalnya dan mengamalkannya, antara lain:
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ، وَمِنْ دَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ الْقَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ )).
"Ya Allah! Aku berlindung kepada Engkau dari beratnya cobaan, kesengsaraan yang menimpa dan dari taqdir yang buruk serta dari musibah yang menggembirakan musuh".
(( اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِيْ دِيْنِيْ الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِيْ، وَأَصْلِحْ لِيْ دُنْيَايَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشِيْ، وَأَصْلِحْ لِيْ آخِرَتِيْ الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادِيْ، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِيْ فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِيْ مِنْ كُلِّ شَرٍّ )).
"Ya Allah, baguskanlah agamaku yang meru-pakan sandaran segala urusanku, baguskanlah (kehidupan) duniaku yang di dalamnya aku hidup, baguskanlah akhiratku yang kepadanya aku kembali, jadikanlah kehidupan ini tambahan bagiku dalam setiap kebaikan dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatan bagiku dari segala keburukan".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ –صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -، وَأُعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيهَا مِنْ قَوْلٍِ أَوْ عَمَلٍ، وَأُعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِيْ خَيْرًا )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu segala kebaikan, baik yang segera maupun yang lambat, yang aku ketahui atau yang belum aku ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan, baik yang segera maupun yang lambat, baik yang aku ketahui ataupun yang belum aku ketahui. Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu kebaikan-kebaikan yang diminta kepada-Mu oleh Nabi-Mu Shallallahu `alaihi wasallam, dan aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan yang mana Nabi-Mu Shallallahu `alaihi wasallam berlindung kepada-Mu daripada-nya. Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu surga dan hal-hal yang mendekatkan kepadanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan hal-hal yang mendekatkan kepadanya, baik perkataan maupun perbuatan, dan aku memohon kepada-Mu agar Engkau menjadikana seluruh taqdir yang telah Engkau tetapkan bagiku kebaikan semata".
(( اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ بِالإِسْلاَمِ قَائِمًا، وَاحْفَظْنِيْ بِالإِسْلاَمِ قَاعِدًا، وَاحْفَظْنِيْ بِالإِسْلاَمِ رَاقِدًا، وَلاَ تُشْمِتْ بِيْ عَدُوًّا وَلاَ حَاسِدًا، اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ كُلِّ خَيْرٍ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ كُلِّ شَرٍّ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ )).
"Ya Allah! Jagalah aku dengan Islam dalam keadaan berdiri, jagalah aku dengan Islam dalam keadaan duduk, jagalah aku dengan Islam dalam keadaan tidur, dan janganlah Engkau jadikan kesusahanku kegembiraan bagi musuhku atau orang yang dengki kepadaku. Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu seluruh kebaikan yang tempat penyimpanannya berada di TanganMu, dan aku berlindung kepadaMu dari seluruh keburukan yang tempat penyimpanannya berada di TanganMu."
(( اللَّهُمَّ، إِنِّيْ أَسْأَلُكَ يَا اللهُ بِأَنَّكَ الْوَاحِدُ الأَحَدُ الصَّمَدُ، الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُواً أَحَدٌ؛ أَنْ تَغْفِرَ لِيْ ذُنُوْبِيْ، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ya Allah, dengan (menyebut) bahwasanya Engkaulah (Tuhan) Yang Maha Satu lagi Maha Esa, Tempat bergantung segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya, agar Engkau mengampuni dosa-dosaku. (Karena) sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
(( اللَّهُمَّ، إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ، لاَ شَرِيْكَ لَكَ، الْمَنَّانُ يَا بَدِيْعَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ، يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ، إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu (dengan menyebut) bahwasanya bagi-Mu-lah segala puji-pujian, tidak sembahan (yang hak) selain Engkau satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Mu, Yang Maha Pemberi, wahai Pencipta langit dan bumi, wahai Dzat Pemilik keagungan dan kemuliaan, wahai Yang Maha Hidup, wahai Yang Maha Berdiri sendiri lagi senantiasa Mengurusi hamba-hamba-Nya, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu surga dan berlindung kepada-Mu dari neraka."
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ، وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ، وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ، وَمِنْ جَمِيعِ سَخَطِكَ )).
"Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmatMu berubahnya kesehatan (dari)-Mu, pembalasan-Mu yang tiba-tiba (datangnya) dan segala kemurkaanMu".
Dan apabila anda ditimpa duka cita dan kesusahan, maka katakanlah seperti apa yang diwasiatkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam kepada anda, yaitu:
(( لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الأَرْضِ رَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ )).
"Tidak tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Besar lagi Maha Penyantun, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan Yang Memiliki `Arsy yang agung, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan langit dan bumi dan Tuhan Yang Memiliki `Arsy yang mulia".
(( يَا حَيُّ، يَا قَيُّوْمُ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، فَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، لاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ )).
"Wahai (Tuhan) Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, dengan rahmatMu aku meminta keselamatan, maka baguskanlah urusanku seluruhnya, dan janganlah Engkau tinggalkan diriku walau hanya sekejap mata".
(( لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ )).
"Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah termasuk orang-orang yang zhalim".
(( اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ، وَابْنُ عَبْدِكَ، وَابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِيْ بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِيْ، وَنُورَ صَدْرِيْ، وَجلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu yang laki-laki dan anak hamba-Mu yang perempuan, ubun-ubunku di TanganMu, berlaku padaku hukumMu dan adil padaku ketetapan-ketetapan (qadha)Mu. Aku memohon kepada-Mu dengan (perantaraan) seluruh NamaMu yang Engkau namai DiriMu dengan-Nya, atau yang Engkau turunkan dalam KitabMu, atau yang Engkau ajarkan pada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang hanya Engkau sendiri yang mengetahuinya dalam ilmu ghaib yang ada pada sisi-Mu, agar Engkau menjadikan
Al Qur'an kesejukan (musim semi) hatiku, cahaya dadaku, pelipur kesedihanku dan pengusir kesusahanku".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِيْ دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ، اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ، وَآمِنْ رَوْعَاتِيْ، اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon `afiat (keselamatan) kepada Engkau di dunia dan akhirat. Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kemaafan dan keselamatan kepada Engkau, dalam agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah! Tutupilah aurat (aib)ku, dan amankanlah rasa takutku. Ya Allah! Peliharalah aku dari depanku, dari belakangku, dari kananku, dari kiriku dan dari atasku, aku berlindung dengan kebesaranMu agar aku tidak dicelakakan dari bawahku".

NASEHAT KEEMPAT
Saudaraku! Anda telah bersaksi bahwasanya Nabi dan orang yang kita cintai Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, sebaik-baik makhluk ciptaan-Nya dan pengemban amanah atas wahyu yang diturunkan-Nya. Allah mengutusnya sebagai rahmat untuk seluruh alam dan dijadikan-Nya Beliau sebagai imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa, sekaligus menjadi hujjah (bahwa Dia telah menyampaikan syari`at) atas seluruh ciptaan-Nya. Beliau telah menyampaikan risalah, meng-emban amanah, menasehati umat dan telah meninggalkan kita di atas hujjah yang jelas, di mana malamnya (begitu jelas) bagaikan siangnya, yang tidak seorangpun menyimpang darinya kecuali orang yang binasa. Dengannya Allah memberikan petunjuk dari kesesatan dan dengannya pula Allah membuka mata dari kebutaan. Allah telah mengangkat derajat Beliau, melapangkan dadanya, melepaskan darinya kesalahan-kesalahan dan merendahkan serta menghinakan orang-orang yang menyalahi perintahnya.
Maka semoga shalawat dan salam dari Allah Subhanahu wa Ta`ala selalu tercurah kepadanya dan kepada keluarga serta seluruh sahabatnya, begitu pula kepada orang-orang yang berdakwah (sesuai) dengan dakwahnya, mengikuti sunnahnya dan menapaki jejaknya serta berjalan di atas jalan dan manhaj (metode)nya sampai hari kiamat.
Allah telah mewajibkan kepada hamba-hamba-Nya untuk mentaati Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, mencintainya, menghormatinya dan menunaikan hak-haknya. Maka apakah kewajiban kita kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam itu, wahai saudaraku?
Sesungguhnya Beliau mempunyai hak-hak yang besar yang mesti kita tunaikan, antara lain:
1. Banyak-banyak mengucapkan shalawat dan salam kepadanya, sesuai firman Allah:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا .
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi (Muhammad). Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuknya dan ucapkanlah salam penghor-matan kepadanya". (QS. Al Ahzab: 56)
Dan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً )).
"Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, niscaya Allah akan bershalawat (sebagai balasan) kepadanya sebanyak sepuluh kali"([21]).
Dan ketahuilah saudaraku, bahwa sebaik-baik shalawat kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam adalah bershalawat dengan cara yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam kepada para sahabatnya, sebagaimana disebutkan dalam kitab "Shahih Al Bukhary" dan "Shahih Muslim" sabda Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam kepada para sahabatnya (ketika turun ayat di atas): "Katakanlah:
(( اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَِجيدٌ )).
"Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Nabi Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Dan turunkanlah keberkatan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguh-nya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia"([22]).
2. Mencintai Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam dengan kecintaan yang sungguh-sungguh tertanam dalam hati, dan mendahulukan kecintaan tersebut di atas kecintaan kepada siapa-pun (di antara makhluk). Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ )).
"Tidaklah  beriman seseorang kamu, sampai aku lebih dicintainya dari anak-anaknya, ibu bapaknya, dan seluruh manusia"([23]).
Di antara bukti dan konsekwensi cinta kepada Beliau Shallallahu `alaihi wasallam, adalah mengikutinya, beradab dengan adab-adabnya, mendahulukan perintahnya di atas ridha siapapun  dari manusia dan menahan diri dari apa-apa yang dilarangnya.
3. Menaatinya dalam setiap perintahnya, membenarkan setiap apa yang dikabarkannya dan menjauhi seluruh yang dilarangnya. Allah berfirman:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ.
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya". (QS. Al Hasyr: 7)
Dan Allah berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ.
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu  dan mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Ali Imran: 31).
Allah juga berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْراً.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian dan dia banyak menyebut Allah". (QS. Al Ahzab: 21)
4. Kewajiban mengambil hukum kepada sunnahnya, meridhai hukum yang ditetapkannya dan tidak membantah apa yang telah diputuskannya. Allah berfirman:
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَ يُؤْمِنُونَ حَتَّىَ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِيْ أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيمًا.
"Maka demi Tuhanmu, mereka (sebenarnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya". (QS. An Nisaa': 65)
5. Janganlah hendaknya kita menyembah Allah kecuali dengan cara-cara yang disyari`atkan dan diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, bukan menurut pandangan akal, hawa nafsu, bid`ah dan yang sesuai dengan keinginan kita serta tidak pula menurut kebiasaan-kebiasaan (tradisi) yang kita warisi dari bapak-bapak dan kakek-kakek kita. Akan tetapi, haruslah dengan cara yang benar, yang datangnya dari Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, karena Beliau adalah penyampai risalah dari Tuhannya, dan Beliau telah menyampaikan risalah tersebut, telah mengemban amanah dan menasehati umat, sehingga tidak ada suatu kebaikanpun kecuali telah ditunjukkannya kepada kita dan tidak ada pula suatu keburukan-pun kecuali telah diperingatkannya kepada kita. Kita menjadikan bapak-bapak dan ibu-ibu kita sebagai tebusan bagi Beliau, semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Beliau. Allah telah menyempurnakan nikmat dengannya, dan dengannya pula Dia telah menyempurnakan agama ini, sehingga tidak ada kebaikan kecuali dengan apa yang telah disyari`atkannya. Allah berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا.
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah Kuridhai Islam itu menjadi agama bagimu". (QS. Al Maa'idah: 3)

NASEHAT KELIMA
Tahukah anda, wahai saudara-saudaraku jemaah haji –semoga Allah memuliakan anda dengan ketaatan kepadaNya-, bahwasanya di antara kewajiban-kewajiban yang paling penting diperhatikan oleh umat saat ini –dalam luasnya lautan peristiwa yang menimpa dan garangnya gelombang yang menghadang serta berkumpulnya seluruh (kekuatan) manusia untuk memerangi umat ini, ditambah lagi dengan suasana permusuhan yang terbuka dan terang-terangan dari seluruh kaum kafir terhadap umat Islam- adalah memperhatikan dan mementingkan masalah aqidah, yaitu dengan cara memberikan perhatian besar dalam melurus-kannya, menyaringnya, dan membersihkannya (dari kesyirikan), karena sesungguhnya hanya aqidah yang luruslah yang dapat memberikan kepada umat ini keistimewaan di atas umat-umat yang lain. Dan aqidah yang lurus pula yang dapat mencegahnya dari kecenderungan (menyimpang) dan meleburkan diri bersama-sama dengan umat-umat yang kafir, sebagaimana yang diinginkan dan direncanaka oleh umat-umat kafir tersebut.
Aqidah jugalah yang dapat menyatukan kalimat kaum muslimin, mengarahkan (sikap) permusuhan kepada musuhnya (yang sebenarnya) yang selalu menunggu kesempatan. Dan aqidah pula yang dapat memberikan gambaran yang tepat terhadap rencana-rencana dan keinginan-keinginan musuh. Pendeknya, aqidah ini akan memberikan keistime-waan kepada umat ini di atas umat-umat yang lain.
Di antara perkara-perkara aqidah yang paling penting –yang akan menjaga keberadaan umat ini dan mencegahnya dari kecenderungan (mengikuti) umat-umat yang kafir serta menjadikannya berada di atas persatuan dan ikatan (ukhuwah) yang kuat- adalah masalah al wala' (cinta dan kesetiaan penuh kepada Allah dan Rasul-Nya) dan al bara' (sikap permusuhan terhadap orang-orang kafir). Musuh-musuh Islam sangat ingin dan berkepen-tingan mengikis habis aqidah wala' dan bara' ini dari kehidupan kaum muslimin, sehingga mereka untuk mewujudkan keinginan tersebut mereka menempuh berbagai usaha dan upaya. Namun, berhasilkah mereka mewujudkan keinginan ter-sebut, sementara Allah Ta`ala telah mewajibkan kepada setiap muslim untuk berlindung kepada Allah dari jalannya orang-orang Yahudi dan Nashrani paling sedikit tujuh belas kali dalam sehari semalam? Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ )).
"Tidak ada (sah) shalat bagi orang yang tidak membaca surat Al Fatihah"([24]).
Maka apakah anda menyangka bahwa dengan mengubah pendirian kaum muslimin secara paksa akan melenyapkan akidah (wala' dan bara') mereka tersebut, sementara mereka selalu membaca di waktu siang dan malam:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ * صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمْتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ.
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalannya) orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula (jalannya) orang-orang yang sesat"?! (QS. Al Fatihah: 6-7).
Maksud "bukan jalannya orang-orang yang Engkau murkai" -yaitu orang-orang Yahudi- di mana mereka memiliki ilmu tapi mereka tidak mengamalkannya, "dan bukan pula jalannya orang-orang yang sesat" –yaitu orang-orang Nashrani- yang menyembah Allah dengan dasar kebodohan (tanpa ilmu) dan kesesatan.
Sesungguhnya ayat-ayat Al Quran yang ada di tangan setiap muslim telah mencegah kaum muslimin dari kecenderungan,  mempercayai atau membenarkan orang-orang kafir, apalagi untuk mengikat tali persahabatan dengan mereka, bagai-manapun jenis kekafirannya. Al Quran telah menjelaskan dengan sejelas-jelasnya tentang tauhid ibadah, loyalitas (kesetiaan) dan permusuhan (atau kebencian terhadap orang-orang kafir) dari segala segi, agar umat ini memiliki identitas yang jelas serta menjadi seperti jasad yang satu dalam seluruh amal dan keadaannya. Sungguh, kepercayaan kepada orang-orang kafir, pembenaran terhadap berita-berita yang mereka sampaikan, begitu pula janji-janji dan perkataan mereka, sungguh telah hilang dan sirna dari kehidupan masyarakat muslim yang terdahulu. Oleh karena itu, setiap kali aqidah wala' dan bara' ini melemah dan hilang, bahkan dilupakan oleh kaum muslimin, pada saat itu pula mereka akan cenderung mengikuti musuh-musuh mereka, lalu orang-orang kafir itu (dengan mudah) menimpakan azab yang keji serta mencabik-cabik kehormatan muslimin. Oleh karena itu, telah menjadi kewajiban para ulama untuk mencegah terjadinya hal tersebut dengan memperbanyak majlis-majlis ta`lim serta memberikan penyuluhan dan pengarahan. Hal-hal berikut ini akan lebih memperjelas masalah yang dipaparkan di atas:
1. Bahwa setiap muslim telah membaca dalam Kitabullah (Al Quran) bahwasanya tindakan orang-orang kafir terhadap kaum muslimin tidak lepas dari dua hal; membunuh kaum muslimin dengan cara yang sangat keji atau menjadikannya murtad (meninggalkan) agamanya. Allah berfirman:
إِنَّهُمْ إِن يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوكُمْ أَوْ يُعِيدُوْكُمْ فِيْ مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوا إِذًا أَبَدًا .
"Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka. Dan jika demikian, niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya". (QS. Al Kahfi: 20).
2. Seorang muslim yang berwawasan, mengetahui bahwa orang-orang itu akan selalu memerangi, merongrong dan mengganggu kita, baik dengan (mengangkat) senjata, maupun dengan melalui berbagai cara dan makar. Mereka tidak akan merasa tenang pikirannya, sampai kita murtad (meninggalkan) agama kita, sekiranya mereka mampu. Allah berfirman:
وَلاَ يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّىَ يَرُدُّوكُمْ عَن دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُواْ وَمَن يَرْتَدِدْ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُوْلَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَأُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ.
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya". (QS. Al Baqarah: 217)
3. Bahwasanya orang-orang Yahudi dan Nashrani bagaimanapun anda mengalah kepada mereka, atau berusaha untuk menyenangkan hatinya dengan melepaskan hak-hak anda, sedang anda rela dengan kerendahan dan kehinaan serta mematuhi segala keinginan mereka, namun mereka tetap tidak akan pernah senang kepada anda sampai anda mengikuti agamanya dan meninggalkan agama, aqidah dan saudara-saudara seagama anda. Allah berfirman:
وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ .
"Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka". (QS. Al Baqarah: 120)
4. Sesungguhnya (orang-orang kafir itu), sekali-pun mereka (seolah-olah) menampakkan kasih sayang, persahabatan dan perhatian yang besar terhadap hak-hak kita, sebenarnya hal itu hanyalah sebagai (hiasan) di bibir saja. Adapun (hakikat) keadaan dan hati mereka yang sesungguhnya adalah tetap teguh menyimpan kebencian dan permusuhan terhadap kita. Allah berfirman:
يُرْضُونَكُم بِأَفْوَاهِهِمْ وَتَأْبَى قُلُوبُهُمْ وَأَكْثَرُهُمْ فَاسِقُونَ.
"Mereka menyenangkan hatimu dengan mulut-nya, sedang hatinya menolak. Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasiq (tidak menepati perjanjian)". (QS. At Taubah: 8)
5. Bahwasanya mereka senantiasa bersungguh-sungguh mendatangkan mudharat kepada kita. Apabila kita ditimpa bencana dan musibah, maka itulah puncak kegembiraan dan kebahagiaan mereka. Dan orang yang mengamati keadaan mereka, akan mengetahui hal ini dengan sangat jelas terlahir dari mulut-mulut mereka serta keterusterangan mereka. Dan sesungguhnya apa (kebencian) yang tersimpan dalam hati mereka adalah lebih besar lagi. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لاَ يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالاً وَدُّواْ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُوْرُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ .
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbul-kan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya". QS. Ali Imran: 118.
"Khabalan" artinya kerusakan, maksudnya adalah mereka tidak pernah berhenti untuk merusak kalian. Dan Allah berfirman pula:
إِن تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِن تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُواْ بِهَا وَإِن تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُواْ لاَ يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ .
"Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan". (QS. Ali Imran: 120)
Allah juga mengabarkan bahwasanya apabila mereka kembali berkumpul dengan kelompoknya, mereka memperlihatkan kemarahan dan kedengkian yang paling hebat kepada kita.
وَإِذَا خَلَوْاْ عَضُّواْ عَلَيْكُمُ الأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ .
"Dan apabila mereka bersendiri, mereka menggigit jari-jari mereka karena kemarahan mereka kepada kalian". (QS. Ali Imran: 119)
Sementara kita tahu bahwa seseorang apabila marah, ia akan menggigit satu jarinya saja, sedangkan mereka karena saking marah dan bencinya kepada kita, menggigit semua jarinya.
6. Bahwasanya alasan kekhawatiran terhadap (keselamatan) keluarga dan anak-anak yang menyebabkan kita memberikan loyalitas kepada orang-orang kafir, adalah suatu alasan yang tidak dapat diterima dan dibenarkan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا عَدُوِّيْ وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِم بِالْمَوَدَّةِ .
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang". (QS. Al Mumtahanah: 1)
Kemudian Allah menyebutkan syubhat (keraguan) orang-orang yang menjadikan harta dan anak-anaknya sebagai alasan, Allah berfirman:
لَن تَنفَعَكُمْ أَرْحَامُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَفْصِلُ بَيْنَكُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ .
"Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada bermanfaat bagimu pada hari kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan". (QS. Al Mumtahanah: 3)
7. Bahwasanya orang-orang kafir itu, sekali-pun terjadi peperangan, perselisihan dan kebencian di antara mereka, tapi sesungguhnya mereka bersatu padu apabila yang memusuhi dan memerangi mereka adalah umat Islam. Maka dalam hal ini mereka akan menjadi umat yang satu, di mana sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Dan orang-orang yang beriman, apabila mereka tidak bersatu dan tidak saling menolong, maka akan terjadi kerusakan dan fitnah yang sangat besar. Allah berfirman:
الَّذينَ كَفَرُواْ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلاَّ تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ.
"Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan besar". (QS. Al Anfal: 73)
8. Huzaifah radhiyallahu `anhu berkata: "Hendaknya seseorang dari kamu merasa khawatir menjadi seorang Yahudi atau Nashrani, sementara ia tidak menyadarinya, berdasarkan ayat ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَآءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nashrani menjadi pemimpin-pemim-pin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim". (QS. Al Maa'idah: 51)
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta`ala melarang kita loyal kepada bapak-bapak dan saudara-saudara kita sekiranya mereka kafir, apalagi kepada (orang-orang kafir) selain mereka!! Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ آبَاءَكُمْ وَإِخْوَانَكُمْ أَوْلِيَاءَ إِنِ اسْتَحَبُّواْ الْكُفْرَ عَلَى الإِيمَانِ وَمَنْ يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ .
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu sebagai pemimpin-pemimpinmu, jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan. Dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpin, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim". (QS. At Taubah: 23)
Allah juga melarang mencintai orang-orang kafir sekalipun mereka itu bapak-bapak kita, saudara-saudara kita atau anak-anak kita. Allah berfirman:
لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيْرَتَهُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِيْ قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ.
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu adalah bapak-bapak, atau anak-anak, atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya". (QS. Al Mujadilah: 22)
Ketahuilah saudaraku, bahwasanya di antara tanda-tanda loyal dan cinta kepada orang-orang kafir itu adalah seperti beberapa hal yang disebutkan oleh para ulama, yaitu antara lain:
1. Menyerupai mereka dalam berprilaku (akhlak), berpakaian dan selainnya. Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ )).
"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dalam golongan mereka"([25]).
2. Membantu dan menolong mereka dalam memerangi kaum muslimin. Hal ini merupakan salah satu penyebab kemurtadan dan batalnya keislaman seseorang.
3. Memberi mereka jabatan dan kedudukan yang dengannya mereka dapat mengetahui rahasia kaum muslimin. Termasuk dalam hal ini, meng-angkat mereka sebagai pembantu dan penasehat.
4. Turut mengikuti dan meramaikan hari-hari raya dan hari-hari besar mereka, atau ikut andil membantu mereka untuk merayakannya atau memberikan ucapan selamat kepada mereka pada momen-momen tersebut([26]).

NASEHAT KEENAM
Wahai saudaraku –semoga Allah memelihara dan menjagamu dari segala musibah-, berikut ini adalah penjelasan tentang rukun Islam yang terbesar setelah Syahadatain (dua kalimat syahadat), yaitu shalat, yang merupakan wasiat terakhir Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam menjelang wafatnya. Beliau bersabda (ketika itu):
(( الصَّلاَةَ، الصَّلاَةَ )).
"(Jagalah shalat, (jagalah) shalat!" ([27])
Sebagian kaum muslimin ada yang menganggap ringan urusan shalat, baik karena tidak mengetahui hukumnya ataupun karena malas menunaikan-nya, sehingga sebagian mereka menunaikannya di penghujung waktu, dan sebagian yang lain menunaikannya sendiri-sendiri (tidak berjamaah di mesjid) tanpa adanya udzur yang syar`i, bahkan ada pula yang tidak menunaikannya sama sekali. Orang yang seperti ini sungguh berada dalam bahaya yang besar, karena shalat adalah tiang agama Islam dan merupakan tonggak pemisah antara Islam dan kekufuran.
Para ulama telah menyebutkan bahwa siapa yang meninggalkannya, maka dia telah kafir, sebagaimana firman Allah Ta`ala:
فَإِن تَابُواْ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَآتَوُاْ الزَّكَاةَ فَإِخْوَانُكُمْ فِي الدِّينِ وَنُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ.
"Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka mereka itu adalah saudara-saudaramu seagama". (QS. At Taubah: 11)
Ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang meninggalkan shalat, maka dia bukan saudara kita (seagama). Dan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam telah bersabda pula:
(( إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ )).
"Sesungguhnya yang memasukkan  seseorang kepada kesyirikan dan kekufuran adalah mening-galkan shalat" ([28]).
Dan dari Buraidah bin Hushaib radhiyallahu `anhu, ia berkata: "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( الْعَهْدُ الَّذِيْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمُ الصَّلاَةُ، فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ )).
"Perjanjian di antara kita dan mereka –yakni orang-orang munafiq- adalah shalat, barangsiapa yang meninggalkannya, sungguh dia telah kafir" ([29]).
Dan Abdullah bin Syaqiq berkata: "Adalah para sahabat Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam tidak memandang sesuatu amalan yang kalau ditinggalkan menyebabkan kekufuran selain shalat" ([30]).
Saudaraku yang mulia!
Sesungguhnya meninggalkan shalat dapat mengakibatkan  beberapa efek yang berbahaya, antara lain:
1. Orang yang meninggalkan shalat perwaliannya putus terhadap anak-anak dan istri-istrinya.
2. Dia tidak mewarisi dari keluarganya dan tidak pula diwarisi.
3. Diharamkan baginya memasuki kota Mekkah, karena Allah Ta`ala berfirman:
إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلاَ يَقْرَبُواْ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا.
"Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini". (QS. At Taubah: 28)
4. Tidak boleh memakan sembelihannya.
5. Kalau dia meninggal dunia jenazahnya tidak dishalatkan dan tidak boleh dimohonkan keampunan baginya.
6. Dia mesti dipisahkan (difasakh) dari istrinya, kalau istrinya seorang muslimah yang menunaikan shalat.
7. Tidak boleh dikuburkan di pekuburan Islam.
Ketahuilah, wahai saudaraku yang budiman –semoga Allah menjaga dan memelihara anda- bahwasanya wajib bagi anda untuk mendirikan shalat pada waktunya secara berjamaah. Anda tidak boleh melakukannya di rumah kecuali adanya udzur berupa takut atau sakit. Allah Ta`ala berfirman:
وَارْكَعُواْ مَعَ الرَّاكِعِينَ .
"Maka ruku`lah bersama orang-orang yang ruku`". (QS. Al Baqarah: 43)
Allah Ta`ala telah mewajibkan shalat berjamaah walaupun dalam peperangan dan menghadapi musuh. Seandainya ada orang yang diizinkan meninggalkan shalat berjamaah, tentu orang yang sedang menghadapi musuh akan diizinkan melaksanakan shalat sendiri-sendiri, namun Allah Ta`ala tetap  mewajibkan mereka mendirikan shalat secara berjamaah, sebagaimana firmanNya:
وَإِذَا كُنتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلاَةَ فَلْتَقُمْ طَآئِفَةٌ مِّنْهُم مَّعَكَ وَلْيَأْخُذُواْ أَسْلِحَتَهُمْ فَإِذَا سَجَدُواْ فَلْيَكُونُواْ مِن وَرَآئِكُمْ وَلْتَأْتِ طَآئِفَةٌ أُخْرَى لَمْ يُصَلُّواْ فَلْيُصَلُّواْ مَعَكَ وَلْيَأْخُذُواْ حِذْرَهُمْ وَأَسْلِحَتَهُمْ.
"Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempur-nakan satu raka`at) maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum melaksanakan shalat, lalu shalatlah mereka bersamamu dan hendaklah mereka bersiap-siap dan menyandang senjata...". (QS. An Nisaa': 102)
Dan Imam Bukhari dan Muslim telah meriwa-yatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ آَمُرَ بِالصَّلاَةِ فَتُقَامَ، ثُمَّ آمُرَ رَجُلاً فَيُصَلِّي بِالنَّاسِ، ثُمَّ أَنْطَلِقُ بِرِجَالٍ مَعَهُمْ حَزْمٌ مِنْ حَطَبٍ إِلَى قَوْمٍ لاَ يَشْهَدُوْنَ الصَّلاَةَ، فَأَحْرِقَ عَلَيْهِمْ بُيُوْتَهُمْ )).
"Sungguh aku telah berniat memerintahkan untuk dilaksanakan shalat, kemudian kuperintahkan seseorang untuk memimpin shalat dan aku pergi bersama beberapa orang yang membawa kayu bakar ke (rumah-rumah) orang-orang yang tidak menghadiri shalat (berjama`ah), kemudian aku bakar mereka bersama rumah-rumah mereka"([31]).
Dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Mas`ud radhiyallahu `anhu, ia berkata: "Dan aku menyaksikan tidak seorangpun di antara kami yang ketinggalan melaksanakan shalat (berjamaah) kecuali orang munafik yang telah diketahui ke-munafikannya atau orang sakit. Bahkan seorang yang sakit –pada waktu itu- ada yang datang menghadiri shalat berjamaah dengan dipapah oleh dua orang di kiri kanannya"([32]).
Dan dalam ”Shahih Muslim”  juga, Ibnu Mas`ud radhiyallahu `anhu berkata: "Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan Allah esok (hari kiamat) dalam keadaan muslim, maka hendaklah dia menjaga shalat-shalat ini (secara berjamaah) tatkala dikumandangkan seruan (azan) untuk mengerjakannya secara berjamaah. Karena sesungguhnya Allah telah mensyari`atkan bagi Nabi kalian jalan-jalan petunjuk dan kebenaran, dan sesungguhnya shalat-shalat yang dikerjakan secara berjamaah termasuk bagian dari jalan-jalan petunjuk dan kebenaran itu. Dan jika kalian mengerjakan shalat di rumah kalian masing-masing sebagaimana orang ini (yang meninggalkan shalat berjamaah dan hanya mengerjakannya di rumahnya), maka kalian berarti telah meninggalkan sunnah (tuntunan) Nabi kalian. Dan jika kalian meninggalkan tuntunan Nabi kalian, niscaya kalian akan sesat. Dan tidaklah seseorang bersuci (berwudhu') secara sempurna kemudian menuju ke mesjid, kecuali Allah menetapkan bagi setiap langkah yang dilangkahkannya satu kebaikan dan Allah mengangkat derajatnya serta menghapus satu kesalahannya dengan langkah tersebut. Dan aku menyaksikan tidak ada seorangpun di antara kami yang meninggalkan shalat berjamaah, kecuali orang munafik yang telah diketahui kemunafi-kannya. Dan sungguh, seseorang di antara kami (datang) dipapah oleh dua orang untuk berdiri di antara shaf"([33]).
Dan masih dalam ”Shahih Muslim” dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu, bahwasanya seorang buta berkata: "Wahai Rasulullah –Shallallahu `alaihi wasallam-! Saya tidak mempunyai penuntun yang mengantarkanku ke mesjid, apakah saya diberi keringanan untuk shalat di rumah (saja)?" Nabi Shallallahu `alaihi wasallam bertanya kepadanya: "Apakah kamu mendengar panggilan (azan)?" Ia menjawab: "Ya". Lalu Beliau bersabda: "Penuhilah panggilan (azan) itu"([34]).
Saudaraku yang mulia!
Amatilah hadits yang mulia ini!? Meskipun Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam (dikenal) sayang kepada umatnya, namun Beliau tidak mem-berikan keringanan kepada orang buta tersebut untuk meninggalkan shalat berjamaah, dan ini cukup sebagai dalil dan bukti akan wajibnya shalat berjamaah.
Maka wajib bagi anda, wahai saudaraku –semoga Allah merahmati anda- untuk segera melaksanakannya dan saling berwasiat untuk mengerjakannya bersama anak-anak anda, keluarga anda, tetangga anda dan saudara-saudara anda seagama, dalam rangka melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah dan Rasul-Nya serta menjauhkan diri dari (perbuatan) menyerupai (perbuatan) orang-orang munafik. Semoga Allah senantiasa memberikan taufikNya kepada saya dan anda untuk melaksanakan apa yang dicintai dan diridhaiNya. Dan semoga Allah melindungi kita semua dari kejahatan jiwa-jiwa kita dan keburukan amal perbuatan kita. Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Mulia.

NASEHAT KETUJUH
Wahai saudaraku!
Akibat dari lemahnya iman dan kurangnya pengetahuan agama membuat banyaknya ber-keliaran di kalangan umat Islam orang-orang yang hendak mengeruhkan kehidupan serta merusak agama dan dunia mereka. Untuk itu mereka melakukan berbagai tindakan yang keji, suatu hal yang dimusuhi dan diperangi oleh umat Islam pada masa jayanya. Di antara tindakan-tindakan keji dan tidak terpuji tersebut adalah sihir.
Dan sihir, wahai saudaraku –semoga Allah menjagamu dari segala marabahaya- termasuk dosa besar, di mana Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam menggandengkannya dengan syirik. Beliau bersabda:
(( اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ: الشِّرْكَ بِاللهِ، وَالسِّحْرَ ... )).
"Jauhilah tujuh hal yang membinasakan; syirik kepada Allah, sihir ..." ([35]).
Bahkan Nabi Shallallahu `alaihi wasallam berlepas diri dari seluruh tukang sihir, dan Beliau mengabarkan bahwa tukang sihir tidak termasuk golongan umat ini. Dari Imran bin Hushain radhi-yallahu `anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ، أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكُهِّنَ لَهُ، أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ )).
"Tidak termasuk golongan kami, orang yang meramalkan nasib dengan (arah terbangnya) burung atau orang yang diramalkan untuknya, tidak pula orang yang melakukan praktek perdukunan, atau orang yang didukuni, tidak pula orang yang memperbuat sihir atau orang yang dibuatkan untuknya"([36]).
Dan mempercayai tukang sihir menyebabkan kekufuran –semoga Allah melindungi kita darinya-. Ibnu Mas`ud berkata: "Siapa yang mendatangi peramal, penyihir atau dukun, kemudian mem-benarkan apa yang (mereka) katakan, maka dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam"([37]).
Dan hukuman yang layak bagi penyihir –wahai saudaraku yang mulia- adalah ditebas (lehernya) dengan pedang, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Bajaalah bin `Abadah, ia berkata: "Umar bin Khaththab radhiyallahu `anhu mene-tapkan (hukuman) bunuh bagi penyihir laki-laki dan perempuan". Kemudian ia (Bajaalah) berkata: "Maka kami (menghukum) bunuh tiga orang penyihir"([38]).
Dan dari Jundub bin Abdullah radhiyallahu `anhu, ia berkata: "Hukuman bagi tukang sihir adalah dipancung dengan pedang"([39]).
Ketahuilah -wahai saudaraku yang mulia- bahwa memohon kesembuhan dari Allah tidak boleh dengan cara yang mengandung maksiat kepada-Nya, seperti pergi ke tukang sihir, dukun atau peramal. Karena yang dapat memberi kesembuhan hanya Allah semata dan Allah tidak menjadikan kesembuhan seseorang dengan cara yang diharamkan oleh-Nya, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Dan adapun cara mengobati/ menyembuhkan sihir -semoga Allah melindungi kita darinya- dapat dilakukan dengan cara berikut:
1. Membakar semua yang menyebabkan munculnya sihir dan menanamnya serta memusnah-kannya; jika yang terkena sihir mendapatkan barang tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam([40]).
2. Dan obat yang paling manjur -wahai saudaraku yang mulia- adalah dengan menggunakan ruqyah (bacaan) ayat-ayat Al-Qur'an, di antaranya: Surat Al Fatihah, Ayat Kursi, Surat Al Falaq, Surat An Naas dan doa-doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam seperti yang diucapkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika meruqyah Hasan dan Husein radhiyallahu anhuma:
(( أُعِيْذُكُمَا بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ )).
"Saya memperlindungkan kalian berdua kepada kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap syetan dan segala racun yang mematikan serta pandangan mata yang menyebabkan penyakit"([41]).
Dan sabda Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam:
(( بِسْمِ اللهِ أَرْقِيْكَ، وَاللهُ يَشْفِيْكَ مِنْ كُلِّ دَاءٍ يُؤْذِيْكَ )).
"Dengan nama Allah saya menjampimu, dan Allah-lah yang menyembuhkanmu dari segala penyakit yang menyakitimu"([42]).
Dan Beliau juga pernah membaca:
(( أَسْأَلُ اللهَ الْعَظِيْمَ رَبَّ الْعَرْشِ الْكَرِيْمِ أَنْ يَشْفِيَكَ )).
"Saya memohon kepada Allah Yang Maha Agung, Pemilik Arsy Yang Mulia, agar Ia me-nyembuhkanmu"([43]).
Dan Beliau juga pernah membaca:
(( أَذْهِبِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ، اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي، لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ، شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا )).
"Hilangkanlah penyakit ini wahai Tuhan sekalian manusia,  sembuhkanlah, karena hanya Engkaulah Yang Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu, yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit"([44]).
3. Dan sebab paling besar yang dapat melindungi dari segala gangguan dengan izin Allah adalah membaca dzikir pagi dan petang secara rutin, (yaitu dzikir-dzikir) yang bersumber dari ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits-hadits yang shahih.
4. Dan termasuk cara yang terbaik untuk ber-lindung dari sihir dan yang sejenisnya adalah dengan selalu konsisten dalam mengerjakan ketaatan dan ibadah kepada Allah, karena banyak sekali orang yang mengabaikan dan lalai dari beribadah kepada Allah, dan sebaliknya melanggar larangan-larangan-Nya.
Namun ketika ia ditimpa suatu musibah/ penyakit, barulah ia mengingat Tuhan-Nya. Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam - ketika berwasiat kepada Ibnu Abbas radhiyallahu `anhuma- telah bersabda: "Hendaklah engkau mengenal Allah pada waktu lapang (dengan beribadah kepadanya), maka Allah akan mengenalimu dengan membalas ketaatanmu di waktu sempit/ susah".
Maka barangsiapa yang mendekatkan diri kepada Allah pada waktu sehat, niscaya Allah akan dekat kepadanya pada waktu ia lemah dan sakit.

NASEHAT KEDELAPAN
Wahai saudaraku -semoga Allah menjagamu-, apakah anda mengetahui bahwa akhlak yang mulia adalah merupakan amalan yang paling mulia dan paling dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wasallam?
Di dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqqash radhiyallahu `anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
(( إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْخُلُقَ الْحَسَنَ وَيُبْغِضُ الْخُلُقَ الدَّنِيْءَ )).
"Sesungguhnya Allah mencintai akhlak yang mulia dan membenci prilaku yang rendah (hina)" ([45]).
Saudaraku yang mulia!
Sesungguhnya kita saat ini melewati suatu zaman yang mengalami kemunduran akhlak (dekadensi moral), sehingga sebagian besar orang-orang yang (dianggap) baikpun kehilangan akhlak yang disyari`atkan Islam. Bahkan sebagian orang beranggapan bahwa hal (akhlak) ini tidaklah termasuk dalam perkara (syari`at) yang wajib dilaksanakan.
Sesungguhnya akhlak dalam Islam menem-pati posisi dan kedudukan yang sangat tinggi. Bukankah anda –wahai saudaraku- telah mengetahui bahwa Nabi kita Shallallahu `alaihi wasallam pernah bersabda:
(( إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ )).
"Sesungguhnya aku diutus hanya untuk me-nyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia"([46]).
Di dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam seolah-olah membatasi misi pengutusan Beliau hanya untuk menyempurna-kan akhlak-akhlak yang mulia, (karena) akhlak yang mulia itu akan mewujudkan perkara-perkara yang luhur, di antaranya:
1. Kebajikan (al birr) hanya akan terwujud dengan akhlak yang mulia. Diriwayatkan dari An Nawwas bin Sam`an radhiyallahu `anhu, ia berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam tentang al birr (kebajikan) dan dosa, maka Beliau menjawab:
(( الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ، وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِيْ صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ )).
"Kebajikan adalah baiknya akhlak, dan dosa adalah sesuatu yang tercetus dalam dadamu sementara kamu tidak senang orang lain melihat/ mengetahuinya"([47]).
2. Akhlak yang mulia termasuk amalan yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam syurga, sebagaimana terdapat dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah radhiyallahu `anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam pernah ditanya tentang amalan yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam syurga, maka Beliau menjawab: "Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia". Kemudian Beliau ditanya tentang hal (dosa) yang menyebabkan banyak orang masuk ke dalam neraka, maka Beliau menjawab: "Mulut dan kemaluan"([48]).
3. Akhlak yang baik merupakan amalan yang paling berat timbangan (pahala)nya di hari kiamat kelak. Diriwayatkan dari Abu Darda' radhiyallahu `anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِيْ مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ، وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ )).
"Tiada amalan yang lebih memberatkan tim-bangan (amalan) seorang mu'min pada hari kiamat daripada akhlak(nya) yang mulia, dan sesung-guhnya Allah membenci orang yang bersifat keji dan bermulut kotor"([49]).
4. Barangsiapa yang berakhlak baik, maka Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam telah menjamin baginya sebuah rumah (istana) yang paling tinggi di syurga. Dari Abu Umamah radhiyallahu `anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( أَنَا زَعِيْمٌ بِبَيْتٍ فِيْ رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا، وَبِبَيْتٍ فِيْ وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحاًَ، وَبِبَيْتٍ فِيْ أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ )).
"Saya menjamin sebuah rumah (istana) di surga tingkat terbawah bagi orang yang meninggalkan pertengkaran, walaupun ia dalam keadaan benar, dan (saya menjamin) sebuah rumah (istana) di bagian tengah surga bagi orang yang meninggal-kan berdusta, walaupun dia hanya bergurau, dan (saya menjamin) sebuah rumah (istana) di surga yang tertinggi bagi orang yang baik akhlaknya"([50]).
5. Seseorang yang berakhlak mulia mencapai derajat (pahala) orang yang (selalu) berpuasa dan shalat (sunat). Dari `Aisyah radhiyallahu `anha, ia berkata: "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ )).
"Sesungguhnya seorang mu'min dengan akhlak-nya yang baik dapat mencapai derajat orang yang (selalu) berpuasa dan shalat (sunnah)" ([51]).
6. Orang yang paling dekat majlisnya dari Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam pada hari kiamat adalah mereka yang berakhlak utama dan mulia. Dari Jabir radhiyallahu `anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّيْ مَجْلِساً يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقاً، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّيْ مَجْلِساً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُوْنَ وَالْمُتَشَدِّقُوْنَ )).
"Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kamu  dan yang paling dekat majlisnya dariku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya, dan sesungguhnya orang yang paling (aku) benci di antara kamu dan yang paling jauh majlisnya dariku pada hari kiamat adalah orang-orang yang banyak omongannya dan berlagak sombong dalam berbicara"([52]).
7. Akhlak yang baik merupakan sifat orang-orang terbaik dan terutama serta termulia dalam umat ini. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin `Amru bin `Ash radhiyallahu `anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( إِنَّ مِنْ أَخْيَرِكُمْ أَحْسَنَكُمْ خُلُقاً )).
"Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya"([53]).
Saudaraku yang mulia!
Apakah anda membayangkan ada orang muslim yang membenci akhlak yang baik setelah dia mengetahui kedudukan dan keutamaan akhlak yang baik itu? Tentu saja tidak!
Bagaimana mungkin seorang muslim membenci akhlak yang baik sedang dia mencita-citakan kedudukan yang tinggi, mengharapkan dapat ber-dekatan majlisnya dengan Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam serta menginginkan memiliki akhlak dari Nabi Shallallahu `alaihi wasallam. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas radhiyallahu `anhu:
(( كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ خُلُقًا )).
"Adalah Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam orang yang paling baik akhlaknya"([54]).
Dan dalam hadits yang lain dari Abdullah bin `Amru bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
(( لَمْ يَكُنْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشاًَ وَلاَ مُتَفَحِّشاً )).
"Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam tidak pernah bersifat keji dan tidak pula melakukan perbuatan keji"([55]).
Saudaraku yang mulia!
Sesungguhnya akhlak yang baik itu beserta apa yang telah anda ketahui tentang keutamaan dan kedudukannya sangat bergantung pada diri anda, dan balasan yang akan diberikan adalah sesuai dengan jenis amal yang dilakukan.
Barangsiapa yang berakhlak pengasih dan penyayang, maka dia akan mendapatkan rahmat dari Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dalam hadits yang shahih bahwasanya Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( ارْحَمُوْا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ )).
"Sayangilah apa-apa (makhluk) yang ada di bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh Dzat Yang di langit"([56]).
Dan diriwayatkan juga oleh Ath Thabarany dengan sanad hasan (di bawah shahih):
(( وَإِنَّمَا يَرْحَمُ اللهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ )).
"Sesungguhnya yang dikasihi Allah di antara hamba-hamba-Nya orang-orang yang bersifat penyayang (pula)" ([57]).
Dan dari Abdullah bin `Amru radhiyallahu `anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، ارْحَمُوْا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ )).
"Orang-orang yang penyayang disayangi oleh Dzat Yang Maha Pengasih, Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. (Karena itu) sayangilah apa-apa (makhluk) yang ada di bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh Dzat Yang di langit"([58]).
Dan sebaliknya barangsiapa yang tidak menya-yangi, dia tidak akan disayangi. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Jarir bin Abdillah radhiyallahu `anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( مَنْ لاَ يَرْحَمُ النَّاسَ لاَ يَرْحَمُهُ اللهُ )).
"Barangsiapa yang tidak menyayangi manusia, dia tidak akan disayangi oleh Allah"([59]).
Karenanya, jika anda merindukan rahmat dari Allah, maka sayangilah dirimu sendiri dan orang lain serta janganlah hanya mementingkan diri sendiri. Oleh sebab itu, kasihilah orang yang bodoh dengan ilmumu, orang yang miskin dengan hartamu, orang yang hina (kalangan bawah) dengan kedu-dukanmu/ martabatmu, orang tua dan anak kecil dengan kasih sayang dan kelembutanmu, orang yang berbuat maksiat dengan do`amu (semoga ia bertaubat) dan hewan-hewan dengan kelembutan-mu, karena sesungguhnya orang yang paling dekat dengan rahmat Allah adalah orang yang paling menyayangi makhluk-Nya"([60]).
Dan perhatikanlah akhlak dalam memberikan nasihat kepada kaum muslimin dan menolong mereka. Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( مَنْ كَانَ فِيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ، كَانَ اللهُ فِيْ حَاجَتِهِ )).
"Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan (membantu) kebutuhannya"([61]).
Benar! Sungguh balasan yang sangat sesuai! Dan jika anda membantu saudara anda sesama muslim dalam menyelesaikan hajat dan kebutuhan-nya, maka Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa akan membantu anda menyelesaikan hajat dan kebutuhan anda, dan balasan tersebut sesuai dengan jenis amalan (yang anda lakukan).
Kemudian Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( مَنْ سَتَرَ مُسْلِماً فِي الدُّنْيَا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ )).
"Barangsiapa yang menutupi aib saudaranya sesama muslim di dunia, maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak"([62]).
Dan di dalam "Shahih Muslim":
(( مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِيْ عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِيْ عَوْنِ أَخِيْهِ )).
"Barangsiapa yang membantu meringankan kesulitan yang dihadapi seorang muslim di dunia, niscaya Allah akan melepaskan dia dari kesulitan yang dihadapinya pada hari kiamat. Dan barang-siapa yang memudahkan (menangguhkan) seorang muslim dalam kesusahan (ekonomi)nya, niscaya Allah akan memudahkannya dalam urusan dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba, selama hamba itu senantiasa membantu saudaranya"([63]).
Saudaraku yang mulia!
Kalau kita perhatikan tabiat dan tingkah laku sebahagian jamaah haji, sungguh akan membuat kita sangat prihatin, karena kita akan mendapatkan di mana akhlak-akhlak yang mulia itu telah berganti dengan kebiasaan-kebiasaan yang tercela, seperti jujur diganti dengan dusta, kasih sayang sesama muslim diganti dengan kekerasan, menepati janji diganti dengan khianat, menahan amarah dan saling memaafkan diganti dengan gampang marah dan saling benci, anjuran untuk senantiasa berbuat baik diganti dengan kebiasaan membuat keonaran di antara sesama muslim, sifat dermawan diganti dengan sifat kikir dan kebiasaan mendahulukan orang lain, baik dalam persoalan tempat, makanan ataupun minuman, diganti dengan sifat tamak dan mementingkan diri sendiri. Di sana akan kita temukan juga sifat tawadhu` dan rendah hati diganti dengan sifat sombong serta kejujuran dan keadilan diganti dengan kezhaliman.
Semestinya mereka bertanya pada diri mereka sendiri; apakah mereka itu kaum muslimin yang sebenarnya? Kalau begitu, di manakah sikaf `iffah (menahan diri dari hal-hal yang tidak baik)? Di manakah sifat amanah? Di manakah rasa kasih sayang terhadap yang lemah? Di manakah rasa iba terhadap orang-orang miskin? Di manakah rasa cinta kasih terhadap sesama muslim?
Saudaraku yang tercinta!
Anda tentu akan melihat langsung orang-orang yang bertingkah laku buruk tersebut tatkala anda menunaikan ibadah haji. Anda akan melihat dan mendapati orang yang mendesak-desak anda ketika berada di tanah haram. Anda juga akan mendapati orang yang mengganggu dan menyakiti anda ketika thawaf dan sa`i. Dan lebih dari itu, anda akan mencium aroma yang tidak enak, seperti bau rokok. Sungguh mereka tidak menghormati dan menghargai ibadah anda. Bahkan mungkin juga anda akan mendengarkan langsung orang-orang yang berbicara kepada anda dengan menggunakan kata-kata yang tidak pantas keluar dari mulut orang yang sedang menunaikan ibadah. Dan anda juga akan mendapatkan orang-orang yang tidak menghormati tempat-tempat suci, baik secara lahiriah, seperti membuang sampah sembarangan, maupun secara bathiniyah, seperti melakukan perbuatan maksiat serta amalan-amalan bid`ah dan kerusakan.
Nah, bagaimana sikap kita menghadapi tingkah laku (tidak terpuji) tersebut? Apakah hal tersebut harus kita balas dengan sikap yang serupa? Jika kita melakukan demikian, maka tidak ada bedanya kita dengan mereka, bahkan kita bisa termasuk orang-orang yang membantu menyebarkan perbuatan jelek dan hina di tempat yang suci dan di waktu yang mulia.
Sesungguhnya kewajiban kita semua dalam menyikapi orang-orang yang bertingkah laku buruk tersebut adalah mengikuti apa yang diperintahkan Allah, yaitu saling memaafkan dan menyikapi tingkah laku jelek tersebut dengan akhlak yang mulia, sebagaimana dalam firman Allah Ta`ala:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ.
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah me-nyukai orang-orang yang berbuat kebajikan". (QS. Ali Imran: 134)
Dalam firmanNya yang lain Allah juga menyebutkan beberapa sifat mulia orang-orang yang beriman, yaitu:
وَيَدْرَؤُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُوْلَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ.
"... serta menolak kejahatan dengan kebaikan, orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)". (QS. Ar Ra`d: 22)
Dalam firmanNya juga:
وَلاَ تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلاَ السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ.
"Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia". (QS. Fushshilat: 34)
Dan di dalam "Shahih Muslim" sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu `anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْداً بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ )).
"Harta tidak akan berkurang karena disedekah-kan, dan Allah tidak menambah seorang hamba yang senantiasa memaafkan kecuali kemuliaan, dan tidaklah seorang hamba itu tawadhu` (merendahkan diri) karena Allah, kecuali Allah akan mengangkat (derajat)nya"([64]).
Saudaraku yang mulia!
Bukankah Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam figur teladan bagi kita semua? Bukankah Beliau adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta`ala yang paling mulia? Namun walaupun sedemikian mulianya Beliau di sisi Allah, tapi tidak pernah menuntut balas terhadap hak-hak pribadi Beliau yang dilanggar orang lain. Aisyah radhiyallahu `anha berkata:
(( وَمَا انْتَقَمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَفْسِهِ فِيْ شَيْءٍ قَطُّ، إِلاَّ أَنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللهِ، فَيَنْتَقِمُ بِهَا لِلَّهِ )).
"Rasulullah tidak pernah menuntuk balas terhadap hak-hak (pribadi) Beliau (yang dilanggar), kecuali tatkala hak Allah yang dilanggar, maka (ketika itu) Beliau menuntutnya karena Allah"([65]).
Dan di dalam "Shahih Muslim" diriwayatkan, Aisyah radhiyallahu `anha berkata:
(( مَا نِيْلَ مِنْهُ شَيْءٌ قَطُّ، فَيَنْتَقِمُ مِنْ صَاحِبِهِ )).
"Tidak pernah sekalipun Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam diambil haknya (dizhalimi) lalu kemudian Beliau membalasnya"([66]).
Dan diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhi-yallahu `anhu, ia berkata:
(( كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ رِدَاءٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيْظُ الْحَاشِيَةِ، فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ، فَجَبَذَهُ بِرِدَائِهِ جَبْذَةً شَدِيْدَةً، نَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عُنُقِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ أَثَّرَتْ بِهَا حَاشِيَةُ الرِّدَاءِ مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِهِ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مُرْ لِيْ مِنْ مَالِ اللهِ الَّذِيْ عِنْدَكَ، فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَضَحِكَ، ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ )).
"Suatu ketika saya berjalan bersama Rasulullahu Shallallahu `alaihi wasallam, pada saat itu Beliau memakai burdah (jubah) buatan Najran yang kasar ujungnya, tiba-tiba di belakang Beliau menyusul seorang Arab Badui, maka ia menarik burdah tersebut dengan keras sehingga berbekas pada punggung Beliau, kemudian ia (orang Badui itu) berkata: "Wahai Muhammad, perintahkanlah seseorang mengambilkan bagiku harta yang Allah titipkan kepadamu!" Kemudian Beliau menoleh kepada orang tersebut sambil tertawa, lalu memerintahkan orang untuk meng-ambilkan apa yang dimintanya"([67]).
Lalu mengapa –wahai saudaraku yang mulia- kita terlalu cepat marah dan mencemooh sambil mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas kepada sesama muslim, hanya karena masalah-masalah yang sepele saja, seakan-akan kita dalam keadaan peperangan melawan musuh!? Bukankah Allah telah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ إِخْوَةٌ.
"Sesungguhnya orang-orang mu'min itu ber-saudara". (QS. Al Hujurat: 10).
Dan bukankah Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam sering berkata:
(( مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الْجَسَدِ الْوَاحِدِ؛ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى )).
"Perumpamaan kaum mu'minin dalam hal saling mencintai, saling berkasih sayang dan saling belas kasih adalah seperti satu tubuh; jika ada salah satu anggotanya yang mengeluh karena sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain juga ikut merasakan sakit itu sehingga dengan tidak bisa tidur dan demam"([68]).
Apabila kita tidak bisa menghiasi diri kita dengan akhlak yang mulia di tempat yang suci ini dan di waktu yang penuh berkah ini (musim haji), kapan lagi kita bisa berusaha untuk senantiasa menghiasi tingkah laku, amal dan perbuatan kita dengan akhlak yang mulia? Oleh sebab itu, sepatutnyalah kita  mengoreksi diri kita untuk berusaha meluruskan dan memperbaiki amalan-amalan kita, dengan harapan semoga Allah senantiasa membimbing kita ke jalan yang diridhaiNya, sesuai dengan firmanNya:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ.
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang ber-buat baik". (QS. Al `Ankabuut: 69)
Semoga Allah Subhanahu wa Ta`ala menunjuki anda ke jalanNya yang lurus dan diridhaiNya, menurunkan berkahNya kepada anda di manapun anda berada dan mengantarkan anda kembali ke tanah air anda dengan selamat, sehingga anda dapat kembali berjumpa dengan keluarga dan sanak famili anda. Amin.

NASEHAT KESEMBILAN
Apakah anda mengetahui, wahai saudaraku yang mulia –semoga Allah melindungimu dari kebobrokan dan kerusakan- bahwa sesungguh-nya jembatan kebobrokan dan pintu kerusakan yang membuat lalai dan terlenanya suatu bangsa serta menyibukkannya adalah lagu dan alat musik.
Penyakit ini telah membelenggu masyarakat dan umat, meruntuhkan peradaban dan kemena-ngannya, membangkitkan nafsu syahwatnya dan membuat jiwanya tergantung kepadanya melebihi ketergantungannya kepada makan dan minum. Bahkan hal tersebut menjadi tolok ukur bagi suatu kaum untuk mencintai dan membenci.
Sejarah telah membuktikan bahwasanya tidak ada suatu umat yang terlena oleh nyanyian dan musik, kecuali ditimpa kehinaan, kelemahan dan kebobrokan akhlak, seperti yang kita ketahui dari (sejarah) bangsa Romawi dan Persia. Begitu pula (fenomena) yang kita saksikan pada hari ini dalam masyarakat barat yang didera oleh berbagai macam penyakit berbahaya dan kronis. Karena sesungguhnya mendengarkan musik dan lagu akan menimbulkan kemalasan dalam diri seseorang dan membangkitkan syahwatnya. Lalu, mereka akan merasa berat memikul beban kehidupan, terbuai oleh hawa nafsu duniawi dan kenikmatannya sehingga menjadi sesuatu yang agung dalam diri mereka dan membuat mereka melupakan akhirat dan beramal untuk menghadapinya. Dan kebanyakan manusia, nyanyian dan musik hampir-hampir tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya, baik di rumah, di kendaraan, di kantor maupun di tempat bisnisnya. Padahal, banyak sekali dalil-dalil syar`i yang mengharamkannya serta menjelaskan bahwa hal tersebut bertentangan dengan ruh Islam yang suci dan mulia.
Oleh karena itu, kepada orang-orang yang tegar melaksanakan hukum-hukum Allah, kepada orang-orang yang memproklamirkan loyalitas (cinta dan kesetiaan) yang penuh kepada Allah dan Rasul-Nya, kepada orang-orang yang tunduk sepenuhnya kepada kepemimpinan Allah dan Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang me-merangi (kerusakan) hawa nafsu, (buruknya) adat istiadat dan tradisi yang bertentangan dengan petunjuk Islam, serta kepada seluruh kaum mu'minin:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah, bertambahlah  iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan merekalah, mereka bertawakkal". (QS. Al Anfal: 2)
Kepada merekalah kami paparkan hukum Allah dan Rasul-Nya berkenaan dengan kemungkaran yang oleh kebanyakan  orang (kaum muslimin) telah dianggap sebagai suatu kebaikan.
Allah berfiman:
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَن سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ .
"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya (jalan Allah itu) sebagai olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan". (QS. Luqman: 6)
Para sahabat menafsirkan "perkataan yang tidak berguna" dengan nyanyian, sebagaimana yang diriwayatkan secara shahih dari Ibnu Mas`ud radhiyallahu `anhu oleh Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Jarir, Al Hakim dan lain-lain, bahwa Abu Ash Shahba' Al Bakri mendengarkan Abdullah bin Mas`ud radhiyallahu `anhu ketika ditanya tentang ayat ini, menjawanb: "Demi Allah Yang tiada tuhan yang berhak disembah selain Dia, bahwa (yang dimaksud dalam ayat tersebut) adalah nyanyian", beliau mengulanginya sebanyak tiga kali([69]).
Dan diriwayatkan secara shahih dari Ibnu Abbas radhiyallahu `anhuma, bahwasanya beliau berkata: "(Yang dimaksud dalam ayat tersebut) adalah nyanyian dan mendengarkannya". Dan dalam riwayat lain, beliau mengatakan: "(Yang dimaksud dalam ayat tersebut) adalah nyanyian dan yang serupa dengannya"([70]).
Bahkan sejumlah tabi`in (generasi setelah sahabat), seperti Mujahid, `Ikrimah, Hasan Al Bashri, Sa`id bin Jubair, Qatadah, An Nakha`i dan selain mereka, juga menafsirkan "perkataan yang sia-sia" dalam ayat di atas dengan nyanyian([71]).
Dan di dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan yang lainnya dari Abdullah bin `Amru bin `Ash dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu `anhuma dari Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, Beliau bersabda:
(( إِنَّ رَبِّيْ عَزَّ وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَيَّ الْخَمْرَ وَالْمَيْسِرَ وَالْكُوْبَةَ وَالْقِنِّيْنَ )).
"Sesungguhnya Allah `Azza wa Jalla meng-haramkan kepadaku khamar, judi, gendang dan gitar"([72]).
Dan di dalam "Shahih Muslim" diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( الْجَرَسُ مِنْ مَزَامِيْرِ الشَّيْطَانِ )).
"Lonceng itu adalah termasuk seruling syaitan"([73]).
Dan di dalam "Shahih Bukhari" dan lainnya, Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( لَيَكُوْنَنَّ فِيْ أُمَّتِيْ أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ الْحِرَ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ، وَلَيَنْزِلَنَّ أَقْوَامٌ إِلَى جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوْحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ يَأْتِيْهِمْ –أَيْ الْفَقِيْرُ- لِحَاجَةٍ فَيَقُوْلُوْنَ: ارْجِعْ إِلَيْنَا غَداً، فَيُبَيِّتُهُمُ اللهُ، وَيَضَعُ الْعَلَمَ وَيَمْسَخُ آخَرِيْنَ قِرَدَةً وَخَنَازِيْرَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ )).
"Sungguh akan ada di dalam umatku orang-orang yang menghalalkan zina, sutra, minuman keras dan alat-alat musik. Dan sungguh akan ada orang-orang yang turun ke sisi suatu gunung dengan menggiring hewan-hewan gembalaan mereka, lalu datang seorang fakir miskin kepada mereka untuk suatu hajat, namun mereka menga-takan: "Kembalilah kepada kami besok". Maka Allah membinasakan mereka dan menimpakan gunung itu ke atas mereka serta mengubah yang lainnya menjadi monyet dan babi sampai hari kiamat"([74]).
Perhatikanlah bagaimana Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam merangkaikan pengharaman nyanyian dengan hal-hal yang telah diharamkan secara jelas dan pasti, yaitu zina, mengenakan sutra bagi laki-laki dan meminum minuman keras.
Di samping itu, terdapat pula hadits-hadits –yang berdasarkan gabungan beberapa jalur (thariq periwayatan)nya- sampai pada derajat hasan, yang diriwayatkan oleh beberapa orang sahabat, di antaranya Abu Hurairah, Aisyah, Imran bin Hushain, Abu Malik, Abu Sa`id Al Khudri, Ali bin Abi Thalib dan Abu Umamah radhiyallahu `anhum.
Adapun hadits Abu Hurairah radhiyallah `anhu, diriwayatkan oleh Sa`id bin Mansur, Ibnu Abid Dun-ya dan lainnya, Abu Hurairah berkata: "Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( يُمْسَخُ قَوْمٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ فِيْ آخِرِ الزَّمَانِ قِرَدَةً وَخَنَازِيْرَ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَلَيْسَ يَشْهَدُوْنَ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ؟ قَالَ: بَلَى، وَيَصُوْمُوْنَ وَيُصَلُّوْنَ وَيَحُجُّوْنَ، قَالَ: فَمَا بَالُهُمْ؟ قَالَ: اتَّخَذُوْا الْمَعَازِفَ وَالدُّفُوْفَ وَالْقَيْنَاتِ، فَبَاتُوْا عَلَى شُرْبِهِمْ وَلَهْوِهِمْ، فَأَصْبَحُوْا وَقَدْ مُسِخُوْا قِرَدَةً وَخَنَازِيْرَ )).
"Akan ada satu kaum dari umat ini yang akan diubah menjadi monyet dan babi pada akhir zaman". Mereka (sahabat) bertanya: "Wahai Rasulullah! Bukankah mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah?!" Rasulullah menjawab: "Benar! Mereka juga berpuasa, shalat dan menu-naikan haji". Mereka bertanya: "Lalu ada apa dengan mereka?" Beliau menjawab: "Mereka mendengarkan seruling, gendang dan wanita-wanita penyanyi, lalu mereka menghabiskan malam mereka dengan minum dan perbuatan yang sia-sia, dan ketika pagi hari, tiba-tiba mereka telah dirubah menjadi monyet dan babi"([75]).
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dun-ya dan lainnya dari Ibnu Mas`ud radhiyallahu `anhu, beliau berkata: "Nyanyian-nyanyian itu dapat me-numbuhkan kemunafikan di dalam hati, sebagai-mana air menumbuhkan tanaman"([76]).
Dan diriwayatkan oleh Sa`id bin Mansur dan Al Baihaqi dari Ibnu Abbas radhiyallahu `anhu, dia berkata: "Rebana itu haram, gendang itu haram, alat-alat musik itu haram dan seruling itu haram"([77]).
Para imam telah sepakat tentang haramnya nyanyi-nyanyian dan alat musik. Imam Malik rahimahullah pernah ditanya tentang nyanyi-nyanyian yang dibolehkan oleh penduduk Madinah, maka beliau menjawab: "Sesungguhnya yang melakukan hal tersebut di antara kami (penduduk Madinah) hanyalah orang-orang yang fasik".
Adapun mazhab Imam Abu Hanifah rahima-hullah, adalah termasuk mazhab yang paling keras dalam mengharamkan nyanyian. Bahkan murid-murid beliau telah menegaskan haramnya mendengarkan segala jenis alat musik, seperti seruling, rebana dan genderang. Lebih dari itu, mereka menyatakan bahwa hal tersebut merupakan maksiat yang dapat menyebabkan kefasikan dan tertolaknya kesaksian seseorang.
Sedangkan Imam Syafi`i rahimahullah pernah berkata: "Saya meninggalkan Baghdad, sedang di sana ada suatu bid`ah yang dibuat oleh orang-orang zindiq (orang yang sesat imannya), mereka menamakannya "taghbir"([78]) yang mereka (gunakan) untuk memalingkan manusia dari men-dengarkan Al Quran".
(Dalam menafsirkan makna "taghbir") Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: "Ia adalah sekum-pulan bait sya`ir yang dapat menanamkan yang dapat menanamkan kecintaan kepada dunia yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi, lalu para hadirin mengiringinya dengan pukulan gendang".
Imam Ibnu Shalah rahimahullah berkata: "Ketahuilah bahwasanya apabila rebana (duff), seruling dan nyanyian itu bertemu, maka men-dengarkannya adalah haram menurut para imam mazhab dan seluruh ulama kaum muslimin".
Adapun Imam Ahmad, maka beliau menga-takan: "Nyanyian itu menumbuhkan kemunafikan di dalam hati". Bahkan beliau telah menyatakan (kewajiban) menghancurkan alat-alat musik, seperti gitar dan lainnya, serta tidak dibenarkan memanfaatkan uang/ harta yang diperoleh dari hasil menyanyi"([79]).
Dan ketahuilah saudaraku yang mulia –semoga Allah menjaga anda dari segala kejahatan dan dosa- bahwa nyanyian (tanpa iringan musik) itu dibolehkan bagi kaum wanita dengan beberapa syarat:
1. Teks-teks nyanyian itu tidak boleh mengandung ucapan yang kotor dan keji.
2. Nyanyian tersebut hanya diiringi dengan rebana (duff), tidak dengan alat-alat musik yang lainnya, karena (hal tersebut) adalah haram.
3. Hal tersebut hanya boleh dilakukan pada hari raya atau pernikahan.
4. Hal tersebut hanya dilakukan oleh para wanita, bukan laki-laki.
Dalil yang menunjukkan syarat-syarat tersebut adalah hadits yang diriwayatkan dari 'Amir bin Sa'ad Al Bajaly, ia berkata: "Aku pernah masuk (menemui) Abu Mas'ud, Qurozhoh bin Ka`ab dan Tsabit bin Zaid, sementara (di situ) ada beberapa budak wanita memukul rebana sambil menyanyi, maka aku bertanya; "Apakah kalian menyetujui perbuatan ini sementara kalian adalah sahabat-sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam?" Mereka menjawab: "Sesungguhnya (perbuatan ini) telah dibolehkan buat kita pada hari pernikahan"([80]).
Dan di dalam "Shahih Bukhari dan Muslim" serta kitab-kitab hadits lainnya, diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu `anha:
(( أَنَّ أَبَا بَكْرٍ دَخَلَ عَلَيْهَا وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدَهَا يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى، عِنْدَهَا جَارِيَتَانِ مِنْ جَوَارِي الأَنْصَارِ تُغَنِّيَانِ بِمَا تَقَاوَلَتِ الأَنْصَارُ يَوْمَ بُعَاثَ، قَالَتْ: وَلَيْسَتَا بِمُغَنِّيَتَيْنِ، فَقَالَ أَبُوْ بَكْرٍ: أَمَزَامِيْرُ الشَّيْطَانِ فِيْ بَيْتِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَبَا بَكْرٍ، إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيْداً، وَهَذَا عِيْدُنَا" )).
"Bahwasanya (suatu ketika) Abu Bakar radhi-yallahu `anhu datang mengunjunginya sedang Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam berada bersama Aisyah  pada hari 'Idul Fitri atau Adha, sementara itu ada dua orang budak perempuan Anshar sedang menyanyikan ucapan-ucapan (kebanggaan) orang-orang Anshar pada hari (perang) Bu`ats. Aisyah radhiyallahu `anha berkata: "Kedua budak perempuan itu bukanlah penyanyi". (Melihat itu) Abu Bakar lalu menegur: "Kenapa ada seruling-seruling (senandung) syaitan di rumah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam?!" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam-pun  menjawab: "Wahai Abu Bakar! Sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan ini adalah hari raya kita"([81]).
Budak-budak perempuan kecil itu (sebagaimana kita lihat) menyanyikan/ menyenandungkan syair-syair peperangan pada hari `ied.
Saudaraku yang tercinta!
Berhentilah sejenak bersamaku untuk merenung-kan dan menyelami makna kedua ayat berikut ini:
إِنَّمَا يَسْتَجِيبُ الَّذِينَ يَسْمَعُونَ وَالْمَوْتَى يَبْعَثُهُمُ اللّهُ ثُمَّ إِلَيْهِ يُرْجَعُونَ.
"Hanya orang-orang yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati (hatinya), akan di bangkitkan oleh Allah, kemudian kepada-Nyalah mereka dikembalikan". (QS. Al An`aam: 36)
Dan Allah juga berfirman:
فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ.
"Maka jika mereka tidak menjawab (tantangan-mu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak men-dapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguh-nya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zhalim". (QS. Al Qashash: 50)
Dan di dalam sebuah hadits shahih yang di-riwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Daud serta para ulama hadits lainnya; dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu `anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
(( مَنْ خَاصَمَ فِيْ بَاطِلٍ وَهُوَ يَعْلَمُ، لَمْ يَزَلْ فِيْ سَخَطِ اللهِ حَتَّى يَنْزِعَ )).
"Barangsiapa yang mendebat dalam kebathilan (sementara) ia mengetahuinya (maka ia akan) terus berada dalam kemarahan Allah sehingga ia meninggalkannya"([82]).
Akhirnya, wahai saudaraku yang menunaikan ibadah haji, ketahuilah –semoga Allah selalu menjaga dan meluruskan langkahmu- bahwasanya Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam pernah bersabda:
(( مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ، رَجَعَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ )).
"Barangsiapa yang mengerjakan haji sedang ia tidak melakukan rafats (bersetubuh dan pen-dahuluannya) dan kefasikan (selama haji) maka dosa-dosanya akan dihapuskan seperti ketika ia baru dilahirkan oleh ibunya"([83]).
Dan Beliau juga pernah bersabda:
(( الْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ )).
"Tidak ada balasan bagi haji yang mabrur kecuali syurga"([84]).
Jika anda beruntung mendapatkan pahala ini, maka sungguh anda adalah orang yang mulia dan agung, karenanya jangan sampai kita semua membatalkan atau merusaknya dengan perbuatan-perbuatan maksiat dan meninggalkan ketaatan. Karena sesungguhnya salah satu tanda diterimanya haji anda adalah mengiringi (ibadah haji) dengan perbuatan-perbuatan terpuji dan ketaatan serta meninggalkan kemungkaran. Dan sebaliknya, salah satu tanda ditolaknya (ibadah haji tersebut) adalah melakukan perbuatan-perbuatan maksiat dan sikap memandang enteng serta meremehkan amal-amal shaleh.
Saudaraku yang terhormat!
Maka hendaknya tujuan anda mengerjakan ibadah haji ini, bukanlah sekedar ingin dipanggil sebagai "Pak Haji", karena sesungguhnya tujuan seperti ini tidaklah bermanfaat bagi anda di sisi Allah. Dan mungkin saja besok anda sudah mesti meninggalkan dunia ini, sementara anda mengetahui bahwa inti amalan itu adalah bagaimana ia dapat diterima oleh Allah, bukan hanya sekedar bentuk lahiriah dan mendapatkan gelar (haji).
Semoga Allah menjadikan haji anda haji yang mabrur dan dosa-dosa anda diampuniNya. Semoga Allah menerima ibadah anda dan memulangkan anda kepada keluarga, putra-putri anda dan kampung halaman anda dalam keadaan selamat dan berbahagia. Karena sesungguhnya hanya Dia-lah yang dapat melakukan itu semua. Semoga shalawat dan salam serta berkah dari Allah senantiasa terlimpah kepada Nabi-Nya Muhammad, para keluarga dan sahabatnya.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.

Lampiran 1:
DZIKIR PAGI DAN PETANG([85])
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda:
(( لَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالَى مِنْ صَلاَةِ الْغَدَاةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةً مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ، وَلَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ مِنْ صَلاَةِ الْعَصْرِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةً )).
"Sungguh (jika) saya duduk bersama kaum yang berdzikir kepada Allah Ta`ala sejak (selesai) shalat Shubuh hingga terbitnya matahari, lebih saya sukai daripada membebaskan empat orang budak dari keturunan Ismail `alaihis salam. Dan sungguh (jika) saya duduk bersama kaum yang berdzikir kepada Allah sejak (selesai) shalat Ashar hingga terbenamnya matahari, lebih saya sukai daripada membebaskan empat orang budak". (Hadits hasan, diriwayatkan oleh Abu Daud dari Anas radhiyallahu `anhu).
Beberapa Contoh
Dzikir Pagi dan Petang
Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam
(Berdasarkan Hadits-hadits yang Shahih)
1. Ayat Kursi (QS. Al Baqarah: 255)
Keutamaannya: Barangsiapa membacanya di waktu pagi, maka ia dilindungi dari (gangguan) jin hingga waktu petang, dan barangsiapa yang membacanya di waktu petang, maka dia dilindungi dari (gangguan) mereka (jin) hingga waktu pagi. (HR. Al Hakim, An Nasaa'i dan Ath Thabarany dengan sanad jayyid).
2. Surat Al Ikhlash, Surat Al Falaq dan Surat An Naas.
Keutamaannya: Barangsiapa yang membaca ketiga surat tersebut di waktu pagi dan petang –masing-masing tiga kali- maka (bacaan tersebut) cukup (menjadi pelindung bagi)nya dari segala sesuatu. (HR. Abu Daud dan At Tirmidzy).
3. Dzikir:
(( أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّهِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍِ فِي النَّارِ، وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ )).
"Kami memasuki waktu pagi dan seluruh kerajaan hanya milik Allah semata, segala puji bagi-Nya, tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan puji-pujian, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Tuhanku! Aku memohon kepada Engkau kebaikan yang ada pada hari (siang) ini dan kebaikan yang sesudah-nya, dan aku mohon perlindungan kepada Engkau dari segala  keburukan yang ada pada hari (siang) ini dan keburukan sesudahnya. Ya Tuhanku! Aku memohon perlindungan kepada Engkau dari sifat malas dan pikun. Ya Tuhanku! Aku mohon per-lindungan kepada Engkau dari azab neraka dan siksa kubur". (HR. Muslim)
Dan apabila berada di waktu petang dianjurkan membacanya dengan mengganti lafazh: (أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ ) dengan: ( أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ ) dan lafazh: ( هَذَا الْيَوْمِ ) dengan: ( هَذِهِ اللَّيْلَةِ ).
4. Dzikir:
(( اللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ )).
"Ya Allah! Karena-Mu kami memasuki waktu pagi dan petang, karena-Mu kami hidup dan mati dan kepada-Mu-lah kami (pasti akan) kembali".
(HR. At Tirmidzy)
Dan jika masuk waktu petang hendaklah dibaca:
(( اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ أَصْبَحْنَا، وَبِكَ نَحْيَا، وَبِكَ نَمُوْتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ )).
"Ya Allah! Karena-Mu kami memasuki waktu petang dan pagi, karena-Mu kami hidup dan mati dan kepada-Mu-lah kami (akan) kembali".
5. Dzikir:
(( اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ، فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ )).
"Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu dan aku tetap (istiqamah) di atas perjanjian dan kesepakatan (dengan) Engkau sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada Engkau dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui segala nikmat Engkau terhadapku dan mengakui segala dosaku. Oleh sebab itu, ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni segala dosa selain Engkau".
Keutamaannya: Barangsiapa mengucapkannya dengan penuh keyakinan di waktu petang, kemu-dian dia mati pada malam harinya, maka dia termasuk ahli syurga, dan barangsiapa yang meng-ucapkannya dengan penuh keyakinan di waktu pagi, kemudian dia mati pada siang harinya, maka dia termasuk ahli syurga. (HR. Bukhari)
6. Dzikir:
(( اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَصْبَحْتُ أُشْهِدُكَ، وَأُشْهِدُ حَمَلَةَ عَرْشِكَ، وَمَلاَئِكَتَكَ، وَجَمِيْعَ خَلْقِكَ؛ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ، وَأَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ )).
"Ya Allah! Aku memasuki waktu pagi dengan bersaksi kepada-Mu, kepada para (malaikat) pemikul `Arsy-Mu dan para malaikat-Mu serta seluruh makhluk ciptaan-Mu; bahwa sesungguhnya Engkau-lah Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau semata, tiada sekutu bagi-Mu dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu". (4x).
Di waktu petang dianjurkan membaca dzikir yang sama dengan mengganti lafazh: (اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَصْبَحْتُ) dengan: (اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَمْسَيْتُ).
Keutamaannya: Barangsiapa membacanya di waktu pagi dan petang sebanyak empat kali, maka Allah akan membebaskannya dari api neraka. (HR. Abu Daud).
7. Dzikir:
(( اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِيْ مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ، فَمِنْكَ وَحْدَكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ، فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ )).
"Ya Allah! Nikmat apapun yang sampai padaku atau pada seseorang dari makhluk-Mu pada pagi hari ini, maka semua itu semata-mata dari-Mu, tiada sekutu bagi-Mu. Bagi-Mu segala Puji dan bagi-Mu segala syukur".
Pada waktu petang dianjurkan membacanya dengan mengganti lafazh: (مَا أَصْبَحَ بِيْ) dengan: (مَا أَمْسَى بِيْ).
Keutamaannya: Barangsiapa membacanya di waktu pagi maka ia telah mensyukuri nikmat pada (siang) hari itu, dan barangsiapa membaca-nya di waktu petang, maka ia telah mensyukuri nikmat pada malam harinya. (HR. Abu Daud).
8. Dzikir:
(( اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ )). (3x)
"Ya Allah! Berikanlah kesehatan pada badanku, pendengaranku dan penglihatanku. Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Ya Allah! Aku berlindung kepada Engkau dari kekufuran dan kefakiran dan aku berlindung kepada Engkau dari siksa kubur. Tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau". (3x). (HR. Abu Daud dan Ahmad)
9. Dzikir:
(( حَسْبِيَ اللهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ، عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ، وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ )). (7x)
"Cukuplah Allah (Pelindung) bagiku, tiada tuhan yang berhak disembah selain Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakkal, dan Dialah Tuhan Yang memiliki `Arasy yang agung". (7x)
Keutamaannya: Barangsiapa membacanya di waktu pagi dan petang sebanyak tujuh kali, maka Allah `Azza wa Jalla akan mencukupinya dengan segala apa yang ia butuhkan dari urusan dunia dan akhirat. (HR. Ibnus Sunny)
10. Dzikir:
(( رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا )). (3x)
"Aku ridha Allah Tuhanku, Islam agamaku dan Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam Nabiku". (3x)
Keutamaannya: Barangsiapa membacanya di waktu pagi dan petang sebanyak tiga kali, niscaya Allah akan meridhainya pada hari kiamat. (HR. Ahmad dan At Tirmidzy)
11. Dzikir:
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِي وَمَالِي، اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ، وَآمِنْ رَوْعَاتِيْ، اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِينِيْ وَعَنْ شِمَالِي، وَمِنْ فَوْقِي، وَأعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِي )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon ampunan dan`afiat (keselamatan) kepada Engkau di dunia dan akhirat. Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kemaafan dan keselamatan kepada Engkau, dalam agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah! Tutupilah aurat (aib)ku, dan amankanlah rasa takutku. Ya Allah! Peliharalah aku dari depanku, dari belakangku, dari kananku, dari kiriku dan dari atasku, aku berlindung dengan kebesaranMu agar aku tidak dicelakakan dari bawahku". (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
12. Dzikir:
(( بِاسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ، وَلاَ فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ )). (3x)
"Dengan menyebut nama Allah, Yang dengan (menyebut) namaNya tidak sesuatupun yang dapat memberi mudharat baik di bumi maupun di langit. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (3x)
Keutamaannya: Barangsiapa membacanya di waktu pagi dan petang sebanyak tiga kali, maka tidak sesuatupun yang dapat membahayakannya. (HR. Ahmad, Abu Daud, At Tirmidzy dan Ibnu Majah)
13. Dzikir:
(( اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وِالأَرْضِ، وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ )).
"Ya Allah, (Tuhan) Yang Mengetahui segala yang ghaib dan yang tampak, Yang Mencipta-kan langit dan bumi, Tuhan segala sesuatu dan Yang Memilikinya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Aku berlindung kepada Engkau dari kejahatan diriku serta kejahatan syaithan dan sekutunya, dan (aku berlindung kepada Engkau) dari keburukan yang aku perbuat terhadap diriku sendiri maupun terhadap (saudaraku) yang muslim". (HR. Abu Daud dan At Tirmidzy)
14. Dzikir:
(( يَا حَيُّ، يَا قَيُّوْمُ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، فَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، لاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ )).
"Wahai (Tuhan) Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, dengan rahmatMu aku meminta keselamatan, maka baguskanlah urusanku seluruhnya, dan janganlah Engkau tinggalkan diriku walau hanya sekejap mata".
15. Dzikir:
(( أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ  فَتْحَهُ وَنَصْرَهُ، وَنُوْرَهُ وَبَرَكَتَهُ وَهُدَاهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْهِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ )).
"Kami memasuki waktu pagi dan seluruh kerajaan hanya milik Allah semata, Ya Allah! Aku memohon kepada Engkau kebaikan yang ada pada hari (siang) ini; kemenangannya (dalam mencapai tujuan), pertolongannya (dalam meng-hadapi musuh), cahayanya (ilmu dan amal) dan berkahnya (kemudahan bagi rezki yang baik dan halal) serta petunjuknya (keteguhan mengikuti petunjuk dan menjauhkan diri dari memperturut-kan hawa nafsu). Dan aku mohon perlindungan kepada Engkau dari segala  keburukan yang ada pada hari (siang) ini dan keburukan sesudahnya". (HR. Abu Daud)
Dan apabila berada di waktu petang dianjurkan membacanya dengan mengganti lafazh: (أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ) dengan: (أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ) dan lafazh: (خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ) dengan: (خَيْرَ مَا فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ) dan dhamir (kata ganti nama): ( ـه ) dengan ( هَا ).
16. Dzikir:
(( أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الإِسْلاَمِ، وَعَلَى كَلِمَةِ الإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفاً مُسْلِمًا، وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ )).
"Kami memasuki waktu pagi di atas fitrah Islam, di atas kalimat ikhlas dan tetap berada dalam agama Nabi kami Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam, serta tetap mengikuti jejak bapak kami Ibrahim yang lurus (dalam menjalankan agama) yang muslim, dan beliau bukanlah dari golongan orang-orang yang musyrik". (HR. Ahmad)
Dan apabila masuk waktu petang dianjurkan membacanya dengan mengganti lafazh: (أَصْبَحْنَا) dengan: (أَمْسَيْنَا).
17. Dzikir:
(( سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ )). (100x)
"Maha Suci Allah dan dengan memuji kepada-Nya". (100x)
Keutamaannya: Barangsiapa mengucapkannya di waktu pagi dan petang seratus kali, maka tiada seorangpun yang datang pada hari kiamat dengan membawa (amalan) yang lebih baik darinya, kecuali orang-orang yang mengucapkan hal yang sama atau lebih dari itu. (HR. Muslim)
18. Dzikir:
(( لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ )). (1x, 10x atau 100x)
"Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah saja, tiada sekutu bagiNya. BagiNya segala kerajaan dan bagiNya segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu". (satu kali, sepuluh kali atau seratus kali).
Keutamaannya:
a. Barangsiapa membacanya sepuluh kali di waktu pagi dan sore, maka Allah akan menetap-kan baginya sepuluh kebaikan serta menghapus-kan darinya sepuluh kesalahan. Dan bacaan itu pahalanya seperti orang yang membebaskan sepuluh hamba sahaya dan Allah melindunginya dari (gangguan) syetan. (HR. An Nasa'i dalam kitabnya "A`maalul Yaumi wal Lailah" dengan sanad yang shahih).
b. Barangsiapa yang membacanya satu kali di waktu pagi, maka baginya pahala (membebaskan) seorang budak dari keturunan Ismail `alaihis salam dan ditetapkan baginya sepuluh kebaikan, dihapuskan darinya sepuluh kesalahan, diangkat baginya sepuluh derajat dan selalu terjaga dari (godaan) syetan sampai ia memasuki waktu petang. Dan jika ia membacanya di waktu petang, maka ia akan mendapatkan hal yang serupa hingga ia memasuki waktu pagi. (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)
c. Barangsiapa yang membacanya seratus kali di waktu pagi, maka baginya pahala (orang yang membebaskan) budak dan ditetapkan baginya seratus kebaikan, dihapuskan darinya seratus kesalahan dan akan selalu terjaga dari (gangguan) syaitan sampai ia memasuki waktu petang. Dan tidak seorangpun yang datang membawa (amalan) yang lebih baik darinya kecuali orang yang me-ngerjakan yang lebih dari itu. (HR. Bukhari dan Muslim)
19. Dzikir:
(( سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ )).
"Maha Suci Allah dengan memuji kepada-Nya, sebanyak jumlah makhluk-Nya, sebesar keridhaan DiriNya, seberat `Arasy-Nya dan sebanyak tinta Kalimat-kalimatNya".
Dibaca sebanyak sepuluh kali. (HR. Muslim)
20. Dzikir:
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً )).
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfa`at, rezki yang baik dan amalan yang diterima".
Dibaca di waktu pagi. (HR. Ibnu Majah)
21. Dzikir:
(( أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ )).
"Aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya".
Dibaca seratus kali dalam semalam. (HR. Bukhari dan Muslim)
Atau lebih utama membaca lafazh istighfar sebagai berikut:
(( أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّوْمُ، وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ )).
"Saya memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, Yang tiada tuhan yang berhak disembah selain Dia, Yang Maha Hidup lagi Berdiri Sendiri, dan aku bertaubat kepada-Nya".
Keutamaannya: Barangsiapa yang membacanya, maka Allah akan mengampuni (dosa-dosa)nya, meskipun (dosa) lari dari kancah peperangan. (HR. Abu Daud, At Tirmidzy dan Al Hakim)
22. Dzikir:
(( أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ )).
"Aku berlindung kepada Kalimat-kalimat Allah Yang Maha Sempurna dari kejahatan apa yang diciptakanNya".
Dibaca tiga kali di waktu petang.
Keutamaannya: Barangsiapa yang membacanya, akan terjaga dari bahaya racun dan segala yang bercun pada malam hari. (HR. Ahmad)
23. Membaca shalawat sebanyak sepuluh kali:
(( اللَّهُمَِّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ )). ( 10x )
"Ya Allah! Limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam".
Lebih diutamakan lagi apabila membaca "Shalawat Ibrahimiyah" seperti berikut:
(( اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَِجيدٌ )).
"Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Nabi Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Mulia lagi Maha Terpuji. Dan turunkanlah keberkatan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim, sesung-guhnya Engkau Maha Mulia lagi Maha Terpuji".
Keutamaannya: Barangsiapa yang bershalawat sebanyak sepuluh kali saat pagi dan petang, maka dia akan mendapatkan syafaat dari Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam di hari kiamat kelak. (HR. Ath Thabarany)

Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan:
1. Allah Ta`ala telah menjelaskan waktu yang tepat untuk berdzikir pagi dan petang dalam beberapa ayat Al Quran, antara lain firmanNya:
وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ.
"Dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu sebelum terbitnya matahari dan sebelum ter-benamnya". (QS. Qaaf: 39)
Ayat ini menunjukkan bahwa waktu berdzikir pada waktu pagi hari adalah antara usai menunaikan shalat Shubuh dan sebelum terbenam matahari. Dan merupakan salah satu sunnah Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam, seusai menunaikan shalat Shubuh, Beliau duduk di mushalla (tempat shalat)nya sambil berdzikir kepada Allah Ta`ala sampai terbit matahari. Dan dalam sebuah haditsnya, Beliau bersabda:
(( مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ فِيْ جَمَاعَةٍ، ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، كَانَتْ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ )).
"Barangsiapa yang mengerjakan shalat Shubuh secara berjamaah, kemudian duduk berdzikir kepada Allah Ta`ala hingga terbit matahari, lalu mengerjakan shalat dua raka`at, maka baginya pahala orang yang menunaikan ibadah haji dan umrah dengan pahala yang sempurna", Beliau mengucapkannya tiga kali. (HR. At Tirmidzy)
2. Dzikir-dzikir ini mempunyai jumlah bilangan yang tertentu; ada yang dibaca sekali saja (lihat no. 1, 3, 4, 5, 7, 11, 13, 14, 15, 16, 20), ada yang dibaca sebanyak tiga kali (lihat no. 2, 8, 10, 12, 19, 22), ada yang dibaca sebanyak tujuh kali (lihat no. 9), ada yang dibaca empat kali (lihat no. 6), ada yang dibaca sebanyak sepuluh kali (lihat no. 23), ada yang dibaca sebanyak seratus kali (lihat no. 17, 21) dan ada pula yang dibaca sekali, atau sepuluh kali atau bahkan seratus kali (lihat no. 18).
Jumlah bilangan dzikir-dzikir tersebut harus diperhatikan dengan baik dan tidak boleh dilebihkan atau dikurangi, karena demikianlah yang ditetapkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam.
3. Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam telah menyebutkan beberapa keutamaan berdzikir dengan dzikir-dzikir tersebut; baik itu berupa janji masuk syurga, mendapatkan ridha Allah terhadap hamba-Nya, keselamatan dari segala marabahaya dan lain sebagainya. Karenanya, sangat baik sekali bagi seorang muslim apabila ia dapat membaca semua dzikir-dzikir yang telah disebutkan tadi, dan hendaknya ia bisa menjadikan dzikir-dzikir itu sebagai salah satu kegiatan rutinnya setiap hari. Namun, jika waktu yang ia miliki sangat sempit, maka hendaknya ia dapat memilih dzikir apapun yang mudah baginya, karena mengabaikan dzikir-dzikir itu secara keseluruhan adalah merupakan suatu kelalaian yang sangat keterlaluan. Hendaknya hal ini dapat diperhatikan dengan baik. Wallahu A`lam!

Lampiran 2
DO`A-DO`A PILIHAN
(( اَللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وِالأَرْضِ، وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ وَشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ )).
"Ya Allah, (Tuhan) Yang Mengetahui segala yang ghaib dan yang tampak, Yang Menciptakan langit dan bumi, Tuhan segala sesuatu dan Yang Memilikinya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Aku berlin-dung kepada Engkau dari kejahatan diriku serta kejahatan syaithan dan sekutunya".
(( اَللَّهُمَّ أَحْيِنِيْ إِذَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْراً لِيْ، وَتَوَفَّنِيْ إِذَا كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِيْ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ، وَأَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الْغَضَبِ وَالرِّضَا، وَأَسْأَلُكَ الْقَصْدَ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى، وَأَسْأَلُكَ نَعِيمًا لاَ يَنْفَدُ، وَأَسْأَلُكَ قُرَّةَ عَيْنٍ لاَ تَنْقَطِعُ، وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بَعْدَ الْقَضَاءِ، وَأَسْأَلُكَ بَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ، وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ، وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ، مِنْ غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ، وَلاَ فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ )).
"Ya Allah! Tetapkanlah aku hidup selama hidup itu lebih baik bagiku. Dan wafatkanlah aku, apabila wafat itu lebih baik bagiku. Ya Allah! Aku memohon kepada Engkau, (berikanlah aku) rasa takut kepada Engkau pada saat sendiri dan di hadapan umum. Aku memohon kepada Engkau perkataan benar dalam keadaan marah dan senang. Aku memohon kepada Engkau  sikap sederhana dalam keadaan fakir dan kaya. Aku memohon kepada Engkau kenikmatan yang tidak habis-habisnya. Aku memohon kepada Engkau penyejuk hati yang abadi. Aku memohon kepada Engkau kerelaan hati setelah datangnya qadha' (keputusanMu). Aku memohon kepada Engkau kesejukan hidup setelah kematian. Dan aku memohon kepada Engkau nikmatnya memandangi WajahMu serta kerinduan kepada pertemuan denganMu, tanpa kesulitan yang memudharatkan dan tidak pula fitnah yang menyesatkan".
(( اَللَّهُمَّ زَيَِّنَّا بِزِينَةِ الإِيمَانِ، وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ )).
"Ya Allah! Hiasilah kami dengan indahnya hiasan iman dan jadikanlah kami orang-orang yang memberi lagi mendapatkan petunjuk".
(( بِاسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ، وَلاَ فِي السَّمَاءِ، وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ )).
"Dengan menyebut nama Allah, Yang dengan (menyebut) namaNya tidak sesuatupun yang dapat memberi mudharat baik di bumi maupun di langit. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
(( اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِي، وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي، فَإِِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ )).
"Ya Allah, Engkaulah Tuhanku, tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu dan aku tetap (istiqamah) di atas perjanjian dan kesepakatan (dengan) Engkau sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada Engkau dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui segala nikmat Engkau terhadapku dan mengakui segala dosaku. Oleh sebab itu, ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni segala dosa selain Engkau".
(( لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ )).
"Tiada daya dan tiada pula upaya, kecuali dengan (daya dan upaya) dari Allah".
(( اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَِجيدٌ )).
"Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada Nabi Ibrahim. Dan turunkanlah keberkatan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Nabi Ibrahim, di seluruh alam sesungguhnya Engkau Maha Mulia lagi Maha Terpuji".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَضِلَّ أو أُضَلَّ، أَوْ أَظلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ )).
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau agar aku tidak tergelincir atau digelincirkan, tersesat atau disesatkan, menzhalimi atau dizhalimi dan berlaku jahil atau dijahili".
(( اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ )).
"Ya Allah, Engkau-lah As Salam dan daripada-Mu-lah bersumber keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai (Tuhan) Yang Memiliki Keagungan dan Kemuliaan".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً، وَرِزْقاً طَيِّباً )).
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfa`at, amalan yang diterima dan rezki yang baik".
(( اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ )).
"Ya Allah, tolonglah aku untuk selalu berzikir dan bersyukur kepada Engkau serta (tolonglah aku agar) beribadah kepada Engkau dengan baik".
(( لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ، وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ )).
"Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah saja, tiada sekutu bagiNya. BagiNya segala kerajaan dan bagiNya segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tiada yang dapat menghalangi sesuatu yang Engkau berikan, dan tiada pula yang dapat memberi sesuatu yang Engkau halangi. Nasib baik seseorang tidak akan dapat menyelamatkannya dari (ancaman)Mu".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأُعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَأُعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ )).
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kebakhilan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut, aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan kepada usia yang terhina (pikun), aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ ظُلْماً كَثِيْراً، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِيْ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِيْ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ )).
"Ya Allah, sesungguhnya aku sangat menzhali-mi diriku (dengan berbuat dosa), sedang tidak ada yang mengampuni segala dosa selain Engkau. Karena itu, ampunilah aku dengan keampunan dari sisi Engkau, dan kasihanilah aku, karena se-sungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".
(( اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكاً، سُبْحَانَكَ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ )).
"Segala puji bagi Allah, dengan puji-pujian yang banyak, baik dan penuh berkah. Maha Suci Engkau, ya Tuhan kami, dan dengan memujiMu, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau, aku memohon ampun dan bertobat kepada-Mu".
(( اَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا )).
"Ya Allah! Berikanlah jiwaku ketakwaan, dan bersihkanlah ia, Engkaulah sebaik-baik yang mem-bersihkannya. Engkaulah Pelindung dan Penolongnya".
(( اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا، اَللَّهُمَّ أَمْتِعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي دِينِنَا، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا )).
"Ya Allah! Berikanlah kami rasa takut kepada Engkau, yang dapat menjadi penghalang antara kami dan segala (perbuatan) maksiat kepada Engkau, (berilah kami) ketaatan kepada Engkau yang akan mengantarkan kami ke dalam surgaMu, (berilah kami) keyakinan yang menjadikan kami merasa ringan segala musibah di dunia. Ya Allah! Senangkanlah kami dengan pendengaran kami, penglihatan kami dan kekuatan kami selama Engkau masih menghidupkan kami, serta jadikanlah ia sebagai pewaris dari kami. Jadikanlah pembalasan kami terhadap orang yang menzhalimi kami, dan tolonglah kami menghadapi musuh-musuh kami. Janganlah Engkau jadikan musibah kami dalam agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia sebagai cita-cita terbesar kami, dan jangan pula batas pengetahuan kami serta janganlah engkau jadikan pemimpin kami orang yang tidak menaruh belas kasih kepada kami".
(( أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ )).
"Aku berlindung kepada Kalimat-kalimat Allah Yang Maha Sempurna dari kejahatan apa yang diciptakanNya".
(Barangsiapa membacanya), tidak sesuatupun yang dapat memberikan mudharat kepadanya.
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، فِيْ دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ، اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَتِيْ، وَآمِنْ رَوْعَاتِيْ، اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِينِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأعُوذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon `afiat (keselamatan) kepada Engkau di dunia dan akhirat. Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kemaafan dan keselamatan kepada Engkau, dalam agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah! Tutupilah aurat (aib)ku, dan amankanlah rasa takutku. Ya Allah! Peliharalah aku dari depanku, dari belakangku, dari kananku, dari kiriku dan dari atasku, aku berlindung dengan kebesaranMu agar aku tidak dicelakakan dari bawahku".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ الْمُقِيمَ الَّذِيْ لاَ يَحُوْلُ وَلاَ يَزُوْلُ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ الْعَيْلَةِ وَالأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا مَنَعْتَنَا )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kenikmatan abadi yang tidak berpindah dan tidak pula lenyap. Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kenikmatan pada hari kesengsaraan (kiamat) dan keamanan pada hari ketakutan (kiamat). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan sesuatu yang telah Engkau berikan kepada kami dan dari keburukan sesuatu yang Engkau tahan (tidak berikan) kepada kami".
(( اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الإِِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِينَ، اَللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ وَأَحْيِنَا مُسْلِمِينَ، وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ غَيْرَ خَزَايَا وَلاَ مَفْتُونِينَ )).
"Ya Allah! Jadikanlah kami mencintai keimanan dan hiasilah keimanan itu dalam hati kami, dan jadikanlah kami membenci kekafiran, kafasikan dan kemaksiatan serta jadikanlah kami orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Ya Allah! Wafatkanlah kami dalam keadaan muslim dan hidupkanlah kami dalam keadaan muslim serta kumpulkanlah kami bersama orang-orang shaleh, tanpa terhina dan tidak pula terkena fitnah (azab)".
(( اَللَّّهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ، وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ إِلَهَ الْحَقِّ آمِينَ )).
"Ya Allah! Perangilah orang-orang kafir yang mendustakan rasul-rasul-Mu, yang  menghalangi (manusia) dari jalan-Mu dan timpakanlah kehinaan dan azabMu kepada mereka, wahai Tuhan kebenaran, perkenankanlah".
(( لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيمُ الْعَظِيمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الأَرْضِ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ )).
"Tidak tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Penyantun lagi Maha Besar, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan Yang Memiliki `Arsy yang agung, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan langit dan bumi dan Tuhan Yang Memiliki `Arsy yang agung".
 (( اَللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، مُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، أَعُوذُ بِكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ )).
"Ya Allah, Tuhan (Yang Menguasai) langit, Tuhan (Yang Menguasai) bumi, Tuhan (Yang Memiliki) `Arys yang agung, Tuhan kami dan Tuhan (Yang Memiliki) segala sesuatu. (Tuhan) Yang Menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan, Yang Menurunkan Taurat, Injil, dan Al Furqan (Al Quran), aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala binatang melata, di mana Engkau Yang Memegang ubun-ubunnya".
(( اَللَّهُمَّ أَنْتَ الأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ، وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ، اِقْضِ عَنِّيْ الدَّيْنَ وَأَغْنِنِيْ مِنَ الْفَقْرِ)).
"Ya Allah, Engkau-lah Yang Awal, tiada sesuatu-pun sebelum-Mu. Engkau-lah Yang Akhir, tiada sesuatupun sesudah-Mu. Engkau-lah Yang Zhahir, tiada sesuatupun yang di atas-Mu, dan Engkau-lah Yang Bathin, tiada sesuatupun di bawah-Mu, bayarkanlah hutang kami, dan bebaskanlah kami dari kefakiran".
(( اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيُّومُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، أَنْتَ الْحَقُّ، وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ )).
"Ya Allah! Bagi-Mu segala pujian, Engkaulah cahaya langit dan bumi serta apa yang ada padanya, bagi-Mu segala pujian, Engkaulah Penjaga langit dan bumi serta apa yang ada padanya dan bagi-Mu segala pujian, Engkaulah Tuhan langit dan bumi serta apa yang ada padanya. Engkaulah Yang Hak, PerkataanMu-lah yang hak, JanjiMu-lah yang hak, pertemuan dengan-Mu hak, surga adalah hak, neraka adalah hak, hari kiamat itu adalah hak dan Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wasallam adalah hak".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ، وَبِكَ مِنْكَ )).
"Ya Allah! Aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaanMu, dan dari `afiat (keselamatan) yang Engkau berikan dari siksaanMu, dan dengan (diri) Engkau daripada Engkau".
(( أَعُوذُ بِوَجْهِ اللهِ الْكَرِيمِ، وَكَلِمَاتِهِ التَّامَّاتِ الَّتِي لاَ يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلاَ فَاجِرٌ، مِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا، وَمِنْ شَرِّ مَا ذَرَأَ فِي الأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا، وَمِنْ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَمِنْ شَرِّ طَوَارِقِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، إِلاَّ طَارِقاً يَطْرُقُ بِخَيْرٍ، يَا رَحْمَنُ )).
"Aku mohon perlindungan kepada Wajah Allah Yang Maha Mulia dan Kalimat-kalimat-Nya Yang Maha Sempurna, Yang tidak mungkin dilampaui, baik oleh orang yang baik maupun yang jahat, dari kejahatan sesuatu yang turun dari langit atau yang naik ke atasnya, dari kejahatan apa yang tumbuh di bumi dan yang keluar daripadanya, dari fitnah-fitnah waktu malam dan siang dan dari kejahatan segala sesuatu yang datang di waktu malam, kecuali yang datang membawa kebaikan, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih".
(( اَللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ )).
"Ya Allah! Cukupilah aku dengan (rezki) yang halal darimu, sehingga aku tidak memerlu-kan yang haram dan kayakanlah aku dengan karuniaMu, sehingga aku tidak butuk kepada selainMu".
(( اَللَّهُمَّ يَا فَارِجَ الْهَمِّ، كَاشِفَ الْغَمِّ، مُجِيبَ دَعْوَةِ الْمُضْطَرِّينَ، رَحْمَنَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَرَحِيمَهُمَا، أَنْتَ تَرْحَمُنِيْ، فَارْحَمْنِيْ رَحْمَةً تُغْنِيْنِيْ بِهَا عَنْ رَحْمَةِ مَنْ سِوَاكَ )).
"Ya Allah, wahai (Tuhan) Yang melapangkan dari kesusahan, Yang menghilangkan kegundahan, Yang mengabulkan (do`a) orang-orang yang dalam kesulitan, Yang Maha Pemurah di dunia dan akhirat serta Yang Maha Penyayang pada keduanya, Engkau mengasihaniku, maka kasihanilah aku dengan kasih sayang yang membuatkan tidak lagi membutuhkan kasih sayang dari selainMu".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan dan kesedihan, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat bakhil dan pengecut dan aku berlindung kepada-Mu dari ditenggelamkan hutang dan dikuasai orang lain".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka Jahannam, aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan Al Masih Ad Dajjal dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْاَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفْوًا أَحَدٌ؛ أَنْ تَغْفِرَ لِيْ ذُنُوْبِيْ، إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ya Allah, dengan bersaksi  bahwasanya Engkau-lah Allah, tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau, Yang Maha Esa, Tempat bergantung segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan-Nya, agar Engkau mengampuni dosa-dosaku. (Karena) sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
 (( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ، وَسُوءِ الْقَضَاءِ، وَمِنْ دَرَكِ الشَّقَاءِ، وَشَمَاتَةِ الأَعْدَاءِ )).
"Ya Allah! Aku berlindung kepada Engkau dari beratnya cobaan, kesengsaraan yang menimpa dan dari taqdir yang buruk serta dari musibah yang menggembirakan musuh".
 (( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشِّقَاقِ، وَالنِّفَاقِ، وَسُوءِ الأَخْلاَقِ )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari permusuhan, kemunafikan dan keburukan akhlak".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ، وَمِنْ تَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ، وَمِنْ فُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ، وَمِنْ جَمِيعِ سَخَطِكَ وَعِقَابِكَ )).
"Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmatMu, dari berubahnya kesehatan (dari)-Mu, dari pembalasan-Mu yang tiba-tiba (datangnya) dan dari segala kemurkaan dan siksaanMu".
(( لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ )).
"Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku telah termasuk orang-orang yang zhalim".
(( اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ كُلَّهُ، دِقَّهُ وَجِلَّهُ، وَعَلاَنِيَتَهُ وَسِرَّهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ )).
"Ya Allah! Ampunilah dosaku semuanya; yang kecil dan yang besar, yang terang-terangan dan yang tersembunyi serta yang awal dan yang kemudian".
(( اَللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنَا فِيمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنَا فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لَنَا فِيمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنَا شَرَّ مَا قَضَيْتَ، إِنَّكَ تَقْضِي وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، إِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ ربَّنَا وَتَعَالَيْتَ )).
"Ya Allah! Berilah kami petunjuk bersama orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk, berilah kami `afiat (keselamatan) bersama orang-orang yang telah engkau berikan keselamatan, bantulah kami bersama orang-orang yang Engkau bantu, berkatilah bagi kami apa yang telah Engkau berikan kepada kami, jauhkanlah kami dari keburukan qadha' yang telah Engkau putuskan, karena sesungguhnya Engkaulah yang membuat keputusan (hukum) dan bukan yang dihukum dan sesungguhnya tidak akan hina orang yang mencintai-Mu dan tidak akan mulia orang yang memusuhi-Mu, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan kami, lagi Maha Tinggi".
 (( اَللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَأَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ،  أَنْتَ إِلَهِيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ )).
"Ya Allah! Kepada-Mu aku berserah diri (islam), kepada-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berta-wakkal, kepada-Mu aku kembali, dengan (nama) Engkau aku melawan (musuh) dan kepada-Mu aku berhukum, maka ampunilah (dosa) yang telah aku perbuat dan yang akan aku lakukan, yang aku sembunyikan dan yang terang-terangan serta (semua) dosa yang Engkau lebih mengeta-huinya daripadaku, Engkaulah Tuhanku, tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau".
(( اَللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا، وَفِي سَمْعِي نُورًا، وَفِي بَصَرِي نُورًا، وَمِنْ بَيْنِ يَدَيَّ نُورًا، وَمِنْ خَلْفِي نُورًا، وَعَنْ يَمِينِي نُورًا، وَعَنْ شِمَالِي نُورًا، وَمِنْ فَوْقِي نُورًا، وَمِنْ تَحْتِي نُورًا، وَأَعْظِمْ لِي نُورًا يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ )).
"Ya Allah! Jadikanlah di dalam hatiku cahaya, di pendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya, di hadapanku cahaya, di belakangku cahaya, di ka-nanku cahaya, di kiriku cahaya, di atasku cahaya dan di bawahku cahaya serta besarkanlah bagiku cahaya, wahai Tuhan semesta alam".
 (( اَللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُوْ، فَلاَ تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍِ، وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِيْ كُلَّهُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ )).
"Ya Allah! RahmatMu-lah yang aku harapkan, maka janganlah Engkau tinggalkan diriku walau hanya sekejap mata dan baguskanlah urusanku seluruhnya, tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau".
 (( اَللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِيْ، وَنُورَ بَصَرِيْ، وَجلاَءَ حُزْنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba-Mu yang laki-laki dan anak hamba-Mu yang perempuan, ubun-ubunku di TanganMu, berlaku padaku hukumMu dan adil padaku ketetapan-ketetapan (qadha)-Mu. Aku memohon kepada-Mu dengan (perantaraan) seluruh NamaMu yang Engkau namai DiriMu dengan-Nya, atau yang Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan pada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang hanya Engkau sendiri yang mengetahuinya dalam ilmu ghaib yang ada pada sisi-Mu, agar Engkau menjadikan Al Qur'an kesejukan (musim semi) hatiku, cahaya dadaku, pelipur kesedihanku dan pengusir kesu-sahanku".
(( أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِكَ الَّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظُّلُمَاتُ، وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، أَنْ تَنْزِلَ بِيْ غَضَبُكَ، أَوْ تَحِلَّ عَلَيَّ سَخَطُكَ، لَكَ الْعُتْبَى حَتَّى تَرْضَى، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ )).
"Aku berlindung kepada cahaya WajahMu yang menerangi segala kegelapan, yang membuat baik semua urusan dunia dan akhirat, dari turunnya kemurkaan kemarahan dan kemurkaanMu. Bagi-Mu-lah segala kebaikan (pujian) sampai Engkau ridha dan tiada daya dan upaya kecuali dengan-Mu".
(( اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ، لاَ قَابِضَ لِمَا بَسَطْتَ، وَلاَ بَاسِطَ لِمَا قَبَضْتَ، وَلاَ هَادِيَ لِمَنْ أَضْلَلْتَ، وَلاَ مُضِلَّ لِمَنْ هَدَيْتَ، ولاَ مُقَرِّبَ لِمَا بَاعَدْتَ، وَلاَ مُبَاعِدَ لِمَا قَرَّبْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، اَللَّهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ وَرِزْقِكَ )).
"Ya Allah! Bagi-Mu-lah segala pujian, tidak ada yang dapat menyempitkan sesuatu yang telah Engkau lapangkan dan tidak ada pula yang dapat melapangkan apa yang telah Engkau sempitkan. Tidak ada yang dapat memberi petunjuk kepada orang yang telah Engkau sesatkan dan tidak ada pula yang dapat menyesatkan orang yang telah Engkau beri petunjuk. Tidak ada yang dapat mendekatkan sesuatu yang telah Engkau jauhkan dan tidak ada pula yang dapat menjauhkan sesuatu yang telah Engkau dekatkan. Tidak ada yang dapat memberikan sesuatu yang telah Engkau tahan dan tidak ada pula yang dapat menahan sesuatu yang telah Engkau berikan. Ya Allah! Bentangkanlah kepada kami segala keberkatan, rahmat, karunia dan rezki dari-Mu".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ الْعَيْلَةِ، وَالأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا مَنَعْتَ منَّا )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kenikmatan pada hari kesengsaraan (kiamat) dan keamanan pada hari ketakutan (kiamat). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari keburukan sesuatu yang telah Engkau berikan kepada kami dan dari keburukan sesuatu yang Engkau tahan (tidak berikan) kepada kami".
 (( اَللَّّهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ، وَيُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ، اَللَّهُمَّ قَاتِلِ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَهَ الْحَقِّ )).
"Ya Allah! Perangilah orang-orang kafir yang memalingkan (manusia) dari jalan-Mu, yang men-dustakan rasul-rasul-Mu, mereka menghalangi (manusia) dari jalan-Mu. Ya Allah! Perangilah orang-orang kafir, (yaitu) orang-orang yang telah diberikan Al Kitab kepada mereka, wahai Tuhan yang hak".
(( يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِينِكَ )).
"Ya (Tuhan) Yang Membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agamaMu".
 (( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu segala kebaikan, baik yang segera maupun yang lambat, yang aku ketahui atau yang belum aku ketahui. Aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan, baik yang segera maupun yang lambat, baik yang aku ketahui ataupun yang belum aku ketahui".
 (( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِمَّا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ، وَأُعُوذُ بِكَ مِمَّا عَاذَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ، وَأَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيهَا مِنْ قَوْلٍِ أَوْ عَمَلٍ، وَأُعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ
أَوْ عَمَلٍ، وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ تَقْضِيهِ لِيْ خَيْرًا
)).
Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu kebaikan-kebaikan yang diminta kepada-Mu oleh Nabi-Mu Shallallahu `alaihi wasallam, dan aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan yang mana Nabi-Mu Shallallahu `alaihi wasallam berlindung kepada-Mu daripadanya. Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu surga dan hal-hal yang mendekatkan kepadanya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan hal-hal yang mendekatkan kepadanya, baik perkataan maupun perbuatan, dan aku memohon kepada-Mu agar Engkau menjadikana seluruh taqdir yang telah Engkau tetapkan bagiku kebaikan semata".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ، وَدُعَاٍء لاَ يُسْمَعُ، وَنَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ، وَقَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari do`a yang tidak didengar (dikabulkan), dari nafsu yang tidak mengenal kenyang (cukup) dan dari hati yang tidak bisa khusyu`".
(( اَللَّهُمَّ جَنِّبْنِيْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ، وَالأَعْمَالِ، وَالأَهْوَاءِ، وَالأَدْوَاءِ )).
"Ya Allah! Jauhkanlah aku dari segala kemung-karan (yang berhubungan dengan) segala akhlak, amalan, hawa nafsu dan penyakit".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْهُدَى، وَالتُّقَى، وَالْعَفَافَ، وَالْغِنَى، وَالْعَمَلَ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada Engkau (agar diberikan) petunjuk, ketakwaan, `iffah (kesanggupan menahan diri dari yang tidak baik), kecukupan (rezki) dan mengerjakan amalan yang Engkau cintai dan ridhai".
(( رَبِّ أَعِنِّيْ وَلاَ تُعِنْ عَلَيَّ، وَانْصُرْنِيْ وَلاَ تَنْصُرْ عَلَيَّ، وَامْكُرْ لِيْ وَلاَ تَمْكُرْ عَلَيَّ، وَاهْدِنِيْ وَيَسِّرْ هُدَاكَ إِلَيَّ، وَانْصُرْنِيْ عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيَّ، رَبِّ اجْعَلْنِيْ لَكَ شَاكِرًا، ذَاكِرًا لَكَ رَاهِبًا مِطْوَاعًا إِلَيْكَ مُخْبِتًا أَوَّاهًا مُنِيبًا، رَبِّ اقْبَلْ تَوْبَتِيْ وَاغْسِلْ حَوْبَتِيْ وَأَجِبْ دَعْوَتِيْ، وَثَبِّتْ حُجَّتِيْ، وَاهْدِ قَلْبِيْ، وَسَدِّدْ لِسَانِيْ، وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ قَلْبِيْ )).
"Ya Allah! Tolonglah aku dan janganlah Engkau tolong (seseorang mencelakakanku), bantulah aku dan janganlah Engkau bantu (musuh mengalahkan-ku), buatkanlah tipu daya untukku dan jangan Engkau buatkan tipu daya terhadapku, tunjukilah aku dan mudahkanlah petunjukMu itu kepadaku serta tolonglah aku menghadapi orang yang melam-paui batas (zhalim) terhadapku. Ya Allah! Jadi-kanlah aku hamba yang senantiasa bersyukur kepada-Mu, senantiasa berzikir kepada-Mu, senantiasa takut lagi taat kepada-Mu, senantiasa tunduk, merendah dan kembali (taubat) kepada-Mu. Ya Allah! Terimalah taubatku, basuhlah dosa-dosaku, kabulkanlah do`aku, tetapkanlah hujjahku, tunjukilah hatiku, luruskanlah (ucapan) lidahku dan hilangkanlah kekotoran hatiku".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ، وَتَرْكَ الْمُنْكَرَاتِ، وَحُبَّ الْمَسَاكِينِ، وَأَنْ تَغْفِرَ لِيْ وَتَرْحَمَنِيْ، وَإِذَا أَرَدْتَ بَيْنَ عِبَادِكَ فِتْنَةً فَاقْبِضْنِيْ إِلَيْكَ غَيْرَ مَفْتُونٍ، اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ أَحَبَّكَ، وَحُبَّ عَمَلٍ يُقَرِّبُنِيْ إِلَى حُبِّكَ )).
"Ya Allah! Aku memohon kepada Engkau (dimudahkan) bagiku berbuat segala kebaikan, meninggalkan segala kemungkaran dan  mencintai orang-orang miskin. (Aku memohon kepada-Mu) agar mengampuniku dan merahmatiku. Dan apabila Engkau hendak menurunkan suatu fitnah (cobaan) di kalangan hamba-hamba-Mu, maka wafatkanlah aku dalam keadaan selamat dari fitnah tersebut. Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu (agar) mencintaiMu, mencintai orang yang Engkau cintai dan mencintai amalan yang men-dekatkanku kepada cintaMu".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فَوَاتِحَ الْخَيْرِ وَخَوَاتِمَهُ، وَجَوَامِعَهُ، وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، وَظَاهِرَهُ وَبَاطِنَهُ، وَالدَّرَجَاتِ الْعُلَى مِنَ الْجَنَّةِ )).
"Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kepada Engkau kunci-kunci kebaikan, penutup-penutupnya, pengumpul-pengumpulnya, awal dan akhirnya, yang zhahir di antaranya dan yang bathin, serta derajat-derajat yang tinggi di surga".
(( اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ بِالإِسْلاَمِ قَائِمًا، وَاحْفَظْنِيْ بِالإِسْلاَمِ قَاعِدًا ، وَلاَ تُطِعْ فِيَّ عَدُوًّا وَلاَ حَاسِدًا )).
"Ya Allah! Jagalah aku dengan Islam dalam keadaan berdiri, jagalah aku dengan Islam dalam keadaan duduk, jagalah aku dengan Islam dalam keadaan tidur, dan janganlah Engkau biarkan musuhku atau orang yang dengki kepadaku (menyebabkan kesusahanku)".
(( اَللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ كُلِّ خَيْرٍ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ كُلِّ شَرٍّ خَزَائِنُهُ بِيَدِكَ )).
Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu seluruh kebaikan yang tempat penyimpanannya berada di TanganMu, dan aku berlindung kepadaMu dari seluruh keburukan yang tempat penyimpanannya berada di TanganMu."
(( رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ )).
"Ya Tuhan kami! Berikanlah kepada kami kebaikan dan di akhirat kebaikan, dan jauhkanlah kami dari azab neraka".
******


([1]) HR. Bukhary: 10/ 367, Muslim: no. 3586.
([2]) HR. Bukhary: 5/ 72, Muslim: no. 2585 dari Abu Musa Al Asy`ary radhiyallahu `anhu..
([3])HR. Bukhary: 5/ 221, Muslim: no. 1718 dari `Aisyah radhiyallahu `anha. Maksud tertolak, yaitu dikembali-kan kepada pelakunya dan tidak akan diterima darinya.
([4])HR. Muslim: no. 1218, Abu Daud: no. 1970 dari Jabir radhiyallahu `anhu.
([5]) Kisah tersebut selengkapnya adalah sebagai berikut: "Ketika seorang yang wukuf di Arafah terjatuh dari ontanya, kemudian meninggal karena diinjak oleh ontanya tersebut, Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam bersabda: "Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara, kemudian kafanilah dia dengan dua helai kain ihramnya, jangan kalian memberikan wangi-wangian kepadanya dan jangan menutupi kepalanya, karena sesungguhnya Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiah (ihram)". (Muttafaqun `alaihi).
([6]) HR. Muslim: no. 1409.
([7]) HR. Bukhary: no. 1838.
([8]) HR. Abu Daud: no. 1562, Ibnu Majah: no. 2926 dan Ahmad: no. 22894.
([9]) Lihat selebaran dengan judul: "Manasik Haji dan Umrah", yang ditulis oleh Syekh Muhammad bin `Utsaimin.
([10]) HR. Bukhary: 2/ 76, Muslim: 4/ 125.
([11]) HR. Bukhary: 3/ 49, Muslim: 4/ 123.
([12]) HR. Ahmad: 3/ 487, An Nasa'i: 2/ 37 dan lainnya.
([13]) HR. Muslim: 2/ 671, Ahmad: 6/ 221.
([14]) Babul `Umrah dan Babul Fath adalah nama dua pintu masuk utama di Masjidil Haram.
([15]) Bab Bani Syaibah adalah nama pintu masuk Masjidil Haram dari arah tempat sa`i.
([16]) Lihat Al Mughni: 5/ 210.
([17]) HR. Abu Daud: no. 465, At Tirmidzy: no. 314 dan Ibnu Majah: no. 771.
([18]) HR. Ahmad: no. 75, 139, 6416, Ibnu Abi Syaibah: no. 432, Abu Daud: no. 1888, Ibnu Khuzaimah: no. 2882, 2970, Al Khatib: 11/ 311.
([19]) Tempat yang berada di dekat Mina, termasuk kawasan Mekkah.
([20]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 8/ 385), Muslim: no. 206.
([21]) HR. Muslim: no. 384.
([22]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 8/ 409), Muslim: no. 406.
([23]) HR. Bukhari, no. 15, Muslim, no. 44. Lihat Al Lu'lu' wal Marjan: 911.
([24]) HR. Muslim, no. 394, dari `Ubadah bin Shamit.
([25]) HR. Abu Daud: no. 4031, Ahmad: 2/ 50.
([26]) Lihat masalah ini dalam buku "Loyalitas Islam", karya Dr. Shaleh Al Fauzan.
([27]) HR. Ahmad: 3/ 117, Ibnu Majah: no. 2697 dan Al Hakim: 3/ 57 dari Anas radhiyallahu `anhu..
([28]) HR. Muslim: no. 88 dari Jabir radhiyallahu `anhu.
([29]) HR. Ahmad: 5/ 346, At Tirmidzy: no. 2623, Ibnu Majah: no. 1079.
([30]) HR. At Tirmidzy: no. 2624, Al Hakim: 1/ 7.
([31]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 2/ 148), Muslim: no. 651.
([32]) HR. Muslim: no. 654.
([33]) HR. Muslim: no. 654.
([34]) HR. Muslim: no. 653.
([35]) HR. Bukhari: 5/ 49, Muslim: no. 89 dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu.
([36]) Hadits hasan, riwayat Al Bazzar (lihat Zawaa'idul Bazzar, hal. 169).
([37]) Al Mundziry berkata dalam kitab "At Targhib", 4/ 53 bahwa sanad hadits ini baik. Al Haitsamy berkata: "Hadits ini diriwayatkan oleh Al Bazzar melalui periwayat-periwayat shahih (Shahih Bukhari dan Muslim), kecuali Hubairah bin Maryam, namun dia termasuk periwayat yang tsiqah (terpercaya)". (Majma`uz Zawaa'id: 5/ 118).
([38]) HR. Ahmad: 1/ 190.
([39]) Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam "Al Muwaththa'": 2/ 871, At Tirmidzy: no. 1460.
([40]) HR. Bukhari: 10/ 21 dan Muslim: no. 2189.
([41]) HR. Bukhari: 6/ 292, At Tirmidzy: no. 2061, Ibnu Majah: no. 3525, Ahmad: 1/ 236.
([42]) HR. Muslim: no. 2186.
([43]) HR. Abu Daud: no. 3106, At Tirmidzy: 2084.
([44]) HR. Bukhari: 10/ 176, Muslim: no. 2191.
([45]) HR. Al Hakim (lihat Shahih Al Jami`: no. 1885).
([46]) HR. Bukhari dalam kitab "Al Adabul Mufrad", Al Hakim dan Al Baihaqy. Lihat Shahih Al Jami`: no. 2345.
([47]) HR. Muslim: no. 2553.
([48]) HR. Ahmad: 2/ 2991, At Tirmidzy: no. 2005 dan Ibnu Majah: no. 4236.
([49]) HR. Ahmad: 6/ 442, 446, 448, At Tirmidzy: no. 2005 dan Abu Daud: no. 4799.
([50]) HR. Abu Daud: no. 4800.
([51]) HR. Abu Daud: no. 4798 dan Ibnu Hibban: no. 1927.
([52]) HR. At Tirmidzy: no. 2019.
([53]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 8/ 507), Muslim: no. 2853.
([54]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 10/ 480), Muslim: no. 2150.
([55]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 10/ 378), Muslim: no. 2321.
([56]) HR. Ath Thabarany dan Al Hakim (lihat Shahih Al Jami`: no. 909).
([57]) Lihat Shahih Al Jami`: no. 2377.
([58]) HR. Abu Daud: no. 4941 dan At Tirmidzy: no. 1924. Lihat Shahih Al Jami`: no. 3516.
([59]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 10/ 397), Muslim: no. 2586.
([60]) Lihat kitab Al Jazaa' min Jinsil Amal: 2/ 116.
([61]) HR. Muslim: no. 2580.
([62]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 5/ 70), Muslim: no. 2850.
([63]) HR. Muslim: no. 2699.
([64]) Shahih Muslim: no. 2588.
([65]) HR. Bukhari: no. 6126, Muslim: no. 2327.
([66]) HR. Muslim: no. 2328.
([67]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 10/ 234), Muslim: no. 1057.
([68]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 10/ 367), Muslim: no. 3586.
([69]) Lihat Tafsir Ath Thabari: 10/ 202.
([70]) Lihat Tafsir Ath Thabari: 10/ 203.
([71]) Lihat Tafsir Ath Thabari: 10/ 202-204.
([72]) Al Fathur Rabbani: 17/ 132.
([73]) Shahih Muslim: no. 2114, Sunan Abu Daud: no. 2556.
([74]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari: 10/ 5).
([75]) Lihat Dzammul Malahi, hal. 35.
([76]) Lihat Dzammul Malahi, hal. 38.
([77]) Lihat Dzammul Malahi, hal. 58.
([78]) Taghbir ialah membaca zikir, sya`ir, nasehat dan lain-lainnya dengan berbagai irama lagu, sehingga menye-babkan orang yang mendengarkannya merasa asyik dan bergoyang mengikuti irama tersebut. Lihat: Tahziibul Lughah, Al Azhari: 8/ 122. Edit.
([79]) Lihat pendapat-pendapat para ulama tentang nyanyian dalam kitab "Ighatsatul Lahfan" karya Ibnul Qayyim:
1/ 347-351.
([80]) HR. An Nasa'i: 2/ 93, Ath Thayalisy: 221.
([81]) HR. Bukhari (lihat Fathul Bari, 2/ 381), Muslim: 892.
([82]) Musnad Ahmad: 2/ 70, Sunan Abu Daud: no. 3597.
([83]) HR. Bukhari: 3/ 302, Muslim: no. 1300.
([84]) HR. Bukhari: 3/ 476, Muslim: no. 1349.
([85]) Rujukan utama dari dzikir-dzikir ini adalah dua buku kecil yang berjudul: "Wirdu Ash Shabah wal Masaa' minal Kitabi was Sunnah" dan "Hishnul Muslim", keduanya karya Syeikh Sa`id bin Ali bin Wahf Al Qahthany.